Ranjau Paku Teror Para Pengendara di Jakarta
JAKARTA - Ranjau paku dan jari-jari payung untuk bikin ban motor bocor di sejumlah titik jalan di Jakarta meresahkan pengendara. Sebab, korbannya makin banyak, namun pelakunya belum dibekuk.
Ranjau paku dan jari-jari tidak bisa dianggap sepele. Sebab, ranjau itu dapat menyebabkan kecelakaan.
Salah seorang pendiri Komunitas Sapu Bersih Ranjau (Saber) Rohim mengungkapkan, jalan rawan ranjau paku, antara lain daerah Roxy, Cideng, dan sekitar Istana Negara.
“Daerah itu sejak dulu rawan sekali, bahkan sehari saya dapat 7 kilogram (kg) paku,” kata Rohim kepada Redaksi, Sabtu (31/8/2024).
Untuk wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Timur, disebutkannya, jalan rawan ranjau paku, antara lain di sepanjang Jalan Gatot Subroto sampai MT Haryono. Kemudian, flyover Slipi, sekitar kawasan gedung BPK, BNI, Senayan Semanggi, Tebet dan Cawang. Lalu, Jalan Dewi Sartika dan Jalan Kalimalang.
Rohim menceritakan, dirinya sudah mulai terjun menjadi relawan penyapu ranjau sejak 2010. Saat itu, dia masih bekerja di wilayah Green Garden, Kedoya Utara, Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Kala itu, Rohim masih naik sepeda gowes untuk kerja.
Nah, saat pulang kerja dari Green Garden ke kontrakan di daerah Cengkareng, di sepanjang Jalan Daan Mogot, dia menemukan banyak ranjau paku.
“Pertama kali saya cuma pinggirkan (paku) pakai kaki. Keesokannya, sepulang kerja, di tempat yang sama saya menemukan lagi paku. Terpaksa saya turun dari sepeda, saya ambil pakai tangan,” kisahnya.
Setelah seminggu menekuni aktivitas tersebut, Rohim berpikir kalau membersihkan paku hanya pakai tangan memakan waktu lama.
“Saya punya ide pakai magnet. Saya dapat magnet kecil bekas tempelan di kulkas. Bentuknya kayak duit logam, saya copotin, saya ikat pake kawat, bisa menampung 5-6 paku,” kenang dia.
Hingga jalan beberapa bulan, dia dikasih magnet berukuran sedang oleh kondektur Kopaja yang sering melihat Rohim mengambil paku di jalan. Rohim pun semakin giat membersihkan jalan dari ranjau paku, selepas subuh hingga pukul 07.30 WIB sebelum masuk kerja dan sehabis Isya usai pulang kerja.
“2011, saya bersama teman menangkap pelaku penebar ranjau paku di Daan Mogot, beritanya viral,” kata Rohim.
Pada 5 Agustus 2011 Komunitas Saber resmi terbentuk. Saat itu anggotanya baru lima orang. Namun dengan viralnya berita penangkapan pelaku penyebar ranjau paku, akhirnya banyak orang yang ikut bergabung, yaitu 25-30 orang yang tersebar di seluruh Jakarta.
“Alhamdulillah, Januari 2012, saya dan teman-teman diundang ke Polda Metro Jaya. Kami diberi penghargaan dan diangkat jadi mitra polisi, jadi polmas (polisi masyarakat),” tuturnya.
Jika ditotal, selama 2010-2017, Komonitas Saber berhasil mengumpulkan sekitar 2 ton paku.
“Keseluruhan anggota Saber 2 ton, jadi total 4 ton lebih ranjau paku yang berhasil disapu dari jalan Ibu Kota,” ucapnya.
Rohim sadar kegiatannya ini berisiko tinggi, tapi dia tidak takut dan ingin terus menyapu ranjau paku.
Dia mengaku beberapa kali mengalami intimidasi. Bahkan, di Daan Mogot dia nyaris dikeroyok dua orang oknum penyebar paku. Dia juga pernah tertabrak motor sampai kepalanya mendapat 12 jahitan, saat tengah membersihkan paku di jalan.
Selain dirinya, lanjut Rohim, rekannya juga ada yang mengalami intimidasi.
“Saat tengah asyik menyapu ranjau, joknya dirobek pakai cutter. Motor teman saya juga dirusak dan karburatornya dipecahin,” akunya.
Diakui Rohim, bergabung di Komunitas Saber tidak ada upah atau gaji.
“Kegiatan kami dari dulu sampai saat ini murni relawan, sukarela. Tidak ada yang bayar, tidak ada yang gaji. Dari awal juga saya niatnya mendirikan Komunitas Saber untuk membantu masyarakat,” terangnya.
Rohim bilang, komunitasnya juga tidak mendapatkan bantuan dari Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta. Kadang dia menerima bantuan dari masyarakat dan Baznas. Bantuan tersebut pun digunakan untuk transportasi atau makan anggota.
Lalu, apakah yakin paku atau jari-jari payung tersebut memang sengaja ditebar? Dengan tegas Rohim menjawab sangat yakin.
200 persen yakin, soalnya saya pernah melihat sendiri bagaimana modus mereka. Memang beberapa daerah itu modusnya beda-beda,” ucapnya.
Di Daan Mogot, lanjut dia, ranjau yang akan ditebar itu dimasukin di kotak korek api. Lalu, 4-5 bungkus korek berisi ranjau dijatuhkan pelaku di tengah-tengah jalan yang mengendarai motor. Namun di Roxy, ranjau dibungkus pakai kantong kresek.
“Nah di Gatot Subroto itu bukan paku lagi tapi jari-jari payung, itu lebih sadis dari paku. Kalau kena itu ban jenis apapun langsung kempes, dicabut atau nggak. Kan kalau kena paku biasa, ban tubeless nggak bakal kempes kalau nggak dicabut,” jelas dia.
