TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

RELIJIUCITY

SEA Games 2025

Indeks

Dewan Pers

Bank Sampah Yes Nerada Cipayung Efektif Reduksi Sampah Hingga 1 Ton per Bulan

Beri Nilai Ekonomis Bagi Warga, Ubah Sampah Jadi Tabungan Emas

Reporter: Rachman Deniansyah
Editor: Irma Permata Sari
Rabu, 17 Desember 2025 | 15:03 WIB
Menengok geliat Bank Sampah Yes Nerada di wilayah Kelurahan Cipayung, Ciputat. Foto : Rahman/TP
Menengok geliat Bank Sampah Yes Nerada di wilayah Kelurahan Cipayung, Ciputat. Foto : Rahman/TP

CIPUTAT — Di tengah persoalan tumpukan sampah yang kini muncul di sejumlah titik di Kota Tangerang Selatan (Tangsel), geliat Bank Sampah Yes Nerada di Perumahan Nerada, Kelurahan Cipayung, menjadi bukti bahwa pengelolaan sampah dari sumbernya bisa menjadi solusi nyata. 

 

Tak hanya mampu menekan volume sampah, bank sampah ini juga menghadirkan manfaat ekonomi, bahkan hasilnya dikonversikan menjadi tabungan emas.

 

Berdiri sejak 17 Desember 2016, Bank Sampah Yes Nerada konsisten mengedukasi warga untuk memilah sampah rumah tangga. Upaya tersebut berdampak signifikan terhadap pengurangan sampah yang berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA), sekaligus mengubah limbah menjadi sesuatu yang bernilai.

 

Lurah Cipayung, Dini Nurlianti, menyebut Bank Sampah Yes Nerada sebagai kebanggaan wilayahnya. Menurutnya, konsistensi menjadi kunci utama keberhasilan bank sampah tersebut.

 

“Bank Sampah Yes Nerada ini kebanggaan bagi saya pribadi. Dari mulai berdiri sampai sekarang konsisten, semangatnya tidak pernah kendur. Di bawah bimbingan Ibu RW, Ketua Bank Sampah, dan seluruh pengurusnya selalu semangat,” ujar Dini.

 

Konsistensi itu berbuah prestasi. Pada 2023, Bank Sampah Yes Nerada berhasil menembus peringkat ke-8 nasional dalam lomba bank sampah tingkat Indonesia yang digelar di Padang.

 

“Alhamdulillah, ini kebanggaan kami karena membawa nama Cipayung, kecamatan, dan tentunya Kota Tangerang Selatan,” kata Dini saat menghadiri perayaan HUT ke-9 Bank Sampah Yes Nerada, Rabu (17/12). 

 

Dini berharap keberhasilan tersebut dapat menular ke RW-RW lain di wilayahnya. Ia mendorong RW 1 hingga RW 12 di Kelurahan Cipayung memiliki bank sampah sebagai upaya penanganan sampah dari hulu.

 

“Ini solusi penanganan sampah dari sumbernya, dari rumah tangga kita sendiri. Sampah bukan datang tiba-tiba, tapi dari kita, maka kita juga yang harus bertanggung jawab,” tegasnya.

 

Upaya tersebut dinilai relevan dengan kondisi Tangsel saat ini, di mana tumpukan sampah kerap menjadi sorotan. Menurut Dini, jika masyarakat terbiasa memilah sampah sejak dari rumah, beban TPA dan persoalan sampah di wilayah bisa ditekan secara signifikan.

 

Lebih lanjut, Direktur Bank Sampah Yes Nerada, Meta Yogandiri mengatakan, bank sampah ini kini memiliki sekitar 150 nasabah dari total 300 kepala keluarga di Perumahan Nerada. Artinya, hampir 50 persen warga sudah terlibat aktif.

 

“Untuk sampah anorganik, nasabah sekitar 150 orang. Untuk organik seperti maggot, ada sekitar 20 sampai 30 nasabah,” ungkap Meta.

 

Setiap dua minggu sekali dilakukan penimbangan. Dalam satu kali penimbangan, sampah yang terkumpul mencapai sekitar 500 kilogram.

 

“Artinya, dalam sebulan bisa satu ton. Dalam setahun, kami sudah mereduksi sekitar 12 ton sampah,” katanya.

 

Tak hanya berhenti pada pengelolaan sampah, Bank Sampah Yes Nerada juga mengembangkan manfaat ekonomi melalui kerja sama dengan Pegadaian. Hasil tabungan sampah diinvestasikan dalam bentuk tabungan emas.

 

“Hasil dari sampah itu kami investasikan ke tabungan emas. Dalam satu tahun ada yang bisa satu gram. Sekarang sudah sekitar tujuh gram,” jelasnya.

 

Meta menyebut, nilai ekonomis yang didapatkan warga juga tidak main-main. Apalagi saat ini nilai emas mengalami kenaikan yang sangat signifikan. Dari harga sekitar Rp500 ribu per gram saat beberapa tahun silan, kini nilainya mendekati Rp2,5 juta.

 

“Ini bukan cuma cerita, tapi sudah kami rasakan manfaatnya,” imbuhnya.

 

Sementara itu, Ketua RW 10 Perumahan Nerada, Mamik Rahayu mengakui perjalanan mengajak warga terlibat dalam bank sampah tidaklah mudah. Edukasi dilakukan bertahun-tahun hingga akhirnya kesadaran warga tumbuh.

 

“Dari sekitar 300 KK, sekarang sudah 150 KK yang menjadi nasabah. Manfaatnya besar sekali, baik untuk lingkungan maupun ekonomi,” katanya.

 

Menurut Mamik, sebelum ada bank sampah, satu rumah bisa menghasilkan tiga kantong sampah per hari. Kini, dengan pemilahan, jumlahnya bisa ditekan menjadi satu kantong saja.

 

“Dengan adanya penimbangan bank sampah, sampah kita jadi terbantut. Sampah anorganik kita pilah, dibersihkan, lalu ditabung. Tidak bau, tidak jadi sumber penyakit,” ujarnya.

 

Ia menilai bank sampah kini telah bergeser menjadi gaya hidup warga Nerada. Kesadaran untuk tidak membuang sampah sembarangan tumbuh, meski secara ekonomi sebagian warga sebenarnya tidak membutuhkan hasil tabungan sampah tersebut.

 

“Banyak yang justru mengikhlaskan tabungannya untuk kas bank sampah, untuk kegiatan sosial. Ini yang luar biasa,” pungkasnya.

 

Keberadaan Bank Sampah Yes Nerada pun menjadi contoh bahwa pengelolaan sampah berbasis masyarakat mampu menjawab tantangan persoalan sampah di Tangsel. Dari lingkungan yang lebih bersih, ekonomi yang berputar, hingga limbah yang berubah menjadi emas.

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
RM ID
Banpos
Satelit