Kisah Rahmat Putra Maulana, Komandan Pasukan 17 Paskibra Tangsel
Jelang Pengukuhan Sang Ayah Meninggal Dunia, Sosoknya Menghibur

SERPONG - Pasukan Pengibar Bendera (Paskibra) Kota Tangerang Selatan (Tangsel) sukses melaksanakan tugasnya pada upacara peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 Republik Indonesia di Lapangan Batalyon Kavaleri 9/SDK, Kecamatan Serpong Utara, Minggu (17/8). Di antara belasan anggota Paskibra itu, Rahmat Putra Maulana menjadi komandannya.
Wajah tegar Rahmat Putra Maulana tampak di barisan depan upacara pengibaran bendera merah putih itu. Dengan suara lantang, ia memimpin Pasukan 17 Paskibra Kota Tangsel. Namun di balik ketegasannya, tersimpan duka mendalam. Ayahanda tercinta Rachmat meninggal dunia sehari sebelum ia dikukuhkan sebagai anggota Paskibra.
Rahmat, siswa SMK Islamiyah tak pernah menyangka hari penuh kebanggaan itu beriringan dengan kehilangan besar dalam hidupnya. Pada 14 Agustus 2025, sang ayah berpulang setelah lama sakit. Sehari kemudian, pada 15 Agustus, Rahmat resmi dikukuhkan sebagai Komandan Pasukan 17 Paskibra Tangsel.
“Awalnya saya kaget dan menangis. Saya pulang untuk memakamkan ayah. Tapi setelah itu, saya kembali latihan. Saya ingin tetap melanjutkan amanah ini,” tutur Rahmat dengan suara bergetar, usai menunaikan tugas pengibaran bendera.
Bagi Rahmat, keputusannya untuk tetap maju bukanlah perkara mudah. Namun tekad kuat untuk membanggakan kedua orangtuanya, terutama almarhum ayahnya menjadi kekuatan terbesar.
“Saya ingin membuktikan kepada orangtua saya, terutama ayah, bahwa saya mampu. Pesan ayah sederhana, tetap semangat dalam kondisi apa pun. Itu yang membuat saya bertahan,” katanya.
Pembina Paskibraka Tangsel, Eka Imelda Novitasari menyebut, Rahmat sebagai sosok ceria dan penuh semangat sejak awal. Bahkan energi positifnya membuat ia dipercaya memimpin Pasukan 17.
“Rahmat dari awal sudah jadi ikon bagi teman-temannya, selalu menghibur dan kuat. Sampai gladi bersih pun, ia dipilih sebagai komandan,” ujar Eka.
Meski tengah berduka, Rahmat memilih menyembunyikan kabar kepergian ayahnya dari rekan-rekannya sesama Paskibra. Ia khawatir konsentrasi tim terganggu menjelang upacara.
“Setelah ayahnya meninggal, kami beri pilihan apakah ingin berhenti atau lanjut. Tapi dia tetap maju. Bahkan ia tidak bilang ke teman-temannya sampai malam renungan suci. Setangguh itu anaknya,” tambah Eka.
Olahraga | 16 jam yang lalu
Galeri | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Nasional | 1 hari yang lalu
Nasional | 1 hari yang lalu
Galeri | 2 hari yang lalu
Nasional | 1 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Olahraga | 19 jam yang lalu