TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers SinPo

Di Pilgub Sumut, Banteng Belum Menentukan Koalisi

Oleh: Farhan
Jumat, 12 Juli 2024 | 10:59 WIB
Ketua DPP PDIP Saiful Hidayat. Foto : Ist
Ketua DPP PDIP Saiful Hidayat. Foto : Ist

SUMUT - PDIP belum berhasil membentuk poros koalisi untuk bertarung di Pilgub Sumatera Utara (Sumut). Banteng merasa seperti semut di Pilgub Sumut karena lawannya adalah Wali Kota Medan Bobby Nasution yang didukung “koalisi gajah”.

PDIP peringkat kedua suara terbanyak kursi DPRD Sumut, di Pileg 2024 lalu. Banteng meraih 21 dari total 100 kursi. Dengan raihan tersebut, sebenarnya PDIP bisa mengusung pasangan Cagub-Cawagub Sumut tanpa perlu berkoalisi.

Sedangkan Bobby Nasution, saat ini sudah diusung koalisi gemuk untuk maju di Pilgub Sumut. Dukungan diberikan oleh Partai Golkar, Gerindra, NasDem, PKB, PAN, Demokrat dan PPP.

Sementara tersisa 3 partai yang belum memutuskan untuk berkoalisi. Mereka adalah PDIP yang meraih 21 kursi, PKS dengan 10 kursi dan Hanura 5 kursi.

Ketua DPP PDIP Djarot Saiful Hidayat mengakui, partainya tengah membangun komunikasi dengan partai lain yang masih jomblo di Sumut. Komunikasi itu sebagai bagian dari upaya PDIP membentuk poros baru di Pilgub Sumut.

“Kita akan bentuk koalisi sendiri, biarkan semut melawan gajah,” kata Djarot, di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Kamis (11/7/2024).

Mantan Gubernur DKI Jakarta ini, mengaku tak gentar, koalisi yang akan dibentuknya itu bakal berhadapan dengan koalisi gemuk pendukung Bobby Nasution. Dia lantas menggambarkan Pilgub Sumut dengan suit jari.

“Kalau suit, semut sama gajah itu menang mana? Menang semut kan?” candanya.

Direktur Parameter Politik Indonesia (PPI), Adi Prayitno menilai, semut vs gajah merupakan tafsiran dari komposisi koalisi di Pilkada Sumut. Gajah disematkan pada Bobby yang diusung koalisi besar. Sedangkan semut, pada koalisi yang akan dibentuk PDIP.

“Kemungkinan PDIP hanya berhasil membentuk koalisi dengan 1 atau 2 partai saja,” ujar Adi saat dihubungi semalam.

Meski begitu, Adi mengingatkan banyaknya dukungan parpol tak menjamin kemenangan. Apalagi di Pilkada, faktor dominan adalah figur yang diusung.

mencontohkan Pilpres 2014. Saat itu Jokowi menjadi pemenangnya dengan koalisi yang ramping. Begitu juga dengan Pilpres 2004, Susilo Bambang Yudhoyono juga menjadi pemenangnya dengan minimnya dukungan parpol.

Di Sumut sendiri, Adi menyebut semua tergantung dari koalisi yang dibangun PDIP. Apakah calon yang akan dimajukan punya elektabilitas, kompetitif, solid, yang bisa menandingi Bobby.

“Kalau sosoknya itu punya penetrasi, punya solidaritas, dan tim yang mantap, saya kira sekalipun koalisinya semut masih ada harapan,” pungkasnya.

Jokowi Soal Koalisi Bobby

Presiden Jokowi menanggapi sindiran soal banyaknya koalisi besar pendukung Bobby. Kata dia, dukungan politik yang diberikan banyak partai kepada menantunya itu, tak ada hubungan dengan dirinya.

“Tanyakan partai-partai. Partai itu pinter-pinter, biasanya yang dilihat elektabilitas,” kata Jokowi di Lampung, Kamis (11/7/2024).

Menurutnya, setiap parpol pasti memiliki pertimbangan dalam mengusung jagoan di Pilkada. “Yang dilihat biasanya elektabilitas. Partai itu pinter-pinter, apalagi ketuanya,” tegasnya.

Ketua Umum Partai PAN yang juga Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan yang berada dekat Jokowi ikut menimpali. Kata dia, partai politik, termasuk PAN, akan memilih calon yang berpotensi menang.

“Kita pilih yang menang dong,” kata Zulhas, sapaan akrab Zulkifli Hasan.

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
sinpo
sinpo
sinpo