TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers SinPo

Seruan NU dan Muhammadiyah

Yang Menang Jangan Jumawa, Yang Kalah Harus Berbesar Hati

Reporter: AY
Editor: admin
Senin, 12 Februari 2024 | 09:03 WIB
Foto : Ist
Foto : Ist

JAKARTA - Dua Ormas Islam terbesar di republik ini: Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah, memberi wejangan kepada para kontestan Pemilu 2024 untuk menjaga situasi politik tetap kondusif. Wejangan lainnya: kepada yang menang agar tidak jumawa, dan kepada yang kalah harus bisa lapang dada.
Menjelang pencoblosan, suhu politik semakin panas. Saling tuding, saling serang, terus terjadi. Menyikapi hal ini, PBNU dan Pimpinan Pusat Muhammadiyah melakukan pertemuan. Pertemuan dilakukan Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBNU Saifullah Yusuf atau Gus Ipul dengan Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu’ti, di Jakarta, Jumat (9/2/2024).
Dalam pertemuan ini, mereka mendorong agar Pemilu bisa berlangsung jujur, adil, dan transparan. Gus Ipul menyatakan gembira, sejauh ini tidak ada insiden yang mengganggu proses Pemilu. “Harapan kita tetap lancar sampai seluruh tahapan selesai. Apa pun hasilnya kita terima,” ucapnya.
Mengenai suhu politik, mantan Wakil Gubernur Jawa Timur ini merasa, memang memanas. Namun, dia menganggap itu hal yang wajar. Karena, setiap musim Pemilu, pasti ada perbedaan pendapat dan pilihan.
Dia pun berharap, ketiga kubu Capres-Cawapres: Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, dan Ganjar Pranowo-Mahfud MD, bisa menjaga diri dan kelompoknya. Sehingga tidak terjadi aksi yang melewati batas dan merugikan masyarakat luas.
“Pemilu ini adalah proses yang harus kita lewati. Setelah itu kita bersatu kembali, mencari cara supaya kita bisa menata masa depan bangsa yang lebih baik,” pesannya.
Gus Ipul juga meminta lembaga pengawas Pemilu bertindak tegas jika ada salah satu pihak yang melakukan pelanggaran. Sebab, segala aturannya sudah ada.

Dia lalu mengajak masyarakat untuk terus berpartisipasi. Dia menegaskan, Pemilu yang berlandaskan asas jujur dan adil perlu peran serta dari masyarakat.
Gus Ipul percaya, jika semua pihak mengawasi pencoblosan dan penghitungan suara nanti, akan lahir pemimpin yang baik buat bangsa dan negara. “Mari kita kawal bersama, agar Pemilu kita ini benar-benar jujur, adil, transparan, terbuka sebagaimana semua ketentuan yang ada,” pungkasnya.

Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu’ti mengutarakan pernyataan yang senada dengan Gus Ipul. Guru Besar Pendidikan Islam UIN Syarif Hidayatullah ini mengajak warga Indonesia menerima apa pun hasil Pilpres nanti. Menurutnya, siapa pun pemenangnya merupakan hasil pilihan rakyat dan wujud kedaulatan rakyat.
Untuk para kontestan, dia berharap bisa memberikan contoh yang baik. “Yang menang jangan jumawa dan yang kalah legawa, setelah pemilu kembali bersatu,” tuturnya.
Abdul Mu’ti berharap, tidak ada pengerahan massa jika perselisihan hasil Pilpres. Sebab, hal itu bisa menimbulkan perpecahan antar masyarakat. Jika tidak terima kekalahan, bisa melakukan gugatan sesuai dengan mekanisme hukum.

