TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Haji 2025

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers

Amerika Resmi Terima Hadiah Pesawat Jet Rp 6,54 Triliun Dari Qatar

Akan Gantikan Pesawat Kepresidenan Air Force One

Reporter: AY
Editor: AY selected
Kamis, 22 Mei 2025 | 09:29 WIB
Ilystrasi. Foto : Ist
Ilystrasi. Foto : Ist

AS - Amerika Serikat (AS) melalui Kementerian Pertahanan, telah resmi menerima hadiah pesawat jet dari Qatar senilai 400 juta dolar AS atau kurang lebih Rp 6,54 triliun. Pesawat itu nantinya akan menjadi armada Air Force One atau pesawat kepresidenan, setelah dimodifikasi.

 

Hadiah pesawat jet dari Qatar, belakangan ini memicu kritik, termasuk dari beberapa pendukung terbesar Presiden Trump.

 

"Menteri Pertahanan telah menerima  pesawat Boeing 747 dari Qatar, sesuai dengan semua aturan dan peraturan federal," kata Kepala Juru Bicara Pentagon Sean Parnell dalam pernyataannya, seperti dikutip BBC, Rabu (21/5/2025).

 

Gedung Putih bersikeras bahwa hadiah itu sah. Namun, rencana pemberian yang mencuat sejak sepekan lalu, telah menyebabkan kontroversi besar.

 

Menurut keterangan Gedung Putih, pesawat baru tersebut akan dipindahkan ke perpustakaan kepresidenan Trump di akhir masa jabatannya.

 

Agar bisa dipakai menjadi Air Force One, pesawat hadiah dari Qatar itu harus melalui sejumlah modifikasi. Harus ada sistem keamanan tambahan dan fitur-fitur lain yang dibutuhkan untuk keamanan presiden. Termasuk, kemampuan menahan pulsa elektromagnetik dari ledakan nuklir, dan mengisi bahan bakar di tengah penerbangan. Modifikasi tersebut diyakini membutuhkan waktu bertahun-tahun.

 

Penasihat Senior Departemen Pertahanan dan Keamanan Pusat Studi Strategis dan Internasional, Mark Cancian memperkirakan, biaya modifikasi itu bisa mencapai 1 miliar dolar AS atau Rp 16,36 triliun.

 

Konstitusi AS memiliki ketentuan yang dikenal sebagai Klausul Emoluments, yang melarang pemberian hadiah dari pemerintah asing kepada pejabat publik, tanpa izin Kongres. Sejauh ini, pemberian hadiah pesawat dari Qatar belum mendapat persetujuan kongres.

 

Trump berpendapat, pemberian hadiah pesawat itu legal karena diberikan kepada Departemen Pertahanan AS. Bukan kepadanya secara pribadi.

 

Trump memastikan, tidak akan menggunakannya setelah meninggalkan kantor.

 

Armada Air Force One saat ini mencakup dua pesawat jet 747-200 yang telah digunakan sejak tahun 1990, bersama beberapa jenis 757 yang lebih kecil.

 

Trump telah menyatakan ketidaksenangannya pada produsen pesawat Boeing, yang telah dikontrak untuk menyediakan dua pesawat jet 747-8 secara langsung untuk Gedung Putih.

 

Tim Trump telah bernegosiasi untuk menerima dua pesawat itu dalam masa jabatan pertamanya, meski terjadi penundaan berulang dan Boeing telah mengingatkan pesawat itu tidak akan tersedia selama 2-3 tahun lagi.

 

Trump diam-diam mengunjungi pesawat Qatar di Palm Beach, dekat resor Mar-a-Lago miliknya, hanya beberapa minggu setelah dimulainya masa jabatan keduanya.

 

Presiden bersikeras tidak ada quid-pro-quo yang terlibat. Menurutnya, pesawat itu adalah pertukaran sederhana antara dua sekutu.

 

"Departemen Pertahanan mendapatkan hadiah, gratis, sebuah pesawat 747 untuk menggantikan Air Force One yang berusia 40 tahun, sementara, dalam transaksi yang sangat terbuka dan transparan," tulis Trump via Truth Social.

 

Di lain pihak, Perdana Menteri (PM) Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman bin Jassim Al-Thani mengatakan, pemberian hadiah tersebut adalah transaksi pemerintah ke pemerintah.

 

"Itu tidak ada kaitannya dengan hubungan pribadi, baik di pihak AS maupun Qatar. Itu murni di antara dua kementerian pertahanan," katanya.

 

Namun, pernyataan itu tidak banyak membantu menenangkan kritik atas kesepakatan tersebut, termasuk dari sejumlah sekutu Trump di kongres dan media sayap kanan.

 

"Saya pikir itu tidak sepadan, apakah itu tidak pantas atau tidak," kata Rand Paul, senator Republik dari Kentucky, kepada Fox News.

 

"Saya bertanya-tanya, apakah kemampuan kita untuk menilai catatan hak asasi manusia (Qatar) akan dikaburkan oleh fakta hadiah besar ini," lanjutnya.

 

Senator Republik lainnya, Ted Cruz dari Texas mengatakan, hadiah itu berpotensi menimbulkan masalah spionase dan pengawasan yang signifikan.

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
RM ID
Banpos
Satelit