TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers SinPo

Demokrat Dan PAN Pasang Badan Bela Pencalonan Bobby Di Sumut

Laporan: AY
Minggu, 14 Juli 2024 | 12:11 WIB
Walikota Medan Bobby Nasution beserta Sang Istri. Foto : Ist
Walikota Medan Bobby Nasution beserta Sang Istri. Foto : Ist

JAKARTA - Partai Demokrat dan Partai Amanat Nasional (PAN) kompak pasang badan untuk keluarga Presiden Jokowi yang dikritik PDIP karena maju di Pilpres dan Pilkada. Menurut Demokrat dan PAN, sah-sah saja anak dan menantu Jokowi maju di Pilpres dan Pilkada, karena itu bentuk regenerasi.

Sebelumnya, Ketua DPP PDIP Djarot Saiful Hidayat mengatakan, baru di era saat ini seorang menantu hingga anak dari pemimpin negara disiapkan untuk kontestasi di dunia politik. Hal ini merujuk pada langkah Wali Kota Medan, Bobby Nasution, yang maju di Pilgub Sumatera Utara, dan Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka yang sebelumnya terpilih sebagai Wakil Presiden.

"Sejak Presiden Bung Karno, Pak Harto, Habibie, Gus Dur, Bu Mega, Pak SBY, baru kali ini. Mulai dari anaknya, menantu­nya, mungkin cucunya, mungkin saudaranya akan disiapkan. Di dalam demokrasi prosedural, oke boleh. Tapi di dalam demokrasi, di dalam politik itu ada etika, ada moral," ucap Djarot.

Deputi Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) Partai Demokrat Kamhar Lakumani tak sependapat dengan pernyataan Djarot. Menurutnya, proses mempersiapkan seseorang men­jadi pemimpin bangsa adalah fitrah manusia. Baik itu di dalam partai, organisasi, maupun ke­luarga. Proses ini, bagian untuk menghadapi dinamika politik yang ada.

“Regenerasi dalam berbagai hal merupakan fitrah sebagai makhluk sosial. Termasuk, mem­persiapkan anak, cucu dan seter­usnya agar siap menghadapi dan merespons dinamika yang ada,” ujarnya, Sabtu (13/7/2024).

Untuk proses pemilihannya, kata Kamhar, bisa diawasi. Tidak hanya oleh parpol seperti PDIP, pengawasan juga bisa di­lakukan oleh publik. Termasuk, memberikan pengawasan ketika pimpinan melakukan indikasi penyalahgunaan kekuasaan.

Termasuk bila ada indikasi penyalahgunaan kekuasaan(abuse of power) dalam pelaksanaannya, baik dalam hal penyusunan atau perubahan regulasi maupun operasional di lapangan,”katanya.

Dia menduga, nyinyiran Djarot terhadap Jokowi berkaitan antara komunikasi politik antara PDIP dengan mantan Gubernur DKI Jakarta yang mampet. Sebab, ketika komunikasi lancar, PDIP tak pernah mengkritik Jokowi.

“Kritisisme publik yang sema­kin ke sini semakin terbanguntentu saja bisa menilai apa yang menjadi motif pernyataan Pak Djarot ini. Ketika hubungan dengan Pak Jokowi terjalin mesra, terus-menerus menyanjung. Sebaliknya, ketika hubunganrenggang, terus-menerus mencela," ucapnya, menyindir balik.

Sedangkan, Wakil Ketua Umum PAN, Viva Yoga Mauladi, menyebut setiap pemimpin me­miliki gaya sendiri. "Presiden memiliki gaya, memiliki ciri khas dalam melakukan komuni­kasi politik dan memiliki pribadi masing-masing,” ujar Wakil Ketua Umum (Waketum) PAN Viva Yoga Mauladi, di Jakarta, Sabtu (13/7/2024).

Yoga berpandangan, sebagai Presiden, Jokowi memiliki visi, perjuangan, pandangan, dan cita-cita menjadikan Indonesia bangsa yang adil, makmur, berdaulat secara politik, man­diri secara ekonomi, memiliki kepribadian dalam kebudayaan seperti yang disampaikan oleh Bung Karno.

PAN menilai, seluruh Presiden di Indonesia dari Presiden Bung Karno hingga Jokowi memiliki kesamaan pandangan politik yang sama. Dia pun menyayangkan pernyataan Djarot bahwa hanya Jokowi yang mempersiap­kan anak sampai menantu untuk ikut Pemilu.

"Saya rasa seluruh presiden di Indonesia memiliki kesetaraan politik yang relatif sama, komit­men yang sama. Jadi, Presiden tidak main-main. Presiden me­miliki pengorbanan yang tiada tara yang tidak bisa dihitung dengan uang," katanya.

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
sinpo
sinpo
sinpo