TangselCity

Ibadah Haji 2024

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers SinPo

Kasus Pembakaran Suami, Kesehatan Mental Bermasalah

Oleh: Farhan
Rabu, 12 Juni 2024 | 09:18 WIB
Foto : Ist
Foto : Ist

JAKARTA - Kasus seorang Polisi Wanita (Polwan) membakar suaminya yang juga polisi, di Mojokerto, Jawa Timur, sungguh memprihatinkan.

Kasus pembunuhan ini pun dikaitkan dengan kesehatan mental.

Kabid Humas Polda Jatim Kombes Dirmanto menjelaskan, kasus tersebut terjadi di Asrama Polisi Polres Mojokerto, Sabtu (8/6/2024).

Menurut dia, peristiwa tersebut menimpa korban, Briptu RDW (28), polisi yang bertugas di Polres Jombang. Pelaku, Briptu FN (28), Polwan yang bertugas di Polres Mojokerto Kota.

Menurut Dirmanto, sebelum aksi pembakaran, FN mengecek rekening suaminya. Hasilnya, gaji ke-13 sebesar Rp 2.800.000 berkurang menjadi Rp 800.000.

Kemudian, FN membeli bensin dalam botol. Dia mengancam akan membakar tiga anak mereka, jika RDW tidak pulang. Ketika RDW pulang, FN memborgol tangan suaminya itu, mengaitkannya ke tangga di garasi rumah.

Mereka, lanjut Dirmanto, sempat cekcok. Kemudian, FN menyiramkan bensin ke sekujur tubuh RDW. "Tersangka sakit hati karena RDW kecanduan judi online, sehingga berpengaruh pada kondisi ekonomi keluarga,” ujar Dirmanto, Minggu (9/6/2024).

Hingga akhirnya, cekcok itu berujung pada terbakarnya RDW. “Tidak jauh dari lokasi, ada kobaran api yang membakar tubuh Briptu RDW,” tandasnya.

Dosen Psikologi Universitas Paramadina, Jakarta, Muhammad Iqbal mengatakan, perkara ini adalah salah satu kasus kekerasan dalam rumah tangga yang keji dan memprihatinkan.

Namun, lanjut Iqbal, latar belakang istri yang kesal karena suami menghabiskan uang untuk judi online, juga memprihatinkan.

“Walau bagaimana pun, kekerasan tidak bisa dibenarkan di negara hukum. Apalagi, pelaku dan korban adalah aparat penegak hukum,” ujarnya.

Iqbal menambahkan, kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) banyak terjadi. Tetapi, katanya, kesehatan mental dan judi online adalah hal penting yang harus dicari solusinya.

“KDRT, kesehatan mental dan judi online adalah rangkaian yang bisa merusak tatanan kehidupan masyarakat,” tuturnya.

Menurut Anggota Komisi IX DPR Rahmad Handoyo, kesehatan mental memang harus menjadi atensi. “Di Puskesmas ada bimbingan konseling serta pengobatan. Akan meminimalkan kasus seperti ini,” ujar Rahmad.

Untuk membahas topik ini lebih lanjut, berikut wawancara dengan Muhammad Iqbal.

Bagaimana pandangan Anda tentang kasus pembakaran polisi oleh istrinya yang juga polisi?

Kekerasan rumah tangga yang dilakukan istri dan suami sebagai korban, sebenarnya bukan cuma ter­jadi dalam kasus ini. Namun, banyak suami enggan dan malu melaporkan kepada penegak hukum atau keluar­ganya. Karena, dianggap aib, kasihan kepada pasangan dan anaknya.

Menurut pelaku, kasus ini berawal dari perilaku korban yang suka bermain judi online. Bagaimana pandangan Anda?

Kita tidak bisa percaya begitu saja apa yang disampaikan pelaku, bahwa dia membakar suami karena gajinya berkurang lantaran judi online.

Apa dugaan Anda?

Kesehatan mental pelaku, sangat penting untuk diperiksa. Karena, apa yang dilakukan adalah bentuk perilaku sadis. Patut diduga, ini pun­cak gunung es dari kekerasan yang sudah dilakukan sebelumnya.

Bagaimana jika kekerasan ini karena sang suami berulang kali bermain judi online?

Bermain judi online dengan meng­abaikan nafkah keluarga, juga bagian dari kekerasan "ekonomi". Menelan­tarkan keluarga.

Namun, tidak dapat menjadi pem­benar kekerasan, apalagi sampai mengakibatkan kematian.

Apa masalah mendasar di balik kasus ini?

Saya menduga, ada masalah kese­hatan mental yang saat ini banyak dialami masyarakat. Kementerian Kesehatan, tahun 2024, merilis bah­wa 1 dari 10 masyarakat Indonesia mengalami gangguan kesehatan jiwa.

Kementerian Kesehatan mengat­egorikan gangguan kesehatan jiwa menjadi beberapa jenis. Yakni, anxi­ety yang ditandai dengan perasaan resah, tidak tenang, depresi, dan pada tahap akhir menjadi skizofrenia.

Apa solusinya?

Program-program untuk menyehat­kan mental, perlu diperkuat. Pusat-pusat konseling dan rehabilitasi bagi pelaku KDRT harus disediakan. Selain, memberantas judi online.

Saran untuk Polri?

Polri sebagai institusi terdepan dalam kehidupan masyarakat, juga harus bisa menjadi contoh, dengan mulai mengedukasi anggotanya tentang bahaya judi online. Serta, melakukan tes kesehatan mental ang­gotanya. Karena, kesehatan mental sangat mempengaruhi citra Polri di hadapan masyarakat.

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
sinpo
sinpo
sinpo