Antisipasi Bencana Akibat Kemarau
Pemda Kudu Bentuk Satuan Tugas Khusus
JAKARTA - Sebagian besar wilayah Indonesia diprediksi menghadapi musim kemarau panjang mulai bulan depan. Sekarang saja, gejalanya sudah dirasakan. Sebab itu, potensi bencana akibat kemarau kudu diantisipasi.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Suharyanto mengingatkan Pemerintah Daerah (Pemda) untuk sudah menyiapkan antisipatif dalam menghadapi potensi bencana di musim kemarau.
Menurutnya, perlu dibentuk Satuan Tugas (Satgas) khusus untuk mewaspadai dampak El-Nino yang dapat memicu terjadinya karhutla serta kekeringan.
“Seluruh Pemda perlu melakukan apel kesiapsiagaan serta membentuk Satgas khusus. Ini untuk mengantisipasi dampak yang dapat memicu karhutla serta kekeringan,” ujar Suharyanto dalam keterangan pers, kemarin.
El-Nino adalah fenomena pemanasan Suhu Muka Laut (SML) di atas kondisi normal yang terjadi di Samudera Pasifik bagian tengah.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperkirakan, musim kemarau yang sudah dirasakan di beberapa wilayah Indonesia akan berlangsung lebih panjang dari tahun sebelumnya lantaran dipicu El-Nin
Kemarau datang diperkirakan sekitar Juli 2023. Namun, saat ini sudah terasa di berbagai daerah. Meski Pulau Jawa masih sering diguyur hujan.
Dia menegaskan, potensi bencana karhutla sebagai dampak dari El-Nino menjadi atensi langsung Presiden Jokowi. Oleh sebab itu, penanganannya tidak boleh lengah.
Dia mendorong satgas penanganan karhutla terus memantau perkembangan cuaca, titik-titik panas atau hot spot, tinggi muka air gambut dan faktor lain yang dapat memicu terjadinya karhutla.
Peringatan dini terkait beberapa faktor tersebut dapat dipantau melalui situs BMKG, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) serta Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM).
Suharyanto juga meminta seluruh kebutuhan terkait penanganan karhutla dapat diidentifikasi.
Mulai dari kesiapan personel, ketersediaan peralatan, logistik untuk pemadaman darat maupun udara. Apabila perlu, segala kebutuhan tersebut dapat diusulkan kepada Pemerintah Pusat.
Saya juga mengajak seluruh pihak yang termasuk dalam unsur pentahelix, yakni Pemerintah, akademisi, badan atau pelaku usaha, masyarakat atau komunitas, dan media, dapat bersinergi secara efektif dan efisien dalam penanganan karhutla,” tuturnya.
Dia juga menekankan kepada seluruh unsur TNI dan Polri agar dapat melakukan penegakan hukum dan keamanan. Khususnya, bagi pelaku pembakaran hutan dan lahan, pembalakan liar dan sejenisnya.
Terpisah, Dirjen Bina Administrasi Kewilayahan Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) Safrizal ZA mengatakan, bencana yang kerap terjadi di musim kemarau adalah kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di kawasan hutan.
“Kepada Pemerintah Daerah (Pemda) agar serius dalam penanggulangan bencana kebakaran hutan dan lahan. Dalam hal ini pelibatan masyarakat mutlak dibutuhkan,” kata Safrizal.
Dia mengatakan, kejadian karhutla yang melanda wilayah Bur Telege, Takengon, Kabupaten Aceh Tengah, baru-baru ini menjadi pelajaran.
Area yang terbakar diperkirakan mencapai 15 hektare. Padahal musim kemarau belum masuk secara penuh. Namun, karhutla sudah terjadi.
Dia bilang, penanganan dampak kemarau panjang ini harus terkoordinasi dengan baik. Antar-kelompok masyarakat yang ingin membantu serta petugas dari Pemerintah Daerah.
“Keterlibatan masyarakat sudah ada, wadahnya telah dibentuk dalam Relawan Pemadam Kebakaran (Redkar),” bebernya.
Kemudian, tugas Pemerintah Daerah untuk segera memfasilitasi pembentukan Redkar. Mengingat penanganan karhutla ini tidak ringan maka diperlukan segenap kekuatan bersama.
“Mulai rakyat yang bahu membahu dengan personel Damkar, BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah), TNI/Polri dan seluruh pihak terkait, maka ancaman bencana karhutla dapat dicegah dan ditekan risikonya seminimal mungkin,” paparnya.
Adapun kebakaran di wilayah Bur Telege, Takengon, ini melanda di hutan sekitar desa-desa Kecamatan Lut Tawar sejak Senin, 12 Juni 2023.
Meski penyebab kebakaran belum dapat dipastikan, namun dugaan sementara mengarah pada cuaca kering akibat datangnya musim kemarau.
Hal ini berbanding lurus dengan prediksi Pemerintah terhadap potensi meningkatnya karhutla tahun ini akibat fenomena El Nino.
“Untuk kejadian karhutla di Kota Wisata Takengon menjadi sinyal kuat bagi semua pihak bahwa ancaman karhutla saat kemarau tidak main-main. Untuk itu, seluruh pihak harus berada dalam kesiapsiagaan penuh,” imbaunya.
Safrizal menyebutkan, saat ini Badan personel Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Aceh Tengah dan Satuan Pemadam Kebakaran serta personel Polri dikerahkan untuk menanggulangi kebakaran tersebut.
Menurut Safrizal, respons pertama terhadap penanggulangan bencana karhutla menjadi sangat penting untuk mencegah meluasnya kebakaran. Respon cepat juga untuk memperkecil dampak yang mungkin timbul.
“Kami mengimbau seluruh jajaran harus berkolaborasi, sehingga dapat melipatgandakan personel dan kekuatan,” tuturnya.
TangselCity | 23 jam yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Olahraga | 12 jam yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Nasional | 1 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Pos Banten | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Galeri | 2 hari yang lalu