TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers SinPo

Konversi Motor Listrik Masih Sepi

Laporan: AY
Sabtu, 16 September 2023 | 10:05 WIB
Menteri ESDM Arifin Tasrif .  Foto : Ist
Menteri ESDM Arifin Tasrif . Foto : Ist

JAKARTA - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) terus menggenjot konversi motor Berbahan Bakar Minyak (BBM) ke listrik.

Menteri ESDM Arifin Tasrif mengusulkan untuk menaikkan subsidi motor listrik untuk konversi dari sebelumnya Rp 7 juta per unit menjadi Rp 10 juta.

Hal ini dilakukan untuk me­ningkatkan minat masyarakat beralih menggunakan kendaraan bebas emisi roda dua.

Saat ini, tercatat minat ma­syarakat untuk melakukan kon­versi masih sangat minim, hanya 5.628 peserta sejak diluncurkan pada Maret 2023.

Sayangnya, 2.069 peserta mengajukan pengunduran diri karena tanggungan biaya konversi yang masih mencapai Rp 8 juta per unit, meski sudah mendapat subsidi. Akibatnya, pencapaian target konversi tahun ini sebanyak 50 ribu menjadi sulit tercapai.

Arifin menjelaskan, rencana penambahan subsidi menjadi Rp 10 juta masih belum ditentukan implementasinya.

“Kita sudah mengusulkan untuk tambahin lagi insentifnya, tapi belum tahu ya kapan akan diimplementasikannya. Kita harus cepat melakukan konversi kendaraan listrik, karena itu man­faatnya banyak,” kata Arifin di Kantor ESDM, Jakarta, kemarin.

Menurutnya, manfaat yang dihasilkan dari program kon­versi motor listrik tersebut, yaitu dapat menciptakan lapangan pekerjaan yang lebih luas lagi. Kemudian, biaya swab baterai untuk konversi motor listrik jauh lebih murah.

Tak hanya itu, kata Arifin, pro­gram konversi motor listrik juga akan meningkatkan ketahanan energi nasional dan cadangan devisa negara.

Karena, jumlah sepeda motor BBM yang mengaspal sekarang mencapai 120 juta unit.

Arifin mencontohkan, jika seluruh motor tersebut menggu­nakan BBM 1 liter per hari, maka akan mengkonsumsikan lebih dari 650 ribu barel minyak per hari (bph), atau melebihi produksi minyak nasional saat ini.

Jika harga 1 barel minyak itu setara 80 dolar AS, maka penge­luaran untuk impor minyak hampir menyentuh Rp 800 miliar per hari.

“Kalau konversi ini jalan, bisa menciptakan lapangan pekerjaan baru. Ada industri Usaha Kecil Menengah (UKM) yang bisa berkembang. Ada lagi, mengurangi impor crude (minyak mentah). Jadi banyak manfaatnya,” jelasnya.

Tenaga Ahli Menteri ESDM Bidang Ketenagalistrikan Sripeni Inten Cahyani mengakui, konversi motor listrik di masyarakat masih rendah.

Untuk itu, Kementerian ESDM berencana bakal mem­perluas sasaran penerima insen­tif pada kendaraan operasional roda dua milik korporasi.

“Kami masih menyasar ke­pada perorangan, sementara yang punya uang korporasi. Korporasi juga punya kendaraan operasional itu juga belum kami akomodasi,” katanya.

Sripeni berharap, perluasan target penerima bantuan pada kendaraan operasional korporasi dapat mengerek realisasi kon­versi tersebut nantinya.

“Kami saat ini akan mem­proses revisi Kepmen ESDM untuk mengakomodasi korporasi tersebut,” ujarnya.

Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad menilai, tidak cukup hanya dengan subsidi untuk menarik minat konversi motor listrik.

Menurutnya, kebijakan ini juga harus didorong dengan tingkat literasi terhadap kenda­raan listrik yang harus digen­carkan.

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
sinpo
sinpo
sinpo