TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers
Teroris Papua Bunuh 10 Warga

Jenderal Andika, Tunjukkan Keperkasaanmu!

Oleh: SIS/AY
Editor: admin
Minggu, 17 Juli 2022 | 14:32 WIB
Panglima TNI Jenderal TNI Andika Perkasa. (Ist)
Panglima TNI Jenderal TNI Andika Perkasa. (Ist)

JAKARTA - Teroris Papua kembali berulah dan melakukan aksi sadis terhadap warga sipil. 12 warga ditembaki secara brutal. Akibatnya, 10 orang tewas dan 2 lagi mengalami luka berat. Kejadian yang berulang-ulang ini tentu saja tidak bisa dibiarkan begitu saja. Panglima TNI, Jenderal Andika Perkasa, tunjukkan keperkasaanmu untuk menumpas para teroris biadab itu.

Peristiwa penembakan terjadi pada Sabtu (16/7) sekitar pukul 09.45 WIT di Kampung Nanggolait, Kabupaten Nduga, Papua. Kelompok teroris pimpinan Egianus Kogoya tanpa motif yang jelas, melancarkan tembakan secara membabi buta. Ada 21 orang dari kelompok teroris yang melakukan penyerangan tersebut.

Serangan brutal yang oleh pemerintah disebut Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) ini, diawali oleh aksi seorang anggota KKB bersenjata pisau, masuk ke dalam kios milik warga bernama Sabu. Anggota KKB itu meminta seluruh orang di dalam kios ke luar, sambil mengobrak-abrik barang-barang dalam kios.

Tidak lama kemudian, 20 orang anggota KKB lainnya juga datang ke lokasi. Mereka dilaporkan membawa 15 senjata api laras panjang. Lima laki-laki yang keluar dari kios langsung dipukuli dan ditembak hingga tewas di tempat.

Sejumlah warga sipil yang merupakan Orang Asli Papua (OAP), berupaya memberikan pertolongan terhadap lima orang tersebut. Namun, niat baik mereka malah dibalas teroris dengan pukulan, hingga salah satu dari OAP tersebut terkena tembakan.

Selang 1 jam, para teroris ini kembali melanjutkan aksinya. Sebuah truk milik warga bernama Rusdin yang mengangkut lima orang warga sipil dihentikan. Kelima orang di dalam truk tersebut akhirnya ditembaki secara brutal oleh tiga anggota teroris.

Sampai tadi malam, 10 orang dilaporkan tewas dalam kejadian mengenaskan itu. Jumlah ini bertambah setelah korban bernama Sudirman (36), sebelumnya mengalami kritis. Sementara, dua orang lainnya selamat.

"Dari korban yang semula hanya berjumlah tujuh orang, saat ini menjadi 12 korban. Di mana 10 korban meninggal dunia," ungkap Kabid Humas Polda Papua, Kombes Ahmad Musthofa Kamal, di Jayapura, kemarin.

Kamal menuturkan, 9 korban meninggal dievakuasi ke Timika, Kabupaten Mimika. Sementara 1 jenazah lainnya diambil pihak keluarga untuk dimakamkan di Distrik Kenyam, Ibu Kota Kabupaten Nduga. Sementara 2 korban luka-luka lainnya dievakuasi ke Timika.

Adapun ke 10 korban yang meninggal adalah: Yulius Watu (23), Hubertus Goti (23), Johan (26) yang merupakan suku NTT. Daeng Marannu (42), Yuda Gurusinga (42), dan Taufah Amir (42) suku Selayar. Alex (45) suku Kei-Ambon, Eliaser Baner, Pendeta, dan Nasjen, (41).

Aksi biadab para teroris itu, tentu saja menimbulkan keprihatinan juga kecaman dari berbagai kalangan. Deputi V Kantor Staf Presiden (KSP) Jaleswari Pramodhawardani menegaskan, pemerintah mengecam aksi yang dilakukan para teroris hingga menyebabkan 10 orang meninggal dunia.

Menurut Jaleswari, kejadian penembakan itu kini sudah ditangani dengan cepat oleh aparat setempat. Para pelaku yang terindikasi terlibat dalam insiden itu, bakal ditindak.

