Pedagang Di Cibubur Ngeluh Rugi
Harga Ayam Makin Gila, Tembus Rp 90 Ribu/Ekor
JAKARTA - Harga daging ayam potong di Jakarta semakin gila, tembus Rp 90 ribu per ekor. Hal ini menunjukkan upaya Badan Pangan Nasional (Bapanas) menekan harga komoditas tersebut, belum menuai hasil menggembirakan.
Dua pekan lalu, harga ayam dengan bobot satu kilogram (kg) per ekor Rp 40.330. Harga ini tergolong tinggi karena normalnya berkisar Rp 35 ribu per ekor. Untuk menekan harga, Bapanas berjanji akan menstabilkannya.
Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi saat berkunjung ke Pasar Palmerah, Jakarta Barat, Selasa (27/6), berjanji menstabilkan harga ayam dalam 10 hari ke depan. Pihaknya akan bekerja sama dengan Pemprov DKI Jakarta, Perusahaan Umum Daerah Dharma Jaya, Pasar Jaya dan peternak rakyat.
“Angkanya (harganya) akan berkisar di bawah Rp 36 ribu per kilogram, sehingga masyarakat bisa mendapatkan harga daging ayam yang baik,” kata Arief.
Arief bilang, pihaknya telah menerbitkan surat imbauan yang isinya meminta produsen dan pelaku usaha agar menjual daging ayam dengan harga wajar mengacu pada Peraturan Badan Pangan Nasional (Perbadan) Nomor 5 tahun 2022 tentang Harga Acuan Pembelian di Tingkat Produsen dan Harga Acuan Penjualan di Tingkat Konsumen Komoditas Jagung, Telur Ayam Ras dan Daging Ayam Ras.
Pihaknya juga mendorong produsen daging ayam segar dan daging ayam beku (frozen) untuk memasok kebutuhan penjual ayam di pasar tradisional maupun retail modern.
Dengan dukungan dan komitmen bersama para pelaku usaha dan asosiasi perunggasan, dia yakin, harga daging ayam akan tetap stabil.
“Bapanas juga sedang berjuang menjaga harga di tingkat produsen agar tetap wajar artinya tidak boleh terlalu murah di peternak, karena jika rugi, kandang akan tutup,” terangnya.
Alih-alih turun, saat ini, harga daging ayam meroket hingga 200 persen lebih. Kondisi ini dikeluhkan Nurhayah, pedagang di Pasar Cibubur, Ciracas, Jakarta Timur. Menurutnya, kenaikan harga daging ayam sejak Idul Fitri 1444 Hijriah, belum menurun.
Lonjakan harga saat ini, lanjut dia, yang terburuk sejak dia berdagang pada 1981 silam.
“Sebelumnya harga ayam nggak pernah semahal ini. Kita sendiri nggak tahu sebabnya apa,” kata Nurhayah di Pasar Cibubur, Selasa (11/7).
Dia mengungkap, harga ayam ukuran paling kecil dengan berat kurang dari 1 kg yang biasanya dibanderol Rp 28 ribu dalam dua bulan terakhir meroket menjadi Rp 37 ribu. Ayam dengan bobot sekitar 1 kg yang biasa Rp 35 ribu naik menjadi Rp 45 ribu. Sedangkan ayam dengan bobot 3 kg melonjak dari Rp 75 ribu menjadi Rp 90 ribu.
“Karena harga ayam mahal, pembeli sepi. Paling ya langganan, seperti pedagang bubur ayam, pedagang soto saja yang masih beli karena kebutuhan untuk dagang mereka,” jelas Nurhayah.
Kenaikan harga ayam juga membuat pedagang merugi karena harus merogoh modal lebih banyak untuk berbelanja. Pedagang berharap, Pemerintah segera mengambil langkah menurunkan harga ayam agar tidak terus menerus memberatkan pedagang dan pembeli.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian (KPKP) DKI Jakarta, Suharini Eliawati mengatakan, pihaknya terus berupaya menstabilkan harga ayam di pasaran. Untuk mengantisipasi lonjakan harga ayam, pihaknya menerapkan strategi 4K yaitu keterjangkauan, ketersediaan, distribusi dan komunikasi efektif kepada masyarakat.
Untuk keterjangkauan, ungkap Elly, pihaknya melakukan Operasi Pasar selama lima hari berturut-turut, sejak Senin (10/7) lalu hingga Jumat (14/7). “Kegiatan ini pasti akan mempengaruhi harga ayam di pasaran, karena kami menjual dengan harga terjangkau untuk masyarakat,” kata Elly, Jumat (14/7).
Sedangkan untuk ketersedian dan distribusi, pihaknya bersinergi dengan Perumda Dharma Jaya. Jumlah kebutuhan dan kebutuhan ayam per harinya selalu dihitung. Setelah diketahui jumlahnya, Perumda Dharma Jaya akan menyiapkan kerja sama dengan pihak luar untuk pasokan distribusi.
Saya yakinkan, stok ketersediaan ayam potong saat ini masih dalam kondisi aman. Karena Dharma Jaya juga masih terus kerja sama dengan daerah sekitar untuk ketersediaan ayam,” ujarnya.
Pasokan yang disiapkan Dharma Jaya, jelas Elly, bukan cuma ayam potong segar, tapi ada juga dalam bentuk frozen yang disimpan dalam lemari pendingin.
Untuk diketahui, enam rumah potong hewan yang ada di Jakarta setiap hari mampu memproduksi 750 sampai 900 ekor ayam potong untuk kebutuhan masyarakat, hotel, restoran dan catering.
Ditambahkan Elly, pihaknya juga aktif menjalin komunikasi dengan masyarakat terkait kenaikan harga ayam ini. Menurutnya, masyarakat harus mengetahui harga ayam fillet atau boundless harganya memang jauh lebih mahal dibandingkan ayam potong utuh, karena yang dijual hanya dagingnya.
Anggota DPRD DKI Jakarta, Wa Ode Herlina mendesak Dinas KPKP segera mencari solusi untuk menstabilkan harga ayam. Menurut dia, kenaikan harga ayam memberatkan masyarakat lantaran bahan pangan pokok itu menjadi salah satu kebutuhan pangan penting dan mendasar bagi warga.
Meroketnya harga ayam, lanjut dia, menghambat program pengentasan stunting. Karena itu, dia berharap Pemprov DKI Jakarta dan Perumda Dharma Jaya membuat program pemberian daging atau telur khusus untuk membantu warga mencegah stunting.
“Warga bisa diberi daging seminggu sekali atau bagaimana. Kami mengharapkan itu,” tandasnya.
TangselCity | 1 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Olahraga | 1 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
TangselCity | 19 jam yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
TangselCity | 16 jam yang lalu
Pos Tangerang | 2 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu