Jokowi: Ketahanan Pangan Kita Masih Baik
JAKARTA - Pemerintah terus membenahi berbagai hal fundamental di tengah situasi sulit perekonomian global yang disebabkan oleh berbagai krisis. Salah satunya, pembangunan infrastruktur yang ditujukan untuk mendongkrak daya saing Indonesia di dunia internasional.
Hal tersebut diutarakan Presiden Jokowi, saat menyampaikan sambutan pada acara United Overseas Bank (UOB) Economic Outlook 2023 di Hotel Indonesia Kempinski, Jakarta, Kamis (29/9).
"Kita tetap konsisten membenahi hal-hal yang fundamental. Karena, di situlah fondasi kita dalam jangka menengah dan panjang. Ini menyangkut nanti daya saing, competitiveness. Kita nggak akan bisa bersaing dengan negara lain, kalau kota tidak punya konektivitas yang baik. Jalan, airport, pelabuhan, pembangkit listrik, itu kunci. Kunci dasar, kalau kita ingin bersaing dengan negara lain. Kalau stok infrastruktur kita rendah, mana bisa kita bisa bersaing dengan negara-negara lain,” beber Jokowi.
Hal fundamental kedua yang dilakukan pemerintah adalah hilirisasi. Presiden mengingatkan, agar Indonesia berhenti mengekspor berbagai komoditas tambang, dalam bentuk bahan mentah.
Penghentian ekspor nikel dalam bentuk bahan mentah, saat ini telah berhasil mendongkrak nilai ekspornya menjadi berkali-kali lipat.
Saat kita ekspor dalam bentuk mentah, kira-kira empat tahun lalu, nilainya hanya 1,1 miliar dolar AS. Setahun hanya Rp 15 triliun. Begitu kita hentikan, coba cek tahun 2021. Itu angkanya 20,9 miliar dolar AS. Loncat, dari Rp 15 triliun ke Rp 360 triliun," papar Jokowi.
"Itu baru nikel. Nanti kita stop lagi timah, kita stop lagi tembaga, kita stop lagi bahan-bahan mentah yang kita ekspor mentahan,” tandasnya.
Perhatian juga difokuskan pada ketahanan pangan dan energi. Untuk ketahanan energi, Presiden mencontohkan penggunaan biosolar B30, yang diharapkan dapat meningkat menjadi B40. Sehingga, bisa membantu meningkatkan ketahanan energi di tengah krisis energi yang melanda dunia.
Terkait krisis pangan, Presiden menjelaskan, saat ini ada 345 juta orang di 82 negara menderita kekurangan pangan akut, dan 19.700 orang meninggal setiap harinya karena kelaparan.
Presiden mengajak semua pihak bersyukur, karena Indonesia masih memiliki ketahanan pangan yang baik. Salah satunya, dibuktikan dengan swasembada beras sejak 2019.
“Agustus lalu, kita mendapatkan pengakuan dari International Rice Research Institute. Bahwa sejak 2019, kita telah swasembada beras. Sistem ketahanan pangan kita dinilai baik. Ini yang terus kita jaga. Syukur-syukur, bisa kelebihan produksi yang banyak," tutur Jokowi.
"Kenapa kita sekarang ingin bangun food estate. Supaya ada kelebihan produksi. Selain menjaga ketahanan pangan, kita juga bisa membantu negara lain dalam hal urusan pangan. Kita ekspor,” tandasnya. (AY/rm.id)
Nasional | 5 jam yang lalu
Pos Tangerang | 16 jam yang lalu
Olahraga | 2 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Galeri | 1 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Nasional | 1 hari yang lalu
Nasional | 5 jam yang lalu