TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Haji 2025

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers

50 Persen Orang Indonesia Giginya Berlubang

Reporter: Farhan
Editor: AY
Selasa, 17 Juni 2025 | 11:41 WIB
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin. Foto : Ist
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin. Foto : Ist

JAKARTA - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mendorong materi tentang kesehatan gigi masuk dalam kurikulum sekolah. Pasalnya, masalah kesehatan gigi di Indonesia masih cukup tinggi, bahkan mengalahkan masalah hipertensi.

 

Menteri Kesehatan (Menk­es), Budi Gunadi Sadikin mengatakan, berdasarkan hasil olah data Cek Kesehatan Gra­tis (CKG), sekitar 50 persen dari total masyarakat berumur 0-60 tahun mengalami gigi ber­lubang. Kemudian, ungkap dia, sebanyak 37 persen mengalami masalah kehilangan gigi, dan 12,4 persen mengalami masalah gusi.

 

Dia pun mengaku kaget saat mengetahui besarnya masalah kesehatan gigi dan gusi di tengah masyarakat. “Masalah kesehatan gigi paling tinggi, bahkan me­lebihi hipertensi,” ujar Budi dalam keterangannya, dikutip Senin (16/6/2025).

 

Sebab itu, mantan Direktur Utama (Dirut) Bank Mandiri ini mendorong agar penguatan kesehatan gigi dilakukan se­cara menyeluruh. Menurut dia, langkah tersebut harus dimulai dari edukasi sejak dini, hingga pemerataan tenaga medis ke seluruh pelosok negeri.

 

Dari sisi edukasi, Budi mengungkapkan, dirinya sudah berbi­cara dengan Kementerian Pen­didikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) agar materi tentang kesehatan gigi dimasu­kan dalam kurikulum pembe­lajaran. Dengan begitu, harap dia, anak-anak bisa memahami pentingnya menjaga kesehatan gigi dengan baik dan benar.

 

“Kami sudah bicara dengan Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah. Kita tahu sekarang kurikulum kembali ke wajib belajar. Jadi, materi kesehatan gigi harus dimasuk­kan sebagai prioritas, anak-anak harus belajar menyikat gigi yang benar sejak dini,” cetusnya.

 

Budi menilai, pemberian ma­teri terkait kesehatan gigi meru­pakan bagian dari pendekatan promotif dan preventif. Ke depan, pihaknya akan mengin­tegrasikan materi kesehatan gigi dalam kurikulum wajib di PAUD, TK, dan SD.

 

Lebih lanjut, dia mengajak masyarakat membiasakan diri melakukan pemeriksaan gigi secara rutin, setiap enam bulan. Selain itu, harap dia, dokter gigi juga dapat berperan aktif sebagai edukator, harus ramah dan dekat dengan anak-anak.

 

“Kami telah meminta Per­satuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) menyusun standar layanan dasar kesehatan gigi di Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskes­mas). Hal itu mencakup pemeriksaan, penambalan, perawatan akar, pencabutan, perawatan gusi, hingga penyediaan gigi palsu bagi lansia,” ungkapnya.

 

Sebagai bagian dari pemerataan layanan, lanjut Budi, Ke­menkes telah mengusulkan tunjangan khusus bagi dokter spesialis yang ditempatkan di wilayah terpencil. Pihaknya juga membuka peluang insentif serupa bagi dokter gigi di daerah minim layanan.

 

Saya bekerja berbasis ranking. Kalau data menunjukkan masalah gigi paling tinggi, inter­vensinya harus kita prioritaskan. Jangan sampai kesehatan gigi terus diabaikan,” tandasnya.

 

Terpisah, Ketua Umum Pengurus Besar PDGI, Usman Sumantri mengamini, masalah kesehatan gigi di Indonesia ma­sih besar. Mengutip data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, urai dia, sebanyak 56,9 persen penduduk usia di atas tiga tahun mengalami masalah gigi dan mulut, dengan 88 persen di antaranya menderita karies.

 

Usman menilai, banyaknya masalah kesehatan gigi di Indo­nesia berbanding lurus dengan kecilnya pemahaman masyara­kat tentang cara menyikat gigi yang baik dan benar. Menurut dia, hanya sekitar 6,2 persen masyarakat Indonesia yang me­nyikat gigi dengan benar.

 

Artinya, hanya ada 1 dari 16 orang yang menyikat gigi secara benar,” imbuhnya.

 

Lebih lanjut, Usman menegaskan komitmen pihaknya dala. memperkuat peran dokter gigi, terutama di layanan primer. Selain itu, pihaknya juga telah memberikan sejumlah masukan kebijakan, termasuk penempa­tan dokter gigi di Puskesmas, penguatan peralatan seperti rontgen gigi dan scaling dasar, serta pengembangan program edukasi dan pencegahan sejak usia sekolah.

 

“Kami siap bantu isi Puskes­mas yang belum memiliki dokter gigi. Saat ini, masih ada 26,8 persen Puskesmas yang belum terisi,” cetusnya.

 

Masalah kesehatan gigi dan gusi, juga ramai diperbincang­kan netizen di media sosial X. “Gue setuju banget, masalah ke­sehatan gigi jadi materi pelajaan tambahan. Kalua bisa, bukan kesehatan gigi saja. Jelaskan dan ajarkan juga tentang masalah kesehatan mulut dan dampaknya kalau tidak bisa menjaga,” cuit akun @xyz07629305.

 

“Jangan cuma anak-anak yang diedukasi, pak. Para orangtua juga harus diedukasi tentang cara gosok gigi yang baik dan benar. Soalnya, masih banyak orang tua yang membiarkan anaknya tidak menggosok gigi sebelum tidur. Mereka malas karena tidak punya pengetahuan,” usul akun @DehmitPhnKacang.

 

“Guys bener deh, jaga kesehatan gigi kalian. Sudah tiga hari, gigi belakang gue nyut-nyutan. Kerja nggak konsen, di bawa tidur malah tambah sakit. Besok, gue mau ke puskesmas aja,” tulis akun @gelas2bhiru.

 

Rata-rata orang nggak peduli sama kesehatan gigi, saat giginya tidak ada masalah. Tapi, saat giginya bermasalah, mereka pedulu bange karena takut ke dokter gigi,” timpal akun @Agiz12.

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
RM ID
Banpos
Satelit