TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers SinPo

PMI: Bak Pembunuh Tak Kasat Mata

Ngeri, Gelombang Panas Di Eropa Capai 43 Derajat

Laporan: AY
Kamis, 20 Juli 2023 | 08:00 WIB
Orang-orang menghabiskan waktu dekat air mancur Fontana della Barcaccia, Piazzadi Spagna, Roma, Italia, 18 Juli 2023. Suhu diperkirakan akan meningkat dalam beberapa hari mendatang. (Foto : Reuters)
Orang-orang menghabiskan waktu dekat air mancur Fontana della Barcaccia, Piazzadi Spagna, Roma, Italia, 18 Juli 2023. Suhu diperkirakan akan meningkat dalam beberapa hari mendatang. (Foto : Reuters)

ITALIA - Gelombang panas ekstrem yang menerjang Eropa, sangat menyengat dan cukup mengerikan. Suhunya mencapai 43 derajat celsius. Kondisi ini membuat warga Benua Biru tak bisa lagi leluasa beraktivitas di luar ruangan.

Gelombang panas kedua dalam beberapa minggu terakhir melanda Italia, Yunani, Spanyol hingga Swiss.

Seorang warga bernama Fausto Alberetto, yang sedang mengunjungi Roma, Italia, Selasa (18/7) mengatakan, sebelumnya ia tidak mempersiapkan diri menghadapi cuaca panas di Negeri Menara Pisa itu.

Padahal, suhu di Kota Roma mencapai 40 derajat Celcius. “Setelah mendapat informasi, kami mempersiapkan diri. Tapi, mendengar laporan cuaca dan merasakannya langsung, sangat berbeda dan mengerikan,” ujar Alberreto, dilansir Associated Press, kemarin.

Di Italia, relawan kesehatan memantau beberapa tempat keramaian. Untuk mengurangi risiko dehidrasi warga, para relawan itu membagikan botol air yang bisa diisi ulang di 28 tempat popular yang biasa dikunjungi di Kota Roma.

Pihak berwenang juga mendorong pengunjung dan warga untuk memanfaatkan keran-keran air siap minum (nasone) yang berada di ratusan tempat di pusat bersejarah kota itu.

Relawan perlindungan sipil mengidentifikasi ada empat orang yang terdampak cuaca panas ektrem. “Untungnya, tidak satu pun dari mereka dalam kondisi serius,” terang Direktur Perlindungan Sipil Kota Roma, Giuseppe Napolitano.

Di Siprus, akhir pekan lalu otoritas kesehatan setempat mengonfirmasi, seorang pria berusia 90 tahun meninggal akibat gelombang panas. Sedangkan enam orang lainnya yang telah berusia lanjut sedang menjalani perawatan di rumah sakit.

Suhu di negara yang terletak di bagaian selatan Benua Eropa itu mencapai 43 derajat Celcius. Gelombang panas baru di beberapa bagian di Eropa selatan diperkirakan akan berlangsung beberapa hari ke depan.

Badan cuaca PBB mengatakan, suhu di Eropa bisa melebihi rekor 48,8 derajat Celcius. Suhu itu terjadi di Sisilia, Italia, dua tahun lalu.

Pemimpin tim kesehatan darurat untuk Federasi Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional Panu Saaristo menilai, gelombang panas benar-benar jadi pembunuh yang tak kasat mata.

“Kami mengalami suhu yang semakin panas untuk rentang waktu yang lebih lama setiap musim panas di Eropa,” kata Saaristo, di markas lembaga tersebut di Jenewa, Swiss.

Di Yunani, pekan lalu Pemerintah setempat memperkenalkan perubahan jam kerja. Mereka juga memerintahkan penutupan situs kuno Acropolis dan beberapa yang lain pada siang hari, untuk menghindarkan para pekerja terpapar cuaca panas ekstrem.

Organisasi Meteorologi Dunia memperkirakan, beberapa rekor suhu terpanas akan pecah pada musim panas tahun ini. Penyebabnya adalah, perubahan iklim yang sebagian besar akibat aktivitas manusia.

Seperti, pembakaran batubara, minyak, dan gas alam. Hal tersebut juga ditambah dengan fenomena cuaca El Nino. Meski fenomena El Nino saat ini dianggap masih belum mencapai puncaknya.

Penasihat cuaca panas ekstrem senior di Organisasi Meteorologi Dunia John Nairn mengatakan, suhu panas saat ini terbilang tidak normal dibandingkan dengan masa lalu. Dan sebagian besar penyebabnya adalah perubahan iklim.

“Ini karena pemanasan global, dan akan terus berlanjut selama beberapa waktu,” jelas Nairn, yang telah mencatat peningkatan gelombang panas simultan enam kali lipat sejak 1980-an.

Tahun lalu, di Eropa ada 61 ribu kasus kematian yang terjadi akibat cuaca panas ekstrem. Jauh sebelumnya, pada 2003, gelombang panas di Prancis jadi penyebab sekitar 15 ribu kematian.

Tingginya angka kematian itu disebabkan warga lanjut usia yang tinggal di apartemen kota dan rumah jompo tanpa sistem pendingin udara.

Angka kematian yang tinggi, mendorong negara itu untuk memperkenalkan sistem peringatan dan mengkaji tata cara menangani suhu ekstrem.

Negara-negara lain mengambil langkahlangkah untuk melindungi bantuan publik selama musim panas 2023 yang menyengat.

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
sinpo
sinpo
sinpo