TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Haji 2025

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Tapos
Dewan Pers

Jelang Idul Adha, Harga Telur Merangkak Naik

Reporter: Nipal
Editor: Redaksi
Selasa, 03 Juni 2025 | 09:15 WIB
Salah seorang pedagang telur di wilayah Pasar Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, sedang melayani para pembeli, Senin (2/6).
Salah seorang pedagang telur di wilayah Pasar Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, sedang melayani para pembeli, Senin (2/6).

LEBAK - Jelang hari raya Idul Adha 2025, harga telur ayam di Pasar Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, merangkak naik. Biasanya, para pedagang menjual Rp 25 ribu, kini mencapai Rp 26,5 ribu per kilogram.

 

Bahkan, para pedagang tengah memprediksi harganya bakal terus merangkak naik selama jelang hari raya Idul Adha, hingga mencapai Rp 30 ribu per kilogram.

 

“Baru kemarin (Minggu) masih Rp 25 ribu per kilogram, tiba-tiba naik jadi Rp 26,5 ribu per kilogram hari ini (Senin). Kemungkinan, besok dan seterusnya bakal naik terus,” kata salah seorang pedagang, Misbah saat ditemui di lapak penjualannya, Senin (2/6).

 

Menurutnya, tingginya harga telur ayam membuat penjualan telur pecah di lapaknya meningkat. Katanya, penjualan telur pecah di kiosnya ketika harga telur normal mahal, bisa mencapai lebih dari satu karton. Sementara di hari-hari biasa, telur pecah biasanya hanya terjual sekitar 25-35 butir.

 

“Kadang telur pecah itu habis kalau yang normal mahal. Tapi memang kalau telur pecah itu jarang, satu karton paling ada dua atau tiga butir, kadang malah gak ada,” katanya.

 

Dia menjelaskan, kebanyakan warga yang membeli telur pecah miliknya itu berprofesi sebagai penjual jajanan telur gulung, atau yang sejenisnya. Namun, saat ini permintaan juga banyak yang berasal dari warga yang memang sekedar untuk dikonsumsi sehari-hari.

 

“Pedagang telur gulung banyak kalau hari biasa, satu orang pedagang itu sih paling nyari 5-15 butir telur pecah. Tapi kalau mahal seperti ini, buat keperluan rumah tangga juga dibeli,” ujarnya.

 

Misbah berharap pemerintah bisa turun tangan untuk membantu menekan harga telur, sebab tingginya harga telur membuat penjualan di lapaknya berkurang, hingga omzet yang ia dapat turun drastis. Jika kondisi seperti itu dibiarkan, bukan tidak mungkin pedagang telur sepertinya menjadi bangkrut.

 

“Padahal ya, ini kan fenomena tiap tahun, terulang terus, herannya pemerintah nggak sanggup juga menekan harga bahan pokok. Masa iya mereka tidak belajar, harusnya sudah tahu donk sebabnya,” tandasnya.

 

Sementara, salah seorang pembeli, Dian mengaku, keberatan dengan kenaikan harga telur yang terjadi. Kendati begitu, Dian mengaku bahwa dirinya sudah hafal betul bahwa harga bahan pokok termasuk telur selalu mengalami kenaikan jelang Idul Adha. Untuk itu, ia sendiri membawa uang lebih dari rumah.

 

“Dari rumah sudah bawa uang lebih. Memang sudah tidak kaget sih, tiap tahun sama. Cuman ya, pasti keberatan dong, apalagi itu bahan pokok ya,” katanya.

 

Dia mengaku, hanya membeli telur dengan kondisi normal, karena khawatir telur pecah tidak bisa bertahan lama. Menurutnya, telur dengan kondisi pecah kemungkinan besar dapat dengan mudah terkontaminasi.

 

“Kebanyakan yang beli telur pecah itu kayak pedagang telur gulung atau yang sejenisnya. Kalau mereka kan langsung habis, kalau untuk di stok, saya takut sih,” pungkasnya.

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
RM ID
Banpos
Satelit