TangselCity

Ibadah Haji 2024

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers SinPo

Penggunaan Bahasa Indonesia Di Kalangan Generasi Z

Oleh: Nia Damayanti
Sabtu, 29 Juni 2024 | 08:45 WIB
Ist.
Ist.

SERPONG - Bahasa berfungsi sebagai media untuk memfasilitasi komunikasi ide, pandangan, sentimen, konsep, dan pemikiran kepada orang lain. Hal ini umumnya digunakan sebagai instrumen sosial dan untuk pertumbuhan pribadi dalam hubungannya dengan orang lain. Bahasa memiliki peran penting sebagai media penting bagi hubungan spiritual dalam kehidupan komunal (Azizah, 2019). Penggunaan bahasa, khususnya bahasa Indonesia, menandakan rasa nasionalisme yang kuat. Bahasa Indonesia berfungsi sebagai bahasa kohesif bagi beberapa bahasa daerah yang digunakan di Indonesia. Setiap wacana atau komunikasi tertulis yang berkaitan dengan urusan pemerintahan harus memenuhi standar penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan akurat. Kemahiran berbahasa Indonesia dapat dilihat melalui ejaan yang akurat, diksi yang tepat, dan kemampuan menyusun kalimat dan paragraf yang efektif dalam suatu komposisi tertulis. Referensi yang dikutip berasal dari Fatoni dkk. (2019). Sebagai warga negara Indonesia yang mewarisi tantangan yang dihadapi para pendahulu kita, marilah kita bersama-sama menyatakan rasa sayang kita terhadap Indonesia, kebanggaan kita berbahasa Indonesia, dan mengakui keistimewaan Indonesia. Mari kita sama-sama mencintai Indonesia. Menurut penelitian La Ode Madina dkk. (2018), Bahasa Indonesia, bahasa asli Indonesia, terbukti menjadi sarana komunikasi yang efisien dalam membina hubungan antaretnis di tanah air.

Seiring berjalannya waktu, pemanfaatan bahasa Indonesia di kalangan generasi Z kini menjadi perpaduan antara bahasa asing dan bahasa gaul yang mereka kembangkan di dalam kelompok sosialnya masing-masing. Terbentuknya stigma di kalangan generasi Z bahwa penggunaan bahasa Indonesia tidak dianggap modern menjadi permasalahan yang signifikan bagi perkembangan bahasa tersebut di masa depan. Penggunaan bahasa Indonesia di kalangan individu generasi Z menunjukkan variasi yang signifikan bergantung pada lingkungan dan lingkungan sosial tertentu. Individu tertentu yang termasuk dalam Generasi Z mungkin memiliki kecenderungan untuk menggunakan bahasa formal dan konvensional, khususnya dalam konteks pendidikan atau pemerintahan. Namun demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa dalam lingkungan kita sehari-hari saat ini, terutama ketika berinteraksi dengan teman sebaya, terdapat kecenderungan yang nyata untuk menggunakan bahasa yang lebih informal, yang mencakup ungkapan-ungkapan slang dan frasa-frasa baru yang muncul dari dampak media sosial dan budaya populer, seperti sebagai K-Pop. Sangat disukai di kalangan Generasi Z saat ini.

Generasi Z, juga dikenal sebagai gen Z atau centennials, mengacu pada kelompok individu yang lahir antara tahun 1997 dan 2012. Mereka mengikuti generasi yang dikenal sebagai milenial atau generasi Y. Selain itu, generasi Z mengacu pada kelompok individu yang lahir antara tahun 1998 dan 2009 ( Arum, dkk., 2023). Generasi Z biasa disebut sebagai generasi digital karena lahir pada periode kemajuan teknis yang signifikan dan menunjukkan ketergantungan yang kuat pada teknologi (Adityara & Rakhman, 2019). Mereka sering memanfaatkan media digital untuk memenuhi kebutuhan mereka, khususnya untuk pengetahuan dan kesenangan. Berapa prevalensi penggunaan bahasa Indonesia di kalangan Generasi Z? Rohman, dkk (2023) memberikan penjelasan ringkas mengenai empat poin krusial:

Keberadaan bahasa Indonesia saat ini:

Kehadiran bahasa Indonesia saat ini semakin diwaspadai karena kecenderungan banyak generasi Z yang mencampurkannya dengan bahasa gaul dan bahasa asing. Bahasa ini melemahkan kemahiran dan keakuratan penggunaan bahasa Indonesia dalam kaitannya dengan aturan-aturannya. Marsudi (2008) berpendapat bahwa kehadiran bahasa yang terstandar tidak hanya dipengaruhi oleh konsistensi penggunaannya, tetapi juga kemampuannya dalam menyampaikan konsep dan ide baru secara efektif. Kemajuan pesat arus global mengharuskan kita untuk mengakui cepatnya laju perubahan. Hal ini turut berkontribusi terhadap masuknya budaya asing ke Indonesia sehingga mengakibatkan terjadinya distorsi tata bahasa Indonesia akibat masuknya bahasa asing. Pembentukan dan sosialisasi identitas berbahasa Indonesia sangat penting bagi setiap warga negara Indonesia, khususnya generasi muda, termasuk Generasi Z, untuk menjamin keberlangsungan kehadiran bahasa Indonesia di masa globalisasi (Assapari, 2014).

Penggunaan bahasa gaul oleh generasi Z:

Generasi Z saat ini terus berinovasi dengan mengembangkan bahasa-bahasa baru yang berasal dari bahasa Indonesia guna meningkatkan daya tariknya. Mereka menegaskan bahwa bahasa ini disebut juga dengan bahasa gaul. Bahasa gaul dapat diperoleh atau dikembangkan secara tidak sengaja sebagai akibat dari pengaruh lingkungan atau budaya sekitar seseorang. Remaja juga menyebarkan bahasa gaul melalui platform media sosial. Pesatnya kemajuan teknologi dan komunikasi menyebabkan meluasnya penggunaan bahasa gaul dalam skala yang lebih besar (Fawaid, et al., 2021).

Mayoritas bahasa gaul berasal dari singkatan, terjemahan, atau lelucon. Kosakata bahasa gaul yang umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari selama beberapa generasi mencakup istilah seperti “lo” sebagai pengganti “kamu” dan “gua” sebagai pengganti “aku” yang digunakan oleh Generasi Z. Ada istilah-istilah yang tidak jelas yang dikenal sebagai bahasa gaul, seperti “slebew”, “Lebay”, “anjay”, dan “gamon”. Generasi Z sering kali menunjukkan kecenderungan membalikkan bahasa Indonesia, seperti mengubah kata “bisa” menjadi “sabi” dan kata “enak” menjadi “kane”. Menjamurnya bahasa gaul di masyarakat Indonesia tidak bisa dihindari, sebagian besar didorong oleh dampak kemajuan teknologi dan meluasnya adopsi bahasa gaul di kalangan remaja. Oleh karena itu, besar kemungkinan bahasa Indonesia pada akhirnya akan tergeser oleh fenomena ini. (Riadoh, 2021)

Pencampuran bahasa Indonesia dengan bahasa asing:

Dengan masuknya budaya asing, Indonesia menjadi saksi masuknya bahasa asing. Akibatnya, lanskap linguistik di Indonesia telah berkembang melampaui bahasa nasional, sehingga memunculkan bahasa-bahasa baru dari luar negeri yang semakin populer di kalangan masyarakat Indonesia, khususnya di kalangan Generasi Z. Hal ini juga menyiratkan bahwa bahasa asing memiliki tingkat keunggulan dibandingkan bahasa Indonesia sendiri. Fenomena ini menyebabkan generasi Z Indonesia mengidolakan dan mengagungkan bahasa asing tersebut. Tak heran jika Generasi Z semakin memanfaatkan bahasa asing untuk menumbuhkan citra keren dan cerdas di ranah publik. Bahasa Inggris merupakan bahasa asing yang paling banyak digunakan oleh Generasi Z karena statusnya sebagai bahasa internasional, sehingga memudahkan saling pengertian dan komunikasi antar negara. Bahasa Inggris dianggap mendunia karena penggunaannya secara luas sebagai bahasa kedua atau bahasa utama di banyak negara. Generasi Z dengan lancar mengintegrasikan bahasa asing ke dalam kehidupan sehari-hari mereka bersama dengan bahasa Indonesia. Generasi Z mengembangkan bahasa gaul bahasa Inggris sebagai akibat dari kejadian awal ini. Istilah-istilah asing dimasukkan ke dalam bahasa Indonesia karena konsep-konsep yang disampaikan oleh kata-kata asing tersebut belum ada dalam bahasa Indonesia. Contoh pencampuran Antara bahasa Indonesia dan bahasa Inggris seperti “Which is gak Banget gitu buat dia”; “Actually, dia jomblo”; “Menurut gue sih harga sama kualitasnya gak worth It”; “Gue lebih prefer yang tadi sih” Dan banyak singkatan dari bahasa Inggris yang sering diucapkan Generasi Z misalnya “BTW”, “OTW”, “FYI“ “COD”, “OMG” Selain itu, masih banyak contoh tambahan. Bahasa Inggris masih belum dapat dipahami oleh masyarakat Indonesia, sehingga bahasa Inggris dikaitkan dengan persepsi gengsi ketika berbicara dalam bahasa Indonesia. Generasi Z mempunyai rasa bangga yang lebih besar terhadap bahasa Inggris dibandingkan dengan bahasa ibunya.

