TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers

Gas Melon di Tangsel Langka, Antrean Membludak di Sejumlah Agen

Pedagang Kecil Menjerit, Banyak Warga Sulit Mendapatkan

Reporter: Rachman Deniansyah
Editor: Irma Permata Sari
Senin, 03 Februari 2025 | 12:58 WIB
Salah satu agen yang berlokasi di kawasan Reni Jaya, Pamulang, Senin (3/1). (tangselpos.id/rmn)
Salah satu agen yang berlokasi di kawasan Reni Jaya, Pamulang, Senin (3/1). (tangselpos.id/rmn)

PAMULANG - Fenomena kelangkaan gas elpiji 3 kilogram kini tengah dikeluhkan oleh banyak masyarakat di Kota Tangerang Selatan (Tangsel). Mulai dari para pedagang kecil, pengusaha penatu atau laundry, hingga masyarakat umum. 

 

Keberadaannya kini sudah sulit ditemukan, terutama di warung-warung kelontong yang biasanya menjual gas melon tersebut. Hal ini merupakan dampak atas larangan pemerintah ihwal penjualan gas bersubsidi di pengecer, per 1 Februari 2025.

 

Hal demikian, membuat antrean di sejumlah agen penjualan gas tak dapat dihindari. Seperti yang terjadi di salah satu agen yang berlokasi di kawasan Reni Jaya, Pamulang, Senin (3/1). 

 

Sejak pagi, antrean sudah mengular cukup panjang. Warga dari berbagai daerah sudah mengantre berharap bisa mendapatkan gas melon tersebut. 

 

Seperti yang diungkapkan oleh Landy Tri Asto–warga Perumahan Reni Jaya– yang menemani sang istri mencari gas untuk kebutuhan rumahnya. 

 

"Antreannya memang panjang banget tadi," kata Landy kepada Tangselpos.

 

Namun sayang setelah mengantre cukup lama, stok gas di agen tersebut habis. Ia pun tak mendapatkan gas tersebut. 

 

"Tadi sudah mengantre sekitar 2 jam-an. Tapi saya gak dapat (kehabisan). Sekarang saya masih nyari," ungkapnya.

 

Ia pun mempertanyakan kepada pemerintah, mengapa hal ini terjadi.

 

"LPG 3KG berharap jadi solusi, tetapi ini malah menjadi masalah baru di masyarakat. Saya berharap pemerintah dan kementrian terkait dapat melakukan evaluasi langkah-langkah yang diambil, karena dampak yang cukup banyak dalam 3 hari teraakhir," harapnya.

 

 

Pedagang Kecil Menjerit

 

Sulitnya mencari gas melon ini, berdampak bagi banyak orang. Selain masyarakat umum, para pedagang tentu menjadi kelompok masyarakat yang paling berdampak. 

 

Mereka merasa sangat kesulitan untuk membeli gas bersubsidi tersebut. Kondisi ini memaksa mereka harus mencarinya ke sejumlah tempat dengan jarak yang cukup jauh. 

 

Seperti yang dialami oleh Linda, pengusaha laundry di wilayah Pamulang. 

 

"Tadi saya ngantri di Reni sudah lama tapi gak dapat," kata Linda. 

 

Setelah kehabisan, Ia pun melanjutkan pencariannya. Bahkan hingga ke wilayah Pondok Petir, Depok. 

 

"Dapatnya tadi di Pondok Petir. Tadi dapat harga Rp19 ribu. Cuma boleh beli satu," paparnya. 

 

Hal senada diungkapkan oleh seorang pedagang lainnya. Eceu penjaga warung kopi (warkop) di wilayah Pamjlang mengungkapkan, sudah pasrah dengan kondisi ini. 

 

"Ya kalau gak ada, mau gimana lagi. Tutup sajalah gak usah jualan," ungkapnya. 

 

Saat ini, di warkopnya hanya tersisa gas yang sudah dibeli sebelumnya. Jika gas itu habis, Ia tak tahu harus mencari ke mana lagi. 

 

"Mudah-mudahan saja dapat. Anak saya yang jualan di Ciputat, semalam itu sampai nyari ke wilayah Fatmawati," paparnya. 

 

Ia berharap, fenomena ini segera berakhir. Sebab gas melon bersubsidi sudah menjadi kebutuhan utama dalam usahanya.  

 

"Sekarang di warung udah habis. Nanti gak tau nih kalo habis nyari ke mana lagi," tuturnya.

 

Pantauan Tangselpos, antrean masih terjadi di sejumlah titik. Di sepanjang jalan pun terpantau, masih banyak masyarakat yang hilir mudik membawa tabung kosong mencari gas melon untuk kebutuhannya sehari-hari.

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
RM ID
Banpos
Satelit