Erick Sedang Hitung Kebutuhan KAI
Rencana Impor KA Tinggal Selangkah Lagi
JAKARTA - Rencana Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mengguyur modal PT Industri Kereta Api (Persero) atau INKA untuk meningkatkan kapasitas produksi, mesti didukung semua pihak terkait. Sebab, langkah tersebut sangat dibutuhkan untuk mengimbangi pesatnya pertumbuhan penumpang angkutan massal di atas rel.
Menteri BUMN Erick Thohir mengungkapkan, harus ada langkah solutif untuk tetap bisa memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat yang selama ini mengandalkan transportasi massal seperti kereta api.
“Jadi bukan sekadar ribut impor (atau tidak) saja tanpa solusi buat masyarakat pengguna kereta yang kini berhimpit-himpitan,” kata Erick di Jakarta, Kamis (25/5).
Karena itu, pihaknya akan mendorong kapasitas produksi PT Industri Kereta Api (Persero) atau INKA, melalui pemberian Penyertaan Modal Negara (PMN) pada tahun depan.
“Saya sudah memasukkan (usulan) di 2024, salah satunya PMN untuk INKA, kalau tidak salah Rp 1,5 triliun asal konteksnya memperbesar produksi,” imbuhnya.
Erick menilai, keterbatasan produksi INKA saat ini membuat perusahaan tak bisa memasok seluruh kebutuhan PT Kereta Commuter Indonesia (KCI), anak usaha PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI, untuk periode 2022-2025.
Padahal PT KCI membutuhkan sebanyak 10 trainset Kereta Rel Listrik (KRL) Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi) yang bakal pensiun tahun ini.
Erick bilang, untuk memenuhi kebutuhan KRL tersebut, impor kereta bekas dari Jepang merupakan salah satu opsi yang perlu dilakukan. Menurutnya, opsi itu mulai mendapat lampu hijau dari stakeholder terkait.
Erick mengaku, pihaknya telah berdiskusi dengan Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi, Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita dan menteri terkait lainnya terkait rencana impor kereta tersebut. Sekarang tinggal selangkah lagi untuk mengambil keputusan.
“Sekarang tinggal tunggu (rapat) koordinasi dengan Pak Luhut (Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Pandjaitan),” katanya
Di samping itu, Erick kini sedang menunggu dua data yang harus difinalkan dari PT INKA dan PT KAI.
Saya minta data itu, dari INKA berapa kemampuan produksinya. Saya juga meminta KAI untuk me-review kembali, kenaikan jumlah penumpang yang menggunakan transportasi kereta api pasca Covid-19,” ucapnya.
Menurut mantan bos Klub Inter Milan ini, bila kedua data tersebut sudah diserahkan, maka keputusan untuk pengadaan KRL akan menjadi lebih gamblang.
“Kalau data-data ini ada, bisa kami simpulkan, ambil keputusan berapa (jumlah kereta) yang impor, berapa yang produksi sendiri,” sambungnya.
Menanggapi ini, Pemerhati Transportasi Akhmad Sujadi menilai positif rencana Pemerintah memberikan PMN kepada INKA untuk peningkatan kapasitas produksi.
“PMN memang sangat dibutuhkan, agar INKA memiliki kemampuan dari segi finansial untuk menambah kapasitas produksinya,” kata Akhmad kepada Rakyat Merdeka (Tangsel Pos Grup), kemarin.
Apalagi, sambung Akhmad, INKA telah memiliki pabrik baru atau workshop tambahan di Banyuwangi, Jawa Timur untuk mendukung produksi kereta api, yang saat ini hanya dilakukan di Madiun, Jawa Timur.
Ia meyakini, penambahan kapasitas produksi INKA bisa terealisasi, sehingga nanti bisa mendukung bisnis perusahaan dalam hal ekspor.
Dengan begitu, PT KAI melalui anak usahanya, PT KCI, secara bertahap bisa mengurangi impor dalam memenuhi kebutuhan gerbong keretanya.
“Impor kereta bekas dari Jepang ini memiliki sejarah panjang, yang akhirnya mengubah wajah pelayanan KRL Jabodetabek secara drastis,” katanya.
Namun ia berharap, Pemerintah dapat mengambil solusi tepat terkait pemenuhan kebutuhan gerbong kereta tersebut, tanpa mengesampingkan pelayanan terhadap masyarakat. (RM.id)
Pos Tangerang | 2 hari yang lalu
Pos Banten | 2 hari yang lalu
Pos Tangerang | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Pos Tangerang | 1 hari yang lalu
Nasional | 1 hari yang lalu
Pos Banten | 2 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu