Sayembara Desain Bundaran Maruga Telah Bergulir, Benyamin : Diharapkan Ada Tarikan Sejarah Tangsel
CIPUTAT, Sayembara desain pembangunan kawasan Bundaran Maruga, Kota Tangerang Selatan kini telah bergulir, sejak 1 Agustus 2022 lalu.
Sayembara ini digelar secara terbuka. Sehingga, seluruh arsitek profesional se-Indonesia pun dapat ikut serta dalam sayembara ini untuk mengirimkan hasil karya terbaiknya.
Wali Kota Tangsel, Benyamin Davnie berharap bahwa dengan sayembara ini, bangunan kawasan Bundaran Maruga yang terletak persimpangan Jalan Maruga Raya, Ciputat, Tangsel, kelak dapat menjadi etalase kota atau ikon bagi wilayah termuda se-Banten ini.
Untuk itu, Benyamin menginginkan agar nantinya desain yang terpilih dapat merepresentasikan seluruh identitas kota, terutama nilai sejarah kota ini.
"Karena pembangunan yang berhasil itu adalah pembangunan yang tidak tercabut dari akar budayanya. Oleh karena itu melalui sayembara ini, karena nanti diharapkan ada tarikan dari sejarah perkembangan Tangsel dahulu," ungkap Benyamin, dikutip pada Rabu (3/8/2022).
Bukan tanpa alasan Ia menginginkan hak tersebut. Pasalnya, menurut Benyamin Tangsel dan Tangerang Raya tak dapat dilepaskan dari nilai sejarah.
"Tangerang sendiri asal katanya dari tengger perang. Tengger itu benteng. Baik dalam skala besar atau kecil. Tengger perang karena sebagian daerah dikuasai oleh tentara Republik Indonesia. Dan sebagian lagi dikuasai oleh Belanda. Sehingga Tangerang itu sendiri merupakan daerah pertempuran," terangnya.
Nilai sejarah ini, kata Benyamin, tak berhenti sampai di situ. Dari segi kultur budaya pun memiliki historikal sejarah yang panjang.
"Ada tiga kultur besar yang saya ketahui. Pertama kultur Sunda, Tangerang secara keseluruhan itu dari lengkong, Curug, sebagian Serpong dipengaruhi oleh kerajaan Sunda pada waktu itu Pajajaran," tuturnya.
Sementara bagian lainnya yang berbatasan langsung dengan wilayah DKI Jakarta, dipengaruhi oleh Kultur Betawi.
"Dan sisanya Tangerang sebelah utara dipengaruhi oleh perjalanan pasukan perang dari Kerajaan Cirebon ketika membantu Kerajaan Banten pada waktu itu. Sehingga bahasa di sebelah utara, adalah jawa. Dengan dikenal Jawa-banten," imbuhnya.
Dengan nilai sejarah ini, lanjut Benyamin, diharapkan agar bangunan di wilayahnya dapat turut menceritakan perjalanan panjang Kota yang kini tengah dipimpinnya.
"Ada sebuah bangunan yang bisa berbicara banyak. Sebagai daerah baru, harus punya identitas kota. Mumpung masih belum ada, maka kemudian kita ingin representasikan ke dalam sebuah bangunan arsitektural yang desainnya kita lombakan. Tapi hasilnya saya harapkan bisa menceritakan banyak hal. Bagaimana kemudian terkoneksi secara arsitektural dan kultural," tandasnya.
TangselCity | 1 hari yang lalu
Olahraga | 2 hari yang lalu
Olahraga | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Olahraga | 1 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Olahraga | 1 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
TangselCity | 6 jam yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu