Banyak Hoaks, Informasi Wolbachia Kurang Optimal
Inovasi Teknologi Redam DBD
JAKARTA - Senayan menyoroti penerapan inovasi teknologi Wolbhachia sebagai upaya menghentikan penyebaran Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia. Sayangnya, di tengah inovasi teknologi ini muncul beragam hoaks.
Anggota Komisi IX DPR Rahmad Handoyo mengatakan, informasi yang diterima masyarakat menyangkut Wolbhachia simpang siur. “Banyak hoaks tentang Wolbhachia yang bermunculan di ruang-ruang publik sehingga masyarakat, ya jadi ketakutan,” kata dia, kemarin.
Politisi PDI Perjuangan ini khawatir jika kabar hoaks Wolbhachia ini terus berlanjut, masyarakat yang menjadi korbannya. Salah satu hoaks di media sosial, informasi bahwa Wolbachia ini adalah jentik nyamuk yang sengaja diimpor untuk merusak anak bangsa ini.
“Pendapat ini kan sebenarnya konyol. Tapi informasi sepotong tanpa didukung fakta dan data seperti ini tetap bisa membuat masyarakat risau dan ketakutan,” bilang Handoyo.
Akibat hoaks yang berseliweran ini, lanjutnya, memicu pro dan kontra di masyarakat. Walhasil, masyarakat, bahkan dari tokoh sekelas mantan menteri kesehatan pun, kontra dengan inovasi yang terbilang baru ini.
Diakuinya, protes dari masyarakat ini sebenarnya baik-baik saja. Apalagi semua komentar ini semata-mata ingin melindungi kesehatan masyarakat. “Hanya saja, informasi yang didengungkan tidak utuh dan cenderung menyerang kebijakan pemerintah. Akhirnya masyarakat yang jadi bingung,” sambungnya
Politisi yang berlatar belakang aktivis ini meyakini, niat Pemerintah menerapkan inovasi teknologi modern seperti Wolbhachia ini sangat mulia. Bahwa Pemerintah ingin mengurangi penyebaran penyakit DBD. Tapi karena strategi penyebaran informasi dan edukasi tidak utuh, akhirnya memicu kekhawatiran masyarakat.
Untuk itu, dia mengajak semua pihak untuk menyikapi kondisi ini dengan asas kehati-hatian, terutama saat membuat statemen, khususnya lewat media sosial. Walau diakuinya, setiap kebijakan Pemerintah, sudah barang tentu berdasarkan satu penelitian dan berdasarkan keilmuan. “Artinya, kebijakan itu akhirnya diambil berdasarkan suatu rangkaian panjang,” jelasnya.
Handoyo mengatakan, inovasi atau penerapan Wolbachia untuk memberantas DBD sudah diterapkan di banyak negara. Negara-negara yang memanfaatkan teknologi Wolbachia antara lain Brasil, Australia, Vietnam, Fiji, Vanuathu, Mexico, Kiribathi, New Caledonia, Sri Lanka, dan lainnya.
Indonesia pun sudah melakukan langkah penelitian atas inovasi tersebut. Penelitian tersebut dilakukan sejak 2011 di Yogyakarta dengan dukungan filantropi Yayasan Tahija. Penelitian dilakukan melaui fase persiapan dan pelepasan aedes aegypti berwolbachia dalam skala terbatas (2011-2015). Hasilnya, Wolbachia ini dapat melumpuhkan virus dengue dalam tubuh nyamuk Aedes aegypti, sehingga virus tidak menular ke dalam tubuh manusia.
Untuk meredam pro kontra di masyarakat ini, Handoyo menyarakan agar para pihak duduk bersama. Jangan sampai kegundahan semakin meluas. Walaupun, kebijakan ini didasari niat baik, namun imbasnya telah memicu kekhawatiran berlebihan di masyarakat, sehingga malah kontra produktif.
Dia pun meminta Pemerintah, segera mengambil alih kebijakan program ini dan mensosialisasikan kepada para pemangku kepentingan. “Sehingga penerapan program ini (Wolbachia) bisa diterima masyarakat dan tidak memincu kekhawatiran akibat komunikasi yang kurang optimal,” ucapnya.
Pos Tangerang | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Nasional | 1 hari yang lalu