TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers SinPo

Pesan Bos Bawaslu Kepada Generasi Muda

Politik Uang Bukan Rejeki Anak Saleh

Laporan: AY
Selasa, 25 Juli 2023 | 13:29 WIB
Ketua Bawaslu Rahmat Bagja. Foto : Ist
Ketua Bawaslu Rahmat Bagja. Foto : Ist

JAKARTA - Ketua Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) Rahmat Bagja mengajak generasi muda, mahasiswa, dan masyarakat kelas menengah mendengungkan anti-politik uang. Tiga kelompok tersebut dinilai mampu mempengaruhi pandangan politik masyarakat kelas lain.

“Yang menentukan isu itu kaum muda dan kaum (kelas) menengah. Kalau isunya kaum muda dan menengah tanpa politik uang, maka teman-teman yang di bawah pasti akan mengikuti,” kata Bagja di Jakarta, kemarin.

Menurut Bagja, isu yang harus dikampanyekan kelompok muda, mahasiswa dan kelas masyarakat menengah adalah tolak politik uang. Termasuk juga tolak seran­gan fajar. Pasalnya, politik uang bukan rejeki anak saleh.

“Gimana politik uang mau diberantas kalau mahasiswa dan kaum muda menganggap politik uang itu berkah, rejeki anak saleh,” ujar Bagja.

Bagja meyakini, apabila politik uang dalam Pemilu 2024 tidak ada, maka masyarakat akan semakin banyak menda­patkan kemanfaatan dari meningkatnya pelayanan publik oleh lembaga eksekutif dan legislatif.

“Kalau tidak ada politik uang jalan semakin baik, rumah sakit semakin baik, asuransi/BPJS akan semakin baik,” kata Bagja.

Ketua Bawaslu Sulawesi Utara (Sultra) Hamiruddin Udu mengatakan, menolak politik uang sangat penting dilakukan semua pihak, termasuk pemilih muda. Dengan begitu, tercipta pemilu yang demokratis, jujur, adil, bersih, dan sehat.

“Mereka harus menolak politik uang. Pemilih milenial ini harus tahu dulu bahwa dari aspek hukum menerima atau memberi pada pelaksanaan pemilu atau pilkada ada sanksi pidana,” katanya.

Ketua Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) Rahmat Bagja mengajak generasi muda, mahasiswa, dan masyarakat kelas menengah mendengungkan anti-politik uang. Tiga kelompok tersebut dinilai mampu mempengaruhi pandangan politik masyarakat kelas lain.

“Yang menentukan isu itu kaum muda dan kaum (kelas) menengah. Kalau isunya kaum muda dan menengah tanpa politik uang, maka teman-teman yang di bawah pasti akan mengikuti,” kata Bagja di Jakarta, kemarin.

Menurut Bagja, isu yang harus dikampanyekan kelompok muda, mahasiswa dan kelas masyarakat menengah adalah tolak politik uang. Termasuk juga tolak seran­gan fajar. Pasalnya, politik uang bukan rejeki anak saleh.

“Gimana politik uang mau diberantas kalau mahasiswa dan kaum muda menganggap politik uang itu berkah, rejeki anak saleh,” ujar Bagja.

Bagja meyakini, apabila politik uang dalam Pemilu 2024 tidak ada, maka masyarakat akan semakin banyak menda­patkan kemanfaatan dari meningkatnya pelayanan publik oleh lembaga eksekutif dan legislatif.

“Kalau tidak ada politik uang jalan semakin baik, rumah sakit semakin baik, asuransi/BPJS akan semakin baik,” kata Bagja.

Ketua Bawaslu Sulawesi Utara (Sultra) Hamiruddin Udu mengatakan, menolak politik uang sangat penting dilakukan semua pihak, termasuk pemilih muda. Dengan begitu, tercipta pemilu yang demokratis, jujur, adil, bersih, dan sehat.

“Mereka harus menolak politik uang. Pemilih milenial ini harus tahu dulu bahwa dari aspek hukum menerima atau memberi pada pelaksanaan pemilu atau pilkada ada sanksi pidana,” katanya.

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
sinpo
sinpo
sinpo