Menurutnya, masalah ranjau paku ini tidak bisa diatasi oleh relawan Saber. Perlu kerja sama dengan semua pihak. Terutama dari Dinas Perhubungan, Satpol PP dan Kepolisian untuk lebih serius lagi mengusut penyebar ranjau.
“Harus sama-sama gerak, kerja sama. Kami hanya sebatas meminimalisir dampak dari gangguan ranjau paku,” tegasnya.
Rohim yakin, masalah ranjau paku ini bisa diatasi jika Pemerintah serius mengusut dan memberi sanksi tegas terhadap pelaku.
“Sebenarnya mereka tahu pelaku penebar ranjau paku itu, oknum penambal ban. Meski tidak semua penambal ban itu pelakunya,” kata Rohim.
Diceritakan dia, di Jalan Gatot Subroto, tukang tambal ban pernah ditertibkan oleh Satpol PP. Setelah ditertibkan, tidak ada ranjau paku. Tapi beberapa lama kemudian, mereka beroperasi lagi.
“Jangan anggap sepele ranjau paku ini, dulu 2016 di flyover Pancoran, pengendara ojol lagi bawa penumpang terkena ranjau jari-jari payung, oleng jatuh. Driver jatuh ke kiri, costumer-nya ke kanan, disambar truk sampai meninggal di tempat,” pungkasnya.
Untuk para pengendara yang kerap wara-wiri di jalanan Jakarta, Rohim memberikan sejumlah tips agar aman dari ranjau paku. Pertama, kurangi kecepatan saat melewati area rawan ranjau.
“Kecepatan tinggi di atas 40 kilometer per jam rawan terkena. Sedangkan kecepatan di bawah itu masih aman, karena ranjau pas dilindas itu nggak bergerak tapi kalau kecepatan tinggi, dilindas ban depan, mental dan terkena ban belakang,” jelasnya.
Kedua, usahakan tidak membawa beban berat, yang membuat paku mudah menancap. Umumnya yang terkena ranjau adalah motor yang membonceng penumpang, sehingga membuat paku mudah menancap. Ketiga, tekanan angin harus normal. “Ban kurang angin membuat gampang terkena ranjau,” pungkasnya.
Segera Tindak Pelakunya
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) DKI Jakarta Dwi Rio Sambodo mengatakan, kasus ranjau paku ini sudah pada tahap yang meresahkan. Rio menyebut, ranjau paku menjadi teror dan mengancam keselamatan para pengendara, khususnya sepeda motor.
Maraknya ranjau paku ini, menurut Rio, harus menjadi catatan dan evaluasi kinerja Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) DKI Jakarta. Dengan Sumber Daya Manusia (SDM), anggaran dan kewenangannya, penegak Peraturan Daerah (Perda) tersebut seharusnya bisa memberantas pelaku penyebar ranjau paku.
“Apalagi bila dikaitkan dengan anggaran belanja Satpol PP DKI yang meningkat sejak tahun 2022,” kata Rio kepada Redaksi, Sabtu (31/8/2024).
Satpol PP, lanjut Ketua PDIP Jakarta Timur ini, dapat menindak otak atau pelaku penyebar ranjau paku dengan Perda Nomor 8 Tahun 2007 Tentang Ketertiban Umum. Setidaknya, jika tidak dapat menangkap basah pelaku penyebarnya, Satpol PP bisa menertibkan tukang tambal ban, yang disinyalir sebagai pihak yang berkepentingan dengan penyebaran paku tersebut.
Tanpa menunggu menangkap basah penyebar, Satpol PP bisa menertibkan tukang tambal ban yang menyalahgunakan trotoar di sepanjang jalan rawan ranjau paku.
Dengan maraknya ranjau paku, dia mempertanyakan, apakah Satpol PP pernah melakukan evaluasi atas kinerjanya sesuai Perda Nomor 8 Tahun 2007. Sebab, dia menilai Satpol PP kerap kecolongan. “Bahkan terkesan melakukan pembiaran atas masalah ranjau paku di jalanan ini. Selalu menunggu kejadian, baru bertindak,” kritiknya.
Rio mengapresiasi Komunitas Sapu Bersih Ranjau yang konsisten dan sukarela membersihkan jalanan Jakarta dari ranjau paku.
“Kekuatan relawan ini seharusnya menjadi alert untuk Pemprov DKI karena dianggap tidak mampu memberikan rasa aman bagi para pengguna jalan,” tegasnya.
Politisi yang belum lama ini kembali dilantik menjadi anggota DPRD DKI Jakarta 2024-2029 ini menyarankan agar Pemprov DKI Jakarta menggandeng Komunitas Saber dan komunitas lainnya yang peduli dengan ketertiban di Jakarta.
“Adakan workshop dan undang para pengguna jalan. Misalnya dari perwakilan ojek online (ojol) atau safety riding. Kalau perlu adakan kampanye tentang bahaya ranjau paku di jalanan,” pungkasnya.
Dari jejak digital, Satpol PP DKI Jakarta jarang sekali melakukan giat terkait ranjau paku. Apalagi dalam skala besar dengan menggunakan alat khusus. Terakhir menjelang event Jakarta International Marathon (JAKIM) 2024 yang diselenggarakan Minggu (23/6/2024). Setelah itu, aksi bersihkan ranjau paku hanya dilakukan Satpol PP di kota administrasi.
TangselCity | 13 jam yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Olahraga | 17 jam yang lalu
Olahraga | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Pos Banten | 2 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
TangselCity | 6 jam yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
Pos Tangerang | 2 hari yang lalu