Istri Jenderal Sambo Sering Kasih Duit Ke Adik Brigadir J
JAKARTA - Pihak kepolisian juga Komnas HAM terus mengusut kasus polisi tembak polisi yang menewaskan Brigadir Nopriansyah Yoshua Hutabarat alias Brigadir J. Makin ke sini, makin banyak fakta-fakta baru mulai terkuak. Misalnya, soal kebaikan Putri Candrawathi, istri Kadiv Propam, Irjen Ferdy Sambo kepada keluarga Brigadir J.
Untuk diketahui, sebelum tewas ditembak Bharada E, Brigadir J adalah anggota Bareskrim yang ditugaskan sebagai sopir dinas Putri Candrawathi. Sedangkan Bharada E merupakan anggota Brimob yang ditugaskan mengawal Irjen Sambo. Aksi saling tembak keduanya terjadi di rumah dinas Ferdy Sambo di daerah Duren Tiga, Jakarta Selatan, Jumat (8/7) sore.
Soal kebaikan istri jenderal bintang 2 itu diungkapkan Rosti Simanjuntak, ibunda Brigadir J. Penuturan Rosti disampaikan sesaat sebelum jenazah Brigadir J di makamkan, di Jambi. Penuturan itu bisa dilihat lewat fitur siaran langsung Facebook milik adik Rosti, pada 11 Juli 2022. Saat berbicara Rosti menggunakan bahasa Batak.
“Kutanya adik, baik kali ini Ibu (Putri) itu, dikasihnya adikmu itu uang Rp 10 juta kalau datang. Tapi karena besarnya uang sewa rumahnya itu nak. Biaya kosnya itu habis begitu lah keuangannya itu,” kata Rosti, di dalam video itu.
Lewat penuturannya, Rosti bilang bahwa istri Ferdy Sambo itulah yang kerap mengundang adik Brigadir J untuk datang ke rumah. Rosita menyebut, kedekatan dan kebaikan Ferdy Sambo dan istrinya kepada adik Brigadir J ini yang kemungkinan membuat orang lain cemburu.
“Jadi cemburunya orang itu karena Bapak dan Ibu itu menyayangi kalian. Karena perbuatanmu yang jujur itunya anakku,” ungkapnya.
Lantas bagaimana dengan perkembangan kasus ini? Hingga kemarin, tim khusus bentukan Kapolri masih terus bekerja mencari fakta-fakta baru dalam kasus tersebut. Dalam beberapa hari ini, Timsus terus mengumpulkan bukti dan keterangan untuk mengungkap kasus ini. Misalnya, terus melakukan olah tempat kejadian perkara. Mengukur jarak dan sudut tembakan, lalu mengecek barang bukti lain, seperti pemeriksaan CCTV, handpone, dan sidik jari.
Di tempat terpisah, kedokteran forensik juga terus berupaya merampungkan hasil autopsi. Bersamaan dengan itu, laboratorium forensik tengah melakukan uji balistik dari proyektil, selongsong dan senjata api dalam peristiwa itu.
Secara paralel, Direktorat Tindak Pidana Umum (Dittipidum) Bareskrim Polri juga melakukan pemeriksan ke sejumlah saksi-saksi dan memberikan asistensi ke tim penyidik dari Polres Metro Jakarta Selatan.
Apa hasilnya? Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Dedi Prasetyo meminta publik bersabar. Pihaknya masih terus bekerja untuk mengungkap kasus ini.
"Dengan begitu, hasilnya akan sangat jelas dan komprehensif karena bukti yang bicara secara ilmiah dan ada kesesuaian dengan hasil pemeriksaan para saksi-saksi,” kata Dedi, dalam keterangan pers, kemarin.
Ia pun meminta semua pihak tidak mudah memercayai isu liar yang beredar dalam kasus ini. Menurutnya, isu liar yang beredar tidak bisa dipercaya karena tidak berdasarkan fakta yang terjadi di TKP.
“Ini untuk menghindari spekulasi. Bukan orang yang expert di bidangnya justru akan memperkeruh keadaan,” kata Dedi.
Di saat timsus bekerja, tim Komnas HAM juga bergerak ke Jambi untuk menggali keterangan dari keluarga Brigadir J. Tim bergerak pada Sabtu (16/7). Komisioner bidang Pemantauan & Penyelidikan Komnas HAM, Choirul Anam mengatakan tim sudah menemui keluarga Brigadir J dan mendapat keterangan, foto, dan video.
Dalam pertemuan itu, lanjut dia, tim meminta keterangan perihal sejumlah foto yang beredar di media. Kapan foto itu diambil dan dalam konteks apa. Selain itu, tim juga mengumpulkan informasi mengenai kabar peretasan ponsel milik keluarga serta kabar rombongan anggota polisi yang mendatangi kediamannya.
Kapan penyelidikan Komnas selesai? Dia bilang, pihaknya tentu saja ingin kasus ini segera selesai. Namun, bisa saja dalam prosesnya nanti ada sejumlah persoalan yang membuat penyelesaian kasus ini memakan waktu lama. Misalnya, saat meminta keterangan pihak lain. Selalu ada pihak yang diminta keterangan enggak ketemu jadwalnya sehingga membuat penyelesaian kasus menjadi molor.
Sekadar latar saja, kasus polisi tembak polisi ini menyedot perhatian publik.
Dari keterangan pers, Brigadir J tewas usai terlibat baku tembak dengan Bharada E. Aksi adu tembak itu dipicu aksi pelecehan seksual pada istri Kadiv Propam Polri.
Keterangan awal dari kepolisian ini makin bikin penasaran. Publik menganggap ada sejumlah kejanggalan. Presiden Jokowi sampai Menkopolhukam Mahfud MD ikut memberikan atensi agar mengungkap kasus ini. Kapolri Jenderal Sigit Listyanto Prabowo akhirnya membentuk timsus untuk merespons sorotan publik.
Anggota Komisi III DPR, Trimedya Pandjaitan berharap kepolisian segera mengungkap kasus ini. Soalnya kasus ini sudah membuat publik marah. Bahkan menjadi atensi Presiden Jokowi dan Menkopolhukam Mahfud MD.
Ia pun mendorong Kapolri untuk sementara menonjobkan Ferdy Sambo.
“Kalau kasus sudah selesai, tidak ada sangkut paut dengan urusan ini, berikan jabatannya itu lagi,” saran Trimedya.
Mantan Kepala Badan Intelijen Strategis TNI, Laksamana Muda (Purn) Soleman B Ponto ikut mengomentari kasus ini. Menurut dia, kasus ini sudah melebar ke mana-mana. Dari awalnya kasus pembunuhan menjadi kasus pelecehan.
Kata dia, fakta di lapangan ada orang mati. Jadi, mestinya kembali ke titik ini.
“Tapi kenapa logikanya (pelecehan seksual) sudah ada duluan. Harusnya itu nanti soal motif,” kata Soleman.
Gara-gara isunya menjadi liar, kata dia, wajar kalau terkesan ada sesuatu yang disembunyikan. (rm.id)
TangselCity | 1 hari yang lalu
Olahraga | 1 hari yang lalu
Pos Banten | 1 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
Pos Banten | 21 jam yang lalu
Olahraga | 1 hari yang lalu
Nasional | 15 jam yang lalu
Olahraga | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu