TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Jadwal imsak
Dewan Pers

Jelang Lebaran, Warga Rame-rame Utang Pinjol

Reporter: Farhan
Editor: Redaksi
Minggu, 09 Maret 2025 | 09:21 WIB
Ilustrasi. Foto : Ist
Ilustrasi. Foto : Ist

SERPONG - Kebutuhan tinggi masyarakat jelang Lebaran, tak sebanding dengan pendapatannya. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memprediksi, warga akan rame-rame cari tambahan lewat utang pinjol alias pinjaman online untuk memenuhi kebutuhan Lebaran.

 

Prediksi ini disampaikan Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, LKM dan LJK Lainnya OJK Agusman. Hitungannya, terjadi peningkagan pembiayaan Buy Noy Pay Later (BNPL) dan perusahaan pembiayaan. Harapannya pembiayaan bermasalah atau Non Performing Financing (NPF) tidak melonjak signifikan. “Namun, diharapkan akan lebih terkendali agar tidak menimbulkan peningkatan NPF ke depan,” kata Agusman dalam keterangan resminya, Sabtu (8/3/2025).

 

Pada Januari 2025, pembiayaan BNPL oleh perusahaan pembiayaan pada meningkat 41,9 persen secara tahunan (year on year/yoy) dibandingkan Desember 2024 yang hanya 37,6 persen yoy. Secara nominal sebesar Rp 7,12 triliun dengan NPF gross 3,37 persen.

 

Sementara itu pada industri fintech lending atau pinjol, outstanding pembiayaan di Januari 2025 tumbuh 29,94 persen yoy dari Desember yang hanya 29,14 persen. Adapun nominalnya mencapai Rp 78,50 triliun.

 

Hanya saja, Agusman menyebut NPF masih dalam batas aman. “Tingkat risiko kredit macet secara agregat (TWP90) dalam kondisi terjaga stabil di posisi 2,52 persen,” urainya.

 

Jelang Lebaran tahun lalu, outstanding pembiayaan BNPL oleh perusahaan pembiayaan menguat 31,45 persen yoy pada April 2024 dibandingkan Maret 2024 23,90 persen. Sedangkan pembiayaan industri pinjol menguat 24,16 persen yoy dibandingkan Maret 2024 yang hanya 21,85 persen yoy.

 

Sebelumnya, survei yang dilakukan Mandiri Spending Index (MSI) menemukan terjadinya pelemahan belanja masyarakat kalangan bawah. Belanja masyarakat terjadi perlambatan di satu minggu menjelang Ramadan yakni ke 236,2.

 

Pola ini merupakan anomali karena tidak terjadi di tahun-tahun sebelumnya. Mandiri Spending Index (MSI) yang menurun jelang Ramadhan terakhir kali terjadi pada Maret 2020 atau lima tahun yang lalu saat pandemi Covid-19 dengan nilai 58.

 

Padahal, secara historis, Ramadan merupakan puncak konsumsi masyarakat Indonesia. Konsumsi juga biasanya sudah melonjak sebelum Ramadan terutama untuk kebutuhan makanan dan minuman.

 

Porsi belanja restoran paling banyak terserap untuk restoran yakni 20,2 persen. Belanja kelompok ini kembali ke porsi 20 persen untuk pertama kalinya sejak Oktober 2023. Porsi belanja supermarket juga naik ke 15,9 persen. Belanja restoran supermarket sudah memakan porsi 35,6 persen atau hampir 40 persen.

 

Data tersebut mengindikasikan jika belanja masyarakat saat ini hanya terkonsentrasi kepada kebutuhan pokok dan primer, seperti makanan dan kebutuhan sehari-hari.

 

Proporsi sport, hobby, dan entertainment cenderung menurun atau mengalami normalisasi sejak akhir 2024 atau sekitar tiga bulan lalu. Hal ini mengindikasikan bahwa tren pengeluaran yang semakin beralih ke kebutuhan yang lebih primer.

 

Fenomena lain, SMI mencatat bahwa tingkat tabungan kelompok menengah juga melandai dan merupakan yang terendah sejak Maret 2024. Dengan semakin terdepresiasinya indeks tabungan kelompok bawah, artinya semakin banyak masyarakat yang melakukan makan tabungan (‘mantab’) untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya.

 

Apabila hal ini terus dibiarkan, maka tabungan masyarakat akan terus tergerus dan dapat berujung pada peningkatan pinjaman online (pinjol) serta semakin sulitnya kondisi masyarakat bawah untuk dapat bertahan hidup.

 

Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda mengatakan, secara siklus, jelang Lebaran akan terjadi peningkatan permintaan untuk pembiayaan pinjol. Biasanya, pembiayaan tersebut digunakan untuk keperluan mudik dan berwisata. Alhasil, masyarakat yang tidak memiliki cukup uang akan mencari pembiayaan atau utang.

 

“Dulu mungkin bisa berutang ke tetangga atau keluarga. Sekarang beralih kepada pembiayaan melalui teknologi, salah satunya pinjaman daring,” ulas Nailul saat dihubungi, Sabtu (8/3/2025) malam.

 

Ketika permintaan meningkat secara signifikan, maka potensi kredit macet juga meningkat. Begitu juga 2 atau 3 bulan pasca Lebaran, tapi kemudian kembali turun di pertengahan tahun.

 

Sebab itu, Nailul berpesan agar masyarakat tidak konsumtif. “Maka penting bagi masyarakat untuk mempertimbangkan betul pembiayaan atau utang ini. Tidak boleh berlebihan dalam konsumsi ketika Lebaran,” ujarnya.

 

Pemerintah Ajak Warga Manfaatkan Koperasi

 

Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian menyampaikan peran Koperasi Desa Merah Putih untuk masyarakat. Kata Tito, koperasi tersebut bisa menjadi solusi bagi petani dan masyarakat yang kesulitan ekonomi. Sehingga, masyarakat bisa terhindar dari jeratan pinjaman online.

 

Menurut Tito, masyarakat akan kesulitan mendapat pertanggungjawaban dari platform pinjol dan semacamnya. “Rentenir, pinjol dan tengkulak itu kan perorangan yang secara hukum akan sulit diminta pertanggungjawaban,” kata Tito di Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (7/3/2025).

Komentar:
Perkim
ePaper Edisi 07 Maret 2025
Berita Populer
01
Inter Milan Kokoh Di Klasemen Liga Italia

Olahraga | 12 jam yang lalu

02
Cavaliers Tim Pertama Raih Tiket Plyaoff NBA

Olahraga | 2 hari yang lalu

03
04
MotoGP, Pembalap Ducati Sama-sama Hebat

Olahraga | 14 jam yang lalu

08
10
GROUP RAKYAT MERDEKA
RM ID
Banpos
Satelit