"Proses penegakan hukum dan optimalisasi institusi keamanan akan terus dikedepankan untuk menindak siapa pun yang berupaya menyebar teror, mengganggu ketertiban dan keamanan masyarakat, terlebih menimbulkan korban jiwa di Tanah Papua," ujar Jaleswari, dalam keterangan tertulisnya, kemarin.

Anggota Komisi I DPR, Dave Laksono juga mengutuk keras tindakan terorisme di Nduga, Papua. Ia menegaskan, Indonesia adalah negara hukum, sehingga tidak ada ruang bagi aksi-aksi biadab seperti yang dilakukan para teroris Papua itu. Dave curiga, ada keterlibatan oknum dari aparat keamanan terkait peristiwa itu.

"Dari laporan yang kami terima, aparat sudah mengetahui," ungkap Dave.

Politisi Golkar ini mendengar penjelasan langsung dari Jenderal Andika soal tahapan yang dilakukan untuk menumpas teroris Papua. Menurutnya, selama otoritas secara hukum tidak dititikberatkan kepada TNI, maka korps loreng akan kesulitan bergerak. Seperti halnya, perlu penambahan personel di wilayah tersebut.

DPR, khususnya Komisi I akan terus memperhatikan persoalan di Papua. Konkretnya, dengan secara rutin mengunjungi daerah konflik. Karena, untuk menyelesaikan konflik ini tidak bisa dilakukan setengah-setengah.

Dia berharap, Pemerintah bisa bertindak lebih tegas terkait aturan hukum dan HAM di Papua.

“Dan Pemerintah memberikan otoritas yang jelas kepada aparat hukum, TNI, Polri, dan aparat lainnya untuk menetralisir situasi dan menghentikan konflik ini," pinta Dave.

Untuk diketahui, gerakan teroris Papua merupakan salah satu pekerjaan rumah yang jadi prioritas bagi Jenderal Andika usai dilantik sebagai Panglima TNI. Namun, untuk menumpas gerakan teroris Papua, eks KSAD itu akan menggunakan metode baru yang lebih lunak.

Namun, usai dilantik sejak pertengahan November 2021, banyak terjadi insiden penembakan yang dilakukan para teroris Papua. Korbannya, bukan hanya warga sipil, tapi juga dari personel kepolisian maupun TNI.

"Kami menjaga pola operasi sesuai dengan rambu-rambu yang ada, untuk menjaga jangan sampai ada masalah baru ataupun masalah yang lebih besar lagi," kata Andika, beberapa waktu lalu.

Pakar Intelijen dan Terorisme, Stanislaus Riyanta meminta TNI/Polri tegas, demi keselamatan masyarakat. Komnas HAM juga perlu menyuarakan isu ini bahwa masyarakat menjadi korban kebiadaban kelompok bersenjata yang anti NKRI. Tanpa ketegasan dari aparat keamanan, teroris Papua akan terus berulah.

"Sudah menimbulkan korban jiwa, itu jelas melanggar hak asasi manusia, hak untuk hidup. Jadi TNI Polri perlu tegas untuk melindungi hak masyarakat," ulas Stanislaus.

Menurutnya, ini motif perlawanan terhadap NKRI. Apalagi, kejadian di Nduga sudah sangat brutal. Tidak hanya eksistensi, tetapi memang teroris Papua menganggap negara dan masyarakat yang pro terhadap NKRI adalah musuh.

"Masyarakat harus kompak dan meminta perlindungan aparat jika berada di daerah berbahaya. Jika tidak kompak, maka akan menjadi celah bagi KKB untuk masuk dan berbuat ulah," pungkasnya. (rm.id)

Komentar:
Eka
ePaper Edisi 21 Januari 2025
Berita Populer
03
04
07
Tenis Australia Terbuka 2025

Olahraga | 1 hari yang lalu

08
Tiga Pemuda Jadi Begal Akibat Terlilit Pinjol

TangselCity | 1 hari yang lalu

GROUP RAKYAT MERDEKA
RM ID
Banpos
Satelit