Kefasihan berbahasa Inggris dibandingkan bahasa Indonesia:

Saat ini, sejumlah besar individu Generasi Z memiliki tingkat kemahiran bahasa asing yang lebih tinggi dibandingkan bahasa ibu mereka. Bahasa asing di Indonesia mencakup semua bahasa selain bahasa Indonesia, termasuk bahasa daerah seperti bahasa Melayu (Suhendar, 1997-1998). Fenomena ini disebabkan oleh pengaruh genetik dan lingkungan. Individu Generasi Z yang memiliki warisan genetik dari dua negara berbeda sering kali terdaftar di lembaga pendidikan yang disebut sebagai “sekolah internasional”, yang mengharuskan mereka untuk berkomunikasi sebagian besar dalam bahasa Inggris. Sekolah yang memiliki keunggulan nasional dengan tetap berstandar internasional adalah lembaga pendidikan yang memiliki fasilitas lengkap dan memiliki kriteria seleksi siswa yang ketat. Akibatnya, mereka lebih sering memahami dan menggunakan bahasa Inggris dibandingkan bahasa Indonesia. Orang tua biasanya mendaftarkan anaknya di sekolah internasional dengan tujuan membekali mereka menghadapi era globalisasi saat ini. Hal ini mengakibatkan anak semakin kurang mengenal bahasa ibu. Generasi Z, karena sangat mahir berbahasa Inggris, biasanya lebih suka bersosialisasi hanya dengan orang lain yang memiliki tingkat kefasihan bahasa yang sama, sehingga memfasilitasi komunikasi yang lebih lancar. Oleh karena itu, individu yang mahir berbahasa Inggris menahan diri untuk tidak menggunakan bahasa Indonesia dalam interaksi sehari-hari. Individu keturunan asing biasanya hanya menggunakan bahasa asing dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan analisis ini, terdapat empat titik penting interaksi antara generasi Z dan bahasa Indonesia. Diantaranya adalah: 1) Maraknya bahasa Indonesia di era sekarang, 2) Munculnya istilah-istilah slang yang diciptakan oleh generasi Z, 3) Pencampuran bahasa Indonesia dengan bahasa asing, dan 4) Kemahiran generasi Z dalam berbahasa Inggris melebihi kemampuan mereka. mahir berbahasa Indonesia. Berdasarkan keadaan tersebut, dapat disimpulkan bahwa generasi Z kurang mahir menggunakan bahasa Indonesia dalam aktivitas sehari-hari. Banyak dari mereka sering menggunakan bahasa gaul dan bahasa asing, seperti bahasa Inggris. Sindrom ini dapat timbul dari berbagai sumber, baik pengaruh internal maupun eksternal. Sebagai wakil Generasi Z, sudah menjadi tanggung jawab kita untuk melestarikan dan memanfaatkan bahasa Indonesia secara efektif, memastikan keberlangsungan eksistensi dan pengaruhnya sebagai identitas linguistik yang kuat.

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
sinpo
sinpo
sinpo