TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

RELIJIUCITY

SEA Games 2025

Indeks

Dewan Pers

Harga Komoditas Daging Ayam Di Kota Tangerang Mulai Alami Kenaikan

Jelang Natal 2025 Dan Tahun Baru 2026

Reporter & Editor : Redaksi
Kamis, 18 Desember 2025 | 08:30 WIB
Ist.
Ist.

TANGERANG - Menjelang perayaan Natal 2025 dan Tahun Baru 2026 (Nataru) harga sejumlah bahan pangan mengalami kenaikan. Salah satunya adalah komoditas daging ayam yang kini mulai dikeluhkan oleh pedagang dan pembeli di Kota Tangerang.

 

Melonjaknya harga daging ayam terpantau di Pasar Kebon Besar, Kecamatan Batuceper. Para pedagang mengaku meroketnya harga membuat daya beli masyarakat menurun sehingga berdampak langsung pada omzet penjualan harian.

 

Salah seorang pedagang daging ayam, Niryono mengatakan, harga daging ayam saat ini mengalami kenaikan sekitar Rp 5.000 per kg. Harga daging ayam fillet yang sebelumnya dijual Rp 50 ribu per kg, kini menjadi Rp 55 ribu per kg.

 

“Sekarang harga ayam fillet Rp 55 ribu sebelumnya Rp 50 ribu. Kalau paha per kg Rp 55 ribu. Lalu ceker Rp 30 ribu, tunggir (brutu) Rp 20 ribu, kulit Rp 25 ribu. Bila utuh sekarang Rp 55 ribu per kg, sebelumnya paling Rp 50 ribu,” ujar Niryono, saat ditemui pada Rabu, (17/12).

 

Menurutnya, meroketnya harga sudah terjadi sejak hampir sepekan terakhir. Ia menduga hal tersebut dipicu oleh keterbatasan pasokan menjelang Nataru, ditambah adanya kebutuhan ekspor dan faktor lain di tingkat distribusi. 

 

“Sudah lama seminggu yang lalu naik, ada yang ngomong MBG, ekspor, karena Nataru. Mungkin habis Tahun Baru, tapi sekarang mendekati bulan puasa juga, pasti nggak turun,” katanya.

 

Dampak naik harga, lanjutnya, sangat terasa pada omzet penjualan. Jika sebelumnya bisa meraih omzet hingga tiga juta rupiah per hari, kini turun menjadi sekitar Rp 2,5 juta per hari. “Menurun, belanja naik tapi omzet menurun. Misalkan belanja tiga juta rupiah sekarang Rp2,5,” tuturnya.

 

Keluhan tak hanya datang dari pedagang, namun juga dirasakan oleh pembeli. Basuki, salah seorang pembeli daging ayam di Pasar Kebon Besar menyampaikan, kenaikan harga daging ayam mempengaruhi kondisi ekonomi keluarganya. “Harga ayam ya, memang kalau mau Natal dan Tahun Baru, ya, naik. Pokoknya kebutuhan pokok lah rata-rata naik, telur sama,” terangnya.

 

Dia menerangkan, mahalnya harga daging ayam membuat keluarganya harus mengurangi konsumsi ayam dan menggantinya dengan menu lain yang lebih terjangkau. “Dampak, ya, memang terasa, cuma, ya memang tradisi begitu mau gimana, kita mikir ekonomi, kalau ekonomi nggak memungkinkan, ya, nggak usah beli, begitu saja, kita makan yang lain lah,” tuturnya.

 

Basuki yang merupakan pedagang cilok pun merasa naiknya harga daging ayam turut berdampak pada usahanya. Pasalnya, tidak bisa menaikkan harga jual produknya meski biaya bahan baku meningkat. “Harga cilok saya nggak bisa naik, seribu rupiah saja mau gimana lagi. Omzet menurun, misalnya dapat untung seribu ruliah menurun jadi Rp 800 perak,” jabarnya.

 

Oleh karenanya, berharap pemerintah dapat menjaga stabilitas harga bahan pangan, terutama menjelang momen-momen besar seperti Nataru, maupun Lebaran. “Harapan ke pemerintah inginnya harga stabil nggak naik-turun, mudah-mudahan, walaupun itu mau Lebaran, mau Natal, ya ingin harganya stabil,” pungkasnya.

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
RM ID
Banpos
Satelit