Tekanan Ekonomi Global Mulai Mereda
Jokowi: Peluang Resesi Masih Ada
JAKARTA - Presiden Jokowi mengingatkan semua pihak tetap waspada, meski tekanan ekonomi global hingga awal tahun ini mulai mereda. Ini sejalan dengan mulai meningkatnya proyeksi pertumbuhan dunia.
“Tadi pagi saya mendapatkan informasi bahwa tekanan ekonomi global terhadap ekonomi kita itu sudah agak mereda,” ujar Jokowi saat menghadiri Mandiri Investment Forum di Jakarta, kemarin.
Dalam kesempatan itu, Jokowi menanggapi pertanyaan mengenai laporan terbaru World Economic Outlook (WEO) Update edisi Januari 2023 yang dirilis Dana Moneter Internasional (IMF).
Laporan itu menyebutkan, proyeksi pertumbuhan ekonomi global 2023 meningkat jadi 2,9 persen, dari proyeksi pada Oktober 2022 yang hanya 2,7 persen.
Kenaikan proyeksi itu mempertimbangkan pembukaan kembali (reopening) ekonomi China, setelah isolasi berkepanjangan akibat kebijakan nol Covid-19.
Menurut eks Wali Kota Solo itu, meski tekanan ekonomi global mereda, semua negara tetap waspada.
"Tekanan global dari sisi ekonomi memang mereda tapi bukan berarti resesi tidak terjadi. Bisa saja belum,” ujarnya.
Dalam forum investasi itu, Jokowi menyampaikan banyak risiko perekonomian yang dulu dikhawatirkan, ternyata kini tidak terjadi. Hal tersebut patut disyukuri.
“Apa yang dulu kita bayang-bayangkan, takutkan, ternyata banyak yang tidak terjadi. Ini patut kita syukuri,” ujarnya.
Jokowi menerangkan, pada 2022 pertumbuhan ekonomi diperkirakan berada di angka 5,2-5,3 year on year (yoy). Inflasi juga masih terkendali di angka 5,5 persen dan Purchasing Managing Index (PMI) Manufaktur juga berada pada angka ekspansif 50,9.
Mantan Gubernur DKI Jakarta itu juga mengatakan, sisi perbankan yang mengalami pertumbuhan cukup baik tahun 2022, di mana kredit tumbuh 11,3 persen, Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh 9 persen dan NPL Gross tumbuh 2,4 persen.
Jokowi mengaku senang dengan realisasi investasi selama 2022. Sepanjang tahun 2022, investasi yang masuk di dalam negeri dominan masuk ke luar Pulau Jawa.
Kita masih bisa mencapai target, di atas Rp 1.207 triliun. Kemudian, pertumbuhan itu 53 persen dari luar Pulau Jawa dan 47 persen ada di Jawa. Artinya, sudah tidak Jawa Sentris lagi, Indonesia Sentris,” ungkapnya.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto optimistis dan tetap waspada jadi sikap Pemerintah menghadapi perekonomian ke depan.
Pemerintah juga telah menyiapkan sejumlah kebijakan utama dalam memitigasi berbagai risiko potensi krisis ekonomi global. Pasalnya, Bank Dunia memprediksikan perekonomian global hanya akan bertumbuh 1,7 persen tahun 2023.
Sejumlah kebijakan utama yang diambil Pemerintah dalam jangka pendek, yakni memperkuat pasar domestik dan konsumsi produk dalam negeri serta menjaga daya beli masyarakat melalui pengendalian inflasi.
Dalam jangka menengah panjang, Pemerintah berkomitmen melakukan transformasi ekonomi untuk meningkatkan investasi, mendorong produktivitas Sumber Daya Manusia (SDM) dan menyerap tenaga kerja melalui implementasi Undang-Undang Cipta Kerja.
“Konsumsi domestik dan investasi masih menjadi driver utama pendorong pertumbuhan. Capaian ini tentu tidak lepas dari peran pasar modal sebagai sumber alternatif pembiayaan pembangunan,” ungkap Airlangga dalam keterangannya, kemarin.
Di sektor keuangan, lanjut Airlangga, Pemerintah juga melakukan reformasi keuangan dengan dikeluarkannya Undang-Undang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (UU P2SK), yang diharapkan mampu menjawab berbagai permasalahan sektor keuangan.
Selain itu, juga akan dilakukan pengaturan terhadap Devisa Hasil Ekspor (DHE) melalui revisi Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2019, dengan perluasan komoditas ekspor wajib DHE selain Sumber Daya Alam (SDA). Yaitu, komoditi manufaktur hasil hilirisasi.
Airlangga bilang, Pemerintah berkomitmen membangun hilirisasi industri agar dapat menambah nilai jual komoditas.
“Sesuai dengan arahan Bapak Presiden, ekspor bahan mentah akan terus dikurangi dan hilirisasi industri akan terus ditingkatkan,” kata Airlangga.
Lebih lanjut, Ketua Umum Partai Golkar itu mengatakan, Pemerintah juga mendorong ekonomi hijau, penurunan emisi karbon, dan pengembangan ekosistem electric vehicle sebagai potensi kendaraan masa depan.
Pemerintah terus melakukan pembangunan infrastruktur. Antara lain, pengembangan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara. Utamanya untuk memeratakan pembangunan ekonomi di seluruh wilayah Indonesia.
“Pemerintah berterima kasih kepada para stakeholder, investor, pengusaha, termasuk media, yang terus aktif berkontribusi membangun kepercayaan dan stabilitas di pasar modal Indonesia,” pungkas Airlangga. rm.id
TangselCity | 2 hari yang lalu
Pos Banten | 10 jam yang lalu
Pos Tangerang | 1 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
Pos Tangerang | 13 jam yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
TangselCity | 22 jam yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu