Skandal Minyak Mentah Di Pertamina, Dirut Terpukul Dan Minta Maaf

JAKARTA - Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Simon Aloysius Mantiri bicara kasus korupsi minyak mentah yang sedang diusut Kejaksaan Agung (Kejagung). Simon mengaku terpukul dan meminta maaf.
Simon menggelar jumpa pers membahas kasus korupsi minyak mentah di Grha Pertamina, Senin (3/3/2025). Simon didampingi Wakil Direktur Utama Pertamina Wiko Migantoro, dan Pelaksana tugas harian Direktur Utama PT Pertamina Patra Niaga Mars Elga Legowo Putra.
Simon dan Wiko kompak mengenakan setelan pakaian kemeja putih lengan pendek dan celana panjang hitam. Sementara, Mars Elga mengenakan setelan kemeja putih lengan pendek yang dipadukan dengan celana panjang biru tua.
Mereka memberikan keterangan pers dengan posisi berdiri. Simon berada di paling depan. Sedangkan Wiko dan Mars Ega mengapit Simon di belakangnya.
Dalam konferensi pers yang berlangsung sekitar 12 menit itu, Simon meminta maaf hingga tiga kali. Dia menyayangkan, di Pertamina terjadi korupsi pengadaan minyak mentah.
“Saya Simon Aloysius Mantiri sebagai Dirut Pertamina menyampaikan permohonan maaf sebesar-besarnya kepada seluruh rakyat Indonesia atas peristiwa yang terjadi beberapa hari terakhir ini,” ujar Simon.
Simon menyebut peristiwa ini merupakan pukulan dan hal paling menyedihkan bagi Pertamina. Meski menjadi aib bagi Pertamina, dirinya tetap mengapresiasi penindakan yang dilakukan Kejagung.
Simon mendukung proses hukum yang tengah berlangsung. Ia juga berjanji akan membantu Kejagung jika membutuhkan tambahan keterangan maupun data-data agar prosesnya berjalan lancar.
Simon menegaskan, Pertamina akan selalu mengedepankan prinsip Good Corporate Governance. Sehingga, kasus ini akan dijadikan momentum memperbaiki diri. “Kami sangat menyadari, kejadian kemarin sangat membuat resah di masyarakat,” akunya.
Dalam kesempatan itu, Simon juga menyinggung soal kualitas BBM Pertamina yang jadi sorotan masyarakat karena diduga hasil oplosan.
Menurutnya, Pertamina terus bekerja keras menghadirkan produk berkualitas sesuai standar yang diterbitkan Ditjen Migas Kementerian ESDM.
Hal itu bisa dilihat dari pengujian sampel yang dilakukan Lemigas baik di Terminal BBM Plumpang maupun di 33 SPBU Pertamina di Jakarta, Depok, Bogor, dan Tangerang Selatan. “Namun, itu tentunya mendorong kami untuk terus melakukan pendampingan ataupun melakukan uji di seluruh SPBU Pertamina yang berada di seluruh wilayah Nusantara,” tambah Simon.
Ia juga berterima kasih atas kepedulian, kritik, dan saran dari seluruh rakyat Indonesia terhadap Pertamina. “Ini menjadi bahan cambukan bagi Pertamina untuk bekerja lebih baik lagi,” kata Simon.
Dalam hal pembenahan, Pertamina telah membentuk Crisis Center untuk mengevaluasi proses bisnis. Utamanya dari aspek operasional.
Sebagai pucuk pimpinan perusahaan, Simon bertanggung jawab agar Pertamina tetap menjadi kepercayaan dan kebanggaan rakyat Indonesia. “Mewakili keluarga besar Pertamina menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya kepada seluruh rakyat Indonesia,” ucap mantan komisaris utama Pertamina ini.
Simon meminta dukungan dan doa dari rakyat Indonesia agar Pertamina dapat memperbaiki tata kelola menjadi lebih baik. Sehingga, BUMN Migas ini dapat kembali menjadi salah satu aset kebanggaan bangsa.
Selain soal kasus korupsi, Simon juga berbicara kesiapan Pertamina dalam melayani arus mudik dan arus balik Lebaran. Sebab, Pertamina bukan hanya aset bangsa, tetapi urat nadi dalam mendukung hajat hidup masyarakat selama 67 tahun.
“Apabila terjadi tindakan-tindakan yang tentunya menyakiti hati dan menyakiti kepercayaan yang diberikan oleh masyarakat Indonesia, kami mohon maaf sebesar-besarnya,” pinta Simon.
Pada kesempatan ini, Mars Elga mengajak media untuk terus mengawasi kinerja Pertamina. Ia bahkan mengajak awak media untuk melihat proses pembuatan hingga distribusi BBM Pertamina.
Menurutnya, hal itu sebagai bagian dari transparansi Pertamina. Melalui media massa, masyarakat bisa melihat langsung bagaimana sebenarnya kualitas BBM Pertamina dijaga.
“Mudah-mudahan ini juga bisa memberikan informasi publik yang jelas, yang transparan, bagaimana kita mengontrol layanan tersebut untuk memberikan jaminan utuh kepada masyarakat,” ucap Elga.
Transparansi ini sangat penting bagi kepercayaan publik. Mengingat, BBM Pertamina hampir menguasai pangsa pasar (market share) di Tanah Air.
“Dari Sabang sampai Merauke, itu market share-nya paling besar. Saat ini, kami kurang lebih market share-nya ada sekitar 95-96 persen untuk market share BBM,” pungkasnya.
Untuk diketahui, Kejagung tengah menangani kasus korupsi pengadaan minyak mentah di Pertamina yang merugikan negara Rp 193 triliun. Kejagung sudah menetapkan sembilan tersangka yang terdiri dari enam pegawai Pertamina dan tiga pihak swasta.
Nasional | 2 jam yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Pos Tangerang | 22 jam yang lalu
Pos Tangerang | 1 hari yang lalu
TangselCity | 6 jam yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu