Dihajar Krisis Global, Alhamdulillah Kita Masih Bertahan
JAKARTA - Lima tahun lalu, Indonesia telah menghadapi lima krisis global. Mulai dari pandemi Covid-19, perang Rusia-Ukraina, fluktuasi harga minyak, naiknya harga pangan, dan masalah lingkungan, seperti gelombang panas dan fenomena iklim El Nino. Untungnya, kata Presiden Jokowi, kita masih bisa bertahan dari semua krisis tersebut.
Hal tersebut disampaikan Jokowi saat membuka Rakernas XVI Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (APKASI), di Jakarta Convention Center, Jakarta, Rabu (10/7/2024). Dalam acara itu, Jokowi tampak rapi dengan batik lengan panjang bercorak bunga dan garuda. Pin Presiden tersemat di dada keempat.
Acara tersebut dihadiri Mendagri Tito Karnavian, Menteri Keuangan Sri Mulyani, Menteri Koperasi dan UMKM Teten Masduki, serta Ketua Umum APKASI Sutan Riska Tuanku Kerajaan.
Jokowi berpidato sekitar 15 menit. Ia berpidato seperti biasa. Memegang teks, tangan yang bergerak memberikan tekanan.
Di beberapa bagian, Jokowi mengungkapkan data ekonomi yang rinci dan beberapa contoh konkret. Ia juga memberikan arahan yang jelas. Ratusan bupati yang hadir menyimak dengan seksama.
Jokowi mengawali pidatonya dengan menceritakan berbagai tantangan yang dihadapi selama hampir lima tahun terakhir. Menurut Jokowi, periode kedua kepemimpinannya ini penuh dengan berbagai tantangan, mulai dari krisis kesehatan global, ketegangan geopolitik, fluktuasi harga minyak dan pangan, hingga masalah lingkungan seperti gelombang panas dan fenomena iklim El Nino. Meski demikian, Jokowi mengaku senang Indonesia bisa bertahan melewati krisis tersebut.
“Kita patut bersyukur bahwa negara kita mampu bertahan dari hambatan-hambatan, tantangan-tantangan yang ada. Dan ekonomi kita masih tumbuh 5,11 persen pada kuartal pertama tahun 2024,” kata Jokowi sambil bertepuk tangan.
Kepala Negara juga menyoroti keberhasilan pemerintah dalam mengendalikan inflasi yang tercatat hanya 2,5 persen pada Juni 2024. Tak hanya itu, meski menghadapi masa yang sangat sulit, peringkat daya saing Indonesia naik ke angka 27 di antara negara-negara lain. “Ini menjadi kenaikan tertinggi,” ungkapnya.
Mantan Gubernur DKI Jakarta itu menekankan pentingnya inovasi dan adaptasi dalam pemerintahan, khususnya di tingkat daerah, untuk menghadapi persaingan antarnegara yang semakin ketat. Ia mengajak seluruh jajaran pemerintah daerah untuk lebih tanggap dan tanggap dalam melayani masyarakat dan menanggapi perubahan yang cepat di era digital ini.
“Negara yang cepat akan mengalahkan negara yang lambat. Dan kita ingin menjadi negara cepat seperti itu,” imbuhnya.
Lebih lanjut, Jokowi mengajak para kepala daerah untuk mengembangkan potensi lokal, mulai dari pangan, energi, industri, teknologi, hingga pariwisata. Ia memberi contoh Butan dan Maladewa sebagai negara yang berhasil menarik wisatawan berkualitas tanpa mengorbankan kelestarian alam dan keindahan lokal. Jokowi juga mencontohkan beberapa negara di Afrika dengan wisata alam liarnya yang menawarkan pengalaman safari autentik.
Menurut Jokowi, Indonesia punya potensi untuk menarik wisatawan berkualitas. Di Indonesia ada banyak hewan eksotis seperti komodo, banteng liar di Banyumas, badak, dan orang utan. Katanya, yang penting adalah bagaimana daerah bisa mengemas potensinya dengan baik dan menjadikannya sebagai pendapatan daerah. “Di Afrika, (wisata) ini bisa menghasilkan Rp 196 triliun per tahun,” jelasnya.
Selain memberi motivasi, Jokowi juga mengingatkan para bupati tentang pentingnya penggunaan produk di dalam negeri guna mendukung pertumbuhan ekonomi lokal. Jokowi mengaku punya data soal penggunaan produk di dalam negeri.
“Saya sudah cek, penggunaan produk di dalam negeri untuk kabupaten dan kota masih 41 persen. Ini angka yang masih kecil. Terlebih lagi, produk impor,” ungkapnya.
Jokowi mengingatkan, mengumpulkan anggaran itu tidak mudah. Pemerintah melakukan pemungutan pajak, penerimaan negara bukan pajak (PNBP), royalti dan dividen. Ketika terkumpul, Menteri Keuangan akan melakukan transfer ke daerah (TKD). Namun, anggaran tersebut malah membeli produk impor, sehingga yang menerima manfaatnya adalah negara lain.
“Mengumpulkan anggarannya itu sangat sulit. Jadi, gunakan 100 persen untuk pengadaan barang dan jasa produk-produk di dalam negeri,” pesannya.
Sebelumnya, Menko Perekonomian Airlangga Hartarto menegaskan, posisi Indonesia sebagai negara papan atas di Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi atau OECD. Hal itu disampaikan Airlangga saat menghadiri seremoni Pencatatan Perdana Saham PT Gunanusa Eramandiri Tbk (GUN) di Main Hall Bursa Efek Indonesia, Selasa (9/7/2024).
“Dibandingkan dengan negara-negara OECD, kita juga salah satu yang teratas,” ujarnya
OECD atau Organization for Economic Cooperation and Development adalah organisasi untuk berbagi masalah sosial ekonomi serta berkolaborasi guna mencari solusi. Saat ini, sudah ada 38 negara anggota OECD. Di antaranya meliputi Amerika Serikat (AS), Jerman, Prancis, Inggris Raya, Swiss, Chili, Kolombia, dan Kosta Rika. Sementara itu, negara Asia yang menjadi anggota OECD baru 2, yakni Jepang dan Korea Selatan.
Selain OECD, Airlangga juga menyampaikan capaian pertumbuhan ekonomi terbaru serta menyebut Indonesia sebagai negara dengan ekonomi terbesar kelima di G-20. “Ekonomi Indonesia tumbuh 5,11 persen per tahun, dan Juni kemarin kita deflasi 2,51 persen. Negara mana yang pertumbuhannya bisa 5,11 dengan inflasi rendah?” katanya.
Airlangga mengatakan, jika dilihat dari perdagangan di Indonesia dalam beberapa bulan terakhir, juga menunjukkan hal yang positif. Hal ini tercermin dari PMI Manufaktur yang terus tumbuh. “Industri pengolahan tumbuh stabil, industri makanan dan minuman yang go public tumbuh 5,87 persen. Ini juga positif,” jelasnya.
TangselCity | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Olahraga | 12 jam yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Nasional | 1 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
Nasional | 1 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu