Polisi Tidur Di Sunter Makan Banyak Korban

JAKARTA - Speed bump atau biasa disebut polisi tidur di Danau Sunter, Jakarta Utara, memakan banyak korban. Mereka mengalami luka-luka akibat jatuh dari sepeda motor.
Banyaknya korban membuat seorang pengguna jalan berinisiatif merekam kecelakaan di lokasi. Video itu diunggah di akun instagram @infojkt24. Dalam tayangan, tiga pengendara motor jatuh dalam hitungan menit.
“Udah ada korban lagi. Gara-gara itu (speed bump) baru, di Danau Sunter dekat Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum. Noh, (ada yang jatuh lagi) bahaya banget sumpah, bikin banyak orang jatuh. Termasuk gue sendiri nih,” kata pria yang merekam video sambil menunjukkan tangan kirinya lecet dan berdarah.
Video viral ini pun banjir komentar warganet. “Dari semalam udah banyak makan korban itu,” kata @agunkranandha. “Harusnya dicat warna kuning,” saran @nanda_franciscans.
“Yang ngecat nggak lulus verifikasi ya, keliatan banget nggak tau aturan,” ujar @kokojavan. “Hmmm… kan jalan raya pak, kenapa dikasih polisi tidur setinggi pegunungan,” sindir @anto_pass.
Sejumlah warganet langsung men-tag akun Instagram Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. “@aniesbaswedan tolong dipantau pak. Membahayakan pengendara motor,” tulis @lupa9279. “Itu siapa yang bikin? @aniesbaswedan tolong pak dibantu orang yang jatuh,” usul @rendangtelur_payakumbuh.
Setelah lima jam usai video di @infojkt24 viral, sejumlah pekerja membongkar speed bump tersebut. Video ini pun kembali mendulang banyak komentar warganet. Mereka menyayangkan pembangunan speed jump yang dilakukan Dina Bina Marga DKI Jakarta, tidak dikaji dulu secara matang.
“Buang-buang anggaran aja,” cetus @kvn_sjnd. “Apa ini cara menghabiskan anggaran? Buat sesuatu yang kontroversi lalu dibongkar lagi. Kan jadi dua kali kerja, anggaran jadi 2 kali keluar,” sindir @ahmad_ ghufron_m.
“Ini instansi terkait apa nggak mikir bangunnya? Asal kerja doang, nyawa orang buat mainan. Bukan maen,” ketus @dhimaswiyasa. “Harusnya dari awal diperhitungkan bukan asal bikin,” ujar @hadifirman085.
Berdasarkan pantauan, polisi tidur di dekat SPBU itu baru sehari dibikin. Marka kejut tersebut dibuat Rabu (24/8) malam, dan Kamis (25/8) siang dihancurkan.
Niatnya, polisi tidur itu dibikin untuk mencegah balap liar yang kerap dilakukan sejumlah pemuda di jalan tersebut. Namun sayangnya, speed bump itu terlalu tinggi dan warna catnya seperti zebra cross sehingga banyak pengendara motor yang tidak menyadari ada polisi tidur.
Kepala Dinas Bina Marga DKI Jakarta Hari Nugroho mengungkapkan, speed bump itu dibuat oleh Satgas Suku Dinas Bina Marga Jakarta Utara pada Rabu (24/8) malam. Pembuatan speed bump atas arahan pihak kepolisian untuk mengantisipasi balap liar.
Namun karena banyak laporan pengendara berjatuhan, pihaknya memutuskan membongkar speed bump demi menghindari bertambahnya korban.
Tak hanya di dekat SPBU, speed bump serupa dibangun di tiga titik lainnya. Dua di antaranya telah dibongkar.
Polisi mengakui speed bump tersebut rawan menimbulkan kecelakaan akibat ketinggian. “Setelah dievaluasi ternyata sedikit tinggi, sehingga dilakukan perbaikan-perbaikan,” kata Kasat Lantas Wilayah Jakarta Utara Kompol Gusti Sunawa, Kamis (25/8).
Speed bump yang dicat mirip zebra cross itu, menurut dia, justru mengancam keselamatan pengendara.
Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) DKI Jakarta Syafrin Liputo, speed bump itu nantinya akan diganti dengan speed trap. Hal itu untuk mengantisipasi balap liar di lokasi tersebut.
Untuk diketahui, pemasangan speed bump dilakukan agar pengendara mengurangi kecepatan. Dan, pemasangannya ada aturannya. Kepala Humas Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, Kementerian Perhubungan Pitra Setiawan mengatakan, aturan mengenai pembuatan speed bump tertuang dalam Peraturan Menteri Perhubungan (Permenhub) Nomor 82 Tahun 2018.
Aturan teknisnya dijabarkan pada Pasal 58 dan Pasal 59. Pasal 58, yakni “Pembuatan Alat Pengendali dan Pengaman Pengguna Jalan dilakukan oleh badan usaha yang memenuhi persyaratan dan telah dilakukan penilaian oleh Direktur Jenderal sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.”
Spesifikasi polisi tidur yang aman adalah, terbuat dari bahan badan jalan, karet, atau bahan lainnya yang memiliki pengaruh serupa. Memiliki ukuran tinggi antara 8 sampai dengan 15 sentimeter, lebar bagian atas antara 30 sampai dengan 90 sentimeter, dengan kelandaian paling banyak 15 persen.
Ketua Komisi D DPRD DKI Jakarta Ida Mahmudah menyentil kinerja Dinas Bina Marga. Sebab, penyerapan anggarannya masih minim.
Diungkap Ida, tahun 2022 ini Dinas Bina Marga dapat jatah Rp 2,56 triliun dari APBD DKI Jakarta. Tapi dari data Selasa (23/8), Dinas Bina Marga baru menyerap Rp 643 miliar atau 25,7 persen dari total anggaran.
“Argumennya pasti sudah lelang, tinggal pembayaran. Nanti ketika proyeknya sudah selesai baru dilakukan pembayaran, pasti itu alasannya. Kita berharap semua pekerjaan berjalan sesuai aturan dan dapat dirasakan oleh masyarakat,” harap Ida.
Ida bilang, masih banyak jalan lingkungan yang membutuhkan perbaikan. Hal Iitu kerap dikeluhkan warga saat jajaran DPRD DKI Jakarta melaksanakan reses. Komisi D berharap, Dinas Bina Marga segera merealisasikan program kegiatan anggaran yang bersentuhan langsung dengan masyarakat. (rm.id)
Pos Tangerang | 1 hari yang lalu
Olahraga | 1 hari yang lalu
Olahraga | 1 hari yang lalu
Pos Tangerang | 2 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
Olahraga | 1 hari yang lalu
Galeri | 2 hari yang lalu
Nasional | 20 jam yang lalu
Nasional | 18 jam yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu