Maknai Hari Pahlawan, Benyamin Kenang Sosok Ayahandanya Pejuang Siliwangi di TMP Seribu
SERPONG — Upacara peringatan Hari Pahlawan ke-80 di Taman Makam Pahlawan (TMP) Seribu, Senin (10/11), menjadi momen penuh makna bagi Wali Kota Tangerang Selatan (Tangsel) Benyamin Davnie. Di hadapan para peserta upacara, Benyamin tak hanya mengajak masyarakat meneladani semangat perjuangan para pahlawan, tetapi juga mengenang jejak pengabdian keluarganya yang tak lepas dari sejarah bangsa.
Pada kesempatan itu, Benyamin menegaskan bahwa semangat perjuangan para pahlawan harus terus hidup di era modern ini. Menurutnya, tantangan zaman sekarang berbeda, namun nilai juangnya tetap sama.
“Kalau dulu para pahlawan berjuang melawan penjajahan, sekarang perjuangan kita adalah melawan kemiskinan, kebodohan, dan berbagai kejahatan yang mengganggu rasa aman serta ketertiban masyarakat,” ujar Benyamin.
Ia juga mengingatkan generasi muda agar menjauhi narkoba, tawuran, dan perilaku negatif lainnya yang dapat merusak masa depan. Benyamin menegaskan, bangsa ini membutuhkan generasi muda yang berilmu, berakhlak, dan berkomitmen pada kemajuan bangsa.
“Masa depan bangsa ini ada di tangan anak-anak muda. Tapi bagaimana bisa memimpin kalau tidak punya ilmu dan akhlak? Karena itu, saya ajak generasi muda untuk terus belajar, berbuat baik, dan berkontribusi bagi kota ini,” pesannya.
Tepat pada momen itu, Benyamin turut mengenang sosok ayahandanya, Kolonel Inf. (Purn) Edwin Mugni Sastradipura, seorang perwira Siliwangi yang mengabdikan diri di dunia militer hingga pensiun. Mendiang ayahandanya pun kini telah beristirahat dengan tenang di TMP Pahlawan Seribu Serpong, tempat ia berdiri saat itu.
“Waktu saya lahir, ayah bertugas di Pandeglang sebagai Perwira Distrik Militer, kalau sekarang setara Dandim. Setelah itu pindah ke Kodam Jaya, lalu ditarik sekolah, dan pensiun sekitar tahun 80-an sebagai Asisten Personel Kodam Jaya dengan pangkat Kolonel,” kenangnya.
Tak hanya itu, Benyamin juga menuturkan kisah kakeknya yang turut menjadi bagian dari pergerakan rakyat Banten pada masa penjajahan. Ia kehilangan jejak sang kakek yang disebut-sebut ditangkap dan tidak pernah kembali.
“Ayahnya juga orang pergerakan dulu. Katanya asli Banten. Tapi makamnya tidak pernah ditemukan karena beliau ditangkap Belanda dan tidak kembali lagi. Diduga dibunuh Belanda waktu itu,” ucapnya dengan nada haru.
Bagi Benyamin, kisah perjuangan keluarganya menjadi pengingat bahwa semangat pengabdian tidak boleh padam. Ia menegaskan, di tengah derasnya arus globalisasi dan pengaruh budaya luar, nilai-nilai nasionalisme dan Pancasila harus terus dijaga.
“Nilai-nilai Pancasila jangan hanya dihafal, tapi dihayati dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Terutama bagi aparatur pemerintah, harus memahami dan mengamalkannya dalam melayani masyarakat,” tegasnya.
Politik | 2 hari yang lalu
Pos Banten | 2 hari yang lalu
Pos Banten | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Pos Banten | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu


