Isak Tangis Megawati Kenang 10 Tahun Wafatnya Taufiq Kiemas

JAKARTA - Isak tangis Ketua Umum DPP PDI Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri tumpah mewarnai acara penutupan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) III PDIP di Gedung Sekolah Partai, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Kamis (8/6).

Megawati meneteskan air mata saat menyampaikan kesan tentang mendiang sang suami Taufiq Kiemas yang telah 10 tahun meninggal dunia, yang peringatan haulnya tepat hari ini.

"Pada kesempatan ini saya ucapkan banyak terimakasih atas rencana anakku semuanya.... (Isak Tangis Megawati) Karena pada tanggal ini, adalah, almarhum bapak Taufik Kiemas, berumur, meninggalkan kita bersama tepat 10 tahun," ucap Megawati terbata-bata menahan isak tangis.

Megawati lantas mengingatkan bahwa banyak hal yang perlu dicontoh dari sosok Taufiq Kiemas, salah satunya semangatnya yang selalu berkobar-kobar. "Kita tahu beliau itu orang yang selalu semangat," tegas Megawati yang diikuti tepuk tangan serta pekik merdeka para peserta Rakernas III PDIP.

Megawati juga menyebut mendiang Taufiq Kiemas merupakan tokoh yang selalu merangkul dan suka mengulurkan tangan untuk membantu sesama.

"Dan keteladanan beliau adalah selalu merangkul, selalu mencari solusi, dan selalu membuat terbuka tangannya untuk menolong siapa pun yang membutuhkannya," ungkap Megawati.

Yang sangat penting, Megawati mengingatkan bahwa Taufiq Kiemas merupakan tokoh bangsa yang telah mewariskan legacy sangat penting bagi bangsa Indonesia, yaitu 4 Pilar kebangsaan. Dengan 4 pilar itulah, bangsa Indonesia kini kokoh dan solid berdiri.

"Dan almarhum telah meninggalkan legacy bagi bangsa ini dengan tegaknya Empat Pilar Berbangsa dan Bernegara. Pancasila, Undang-undang Dasar (UUD) 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan keutuhan NKRI," katanya.

Sekadar informasi, Taufiq Kiemas (Dr. (HC). H. Muhammad Taufiq Kiemas, S.H., M.H.) meninggal dunia pada 8 Juni 2013. (lahir 31 Desember 1942 – 8 Juni 2013).

Taufiq Kiemas adalah negarawan dan politikus Indonesia yang pernah menjabat sebagai Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) pada 1 Oktober 2009 hingga wafat pada 8 Juni 2013.