Dia juga mengingatkan, setelah Pilpres usai, perlu ada proses rekonsiliasi politik. Jangan ada istilah yang menang mengambil semuanya, yang kalah disingkirkan. “Itu bukan bagian dari karakter dan sistem politik kita,” imbuhnya.
Para Capres pun sudah menyampaikan komitmen ini. Capres nomor urut 2, Prabowo Subianto, berjanji akan merangkul semua jika terpilih menjadi Presiden. Namun, jika kalah, dia juga takkan ngamuk. Prabowo memilih akan tetap menjalankan program unggulannya. "Jadi presiden atau tidak jadi presiden, saya ingin buat sekolah unggulan," ujarnya, di Sulawesi Utara, Senin (5/2/2024).

Sedangkan Capres nomor urut 3, Ganjar Pranowo, menyampaikan, pemenang Pilpres 2024 sudah tertulis di Lauhul Mahfudz. Dia berjanji akan menerima siapa pun yang ditakdirkan untuk menang.
"Kalau kita orang beragama, guru saya ngajarin yang seperti ini, sudah dituliskan di sana. Kita tinggal melaksanakan saja," ujarnya, di Purbalingga, Senin (15/1/2024).

Jaksa Agung: Pemilu Aman

Sementara, Jaksa Agung ST Burhanuddin memastikan, gelaran Pemilu 2024 berjalan aman dan damai. Hal ini antara lain dikarenakan kematangan masyarakat dalam menanggapi politik di Tanah Air. Buktinya, pelanggaran Pemilu sangat minim terjadi selama masa kampanye maupun saat Debat Capres-Cawapres.
"Kita semua harus menjaga itu sampai mengantarkan Indonesia mendapatkan pemimpin baru," imbau Jaksa Agung, melalui keterangan resminya kepada awak media, Minggu (11/2/2024).

Jaksa Agung juga menyampaikan, jelang pencoblosan pada 14 Februari 2024, dalam menentukan pilihan agar menggunakan nurani dan berbagai pertimbangan. Ia menambahkan, jangan sampai membuang kesempatan lima tahun dan menyia-nyiakan hak pilih.
"Karena sekecil apapun suara kita, tetap menentukan masa depan bangsa Indonesia. Kita berharap dengan berbagai kesiapan aparatur negara, termasuk Kejaksaan, dapat menjadikan Pemilu ini berjalan jujur, adil, dan yang paling terpenting adalah damai," tuturnya.
Dia pun menjamin netralitas Korps Adhyaksa. Dia selalu berusaha menjaga marwah institusi Kejaksaan yang independen sebagai penegak hukum dan responsif dalam menghadapi segala persoalan terkait dengan proses Pemilu yang sedang berjalan. Menurutnya, ASN Kejaksaan harus turut andil dalam pesta demokrasi ini.

Bukan sekadar menyukseskan pelaksanaan Pemilu, tapi turut menyuarakan Pemilu damai di berbagai kesempatan. Selain itu, ASN Kejaksaan juga harus menggunakan hak pilihnya sesuai dengan hati nurani masing-masing, karena tidak ada arahan apa pun dan bebas menentukan pilihan.
Burhanuddin juga mengimbau, agar jajaran Kejaksaan sampai ke tingkat paling bawah memanfaatkan Posko Pemilu untuk membuat laporan yang cepat, tepat, dan akurat dengan data faktual yang ada di masing-masing daerah pemilihan. "Sehingga pimpinan dapat mengambil langkah-langkah strategis dan antisipatif ketika ada permasalahan di lapangan," ucapnya.
Jaksa Agung juga mengimbau jajarannya agar bijak dalam penggunaan media sosial (medsos), berupa mengendalikan diri untuk tidak like, komentar, dan me-repost, apalagi membuat status terkait dengan Pemilu atas salah satu pasangan calon. Ia menekankan, jangan sampai karena berbeda pilihan membuat saling bermusuhan, sentimen, apalagi sampai beradu fisik.
"Yakinkan bahwa siapa pun yang akan terpilih adalah yang terbaik untuk negara," pungkasnya.

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
RM ID
Banpos
Satelit