Banyak Pejabat Langgar Etika
Mahfud: Nggak Ada Yang Malu Dan Takut
JAKARTA -Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD khawatir dengan banyaknya pejabat pemerintahan yang melakukan pelanggaran etika dan moral. Tidak ada yang merasa malu atau takut.
Mahfud mencontohkan, ada pejabat yang baru keluar dari penjara sebagai koruptor sudah berpidato di depan banyak orang tentang memerangi korupsi.
Pelanggaran etika di pemerintahan kerap kali terjadi. Apalagi, banyak sekali oknum yang tidak mau dianggap melanggar etika. Mereka justru menantang dengan membawa masalah itu ke pengadilan,” ujar Mahfud dalam peluncuran Buku Etika Pemerintahan yang diselenggarakan oleh Masyarakat Ilmu Pemerintahan Indonesia (MIPI) di Jakarta, kemarin.
Eks Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) ini menegaskan, jangan hanya takut pada hukum. Sebab, di atas itu masih ada norma agama, norma kesusilaan, dan etika atau kesopanan.
Hukum itu hanya sebagian etika dan kepatutan. Hukum sebagai produk politik malah sekarang bisa dimainkan, bisa diperjualbelikan,” ingatnya.
Mahfud mengungkapkan, akibat minimnya etika, berdasarkan data Transparency International Indonesia (TII) pada 2022, Indeks Persepsi Korupsi (IPK) merosot tajam menjadi peringkat ke-110 dari 180 negara yang disurvei.
Skor ini turun 4 poin dari tahun 2021, dengan skor 38. Ini penurunan paling drastis sejak tahun 1995. Dia mengaku kaget dengan penurunan IPK tersebut. Sebab, Pemerintah telah habis-habisan memberantas korupsi.
Mahfud menuturkan, dari hasil penelusuran TII, pertama, pelanggaran etika jabatan yang dirangkap dengan conflict of interest.
Kedua, investor dari luar negeri banyak yang diperas dan tidak memberikan kepastian hukum. Ketiga, adanya pejabat Pemerintah yang meminta ayment facilitation. Keempat, di pengadilan, hakim bisa dibeli.
“Korupsi merupakan permasalahan yang berpangkal pada persoalan moral, sehingga hukum tak cukup untuk menghentikannya,” tegasnya.
Ketua MIPI Bahtiar mengatakan, buku Etika Pemerintahan ini merupakan pemikiran para ahli pemerintahan yang perlu diketahui dan disebarluaskan kepada masyarakat.
Bahtiar yang juga menjabat Dirjen Politik dan Pemerintahan Umum Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) ini menjelaskan, buku tersebut merupakan buku kedua yang dikeluarkan MIPI setelah sebelumnya meluncurkan Buku Putih Pemerintahan Indonesia.
Buku ini antara lain membahas tujuan bernegara, menjamin berkembangnya daya cipta warga sebebas-bebasnya. Jaminan itu diupayakan dengan segala cara. Termasuk, membangun etika.
“Dengan begitu, pemerintahan dapat terkendali, tidak saja oleh hukum yang terbatas dan mudah dimanipulasi, tapi juga oleh etika yang menuntut kesadaran moral,” bebernya.
Bahtiar berharap, buku setebal 561 halaman ini mampu membuat etika dalam pemerintahan menjadi lebih baik. (RM.id)
Nasional | 2 hari yang lalu
Pos Banten | 11 jam yang lalu
Olahraga | 2 hari yang lalu
Pos Banten | 1 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Pos Banten | 2 hari yang lalu
Olahraga | 2 hari yang lalu
Olahraga | 1 hari yang lalu
Olahraga | 13 jam yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu