TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers SinPo

Wacana Duet Airlangga-Zulhas Sangat Potensial Terwujud

Nurul Arifin: Dinamika Politik Tinggi Apapun Dapat Terjadi

Oleh: Farhan
Senin, 29 Mei 2023 | 09:10 WIB
Foto : Ist
Foto : Ist

 

JAKARTA - Meski semakin dekat dengan waktu pendaftaran, urusan koalisi partai politik untuk Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 masih sangat cair.

Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang pertama terbentuk pun seperti hidup segan mati tak mau, setelah PPP ikut PDIP mengusung Ganjar Pranowo. Atas dasar itu, prediksi pun muncul, Golkar dan PAN akan menjadi poros baru pada Pilpres 2024. Prediksi ini semakin ramai pada hari-hari ini.

Prediksi ini, antara lain datang dari Rektor Universitas Paramadina Didik J Rachbini. Didik bilang, Golkar dan PAN berpeluangmembentuk poros baru, seusai PPP berkoalisi denganPDIP.

"Yang tersisa adalah partai besar pada masa lalu, yaitu Gol­kar, yang sekarang lemah dan diombang-ambingkan faktor dan kekuatan eksternal. Juga, PAN yang sedang melakukan reorientasike mana arah dukungan selanjutnya setelah KIB bubar,” ujar Didik dalam keterangan tertulis yang diterima Rakyat Merdeka (Tangsel Pos Grup) kemarin.

Menurutnya, poros keempat ini bisa terbentuk di samping tiga poros lain dengan sosok bakal Capres yang sudah ada. Yak­ni, bacapres PDIP Ganjar Pranowo, bacapres Gerindra Prabowo Subianto, dan bacapres Koalisi Perubahan untuk Persatuan Anies Baswedan.

“Momentum transisi ini sangat berpeluang besar bagi Golkar dan PAN untuk membuat poros keempat demi memperkuat ketahanan partai. Jika mengekor saja, maka partai pengekor tidak akan mendapat tambahan suara, kecuali dapat jatah menteri kemudian hari,” tulis Didik.

Dia pun menilai, jika Golkar dan PAN bergabung dengan koalisi lain untuk mengusung Prabowo Subianto, maka hanya akan menjadi partai pengekor. Dampak positifnya, kata dia, hanya akan dinikmati Partai Gerindra.

“Golkar tidak mendapat apa-apa dalam hal votes, kecuali jatah menteri. Itu pun jika menang. Jadi, inisiatif poros keempat bisa dikatakan rasional dilihat dari kepentingan partai-partai yang terus bersaing satu sama lain,” pungkas Didik.

Menanggapi hal tersebut, Wakil Ketua Umum Partai Golkar Nurul Arifin menilai, duet Ketua Umum Golkar Airlangga Har­tarto (AH)-Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan (Zulhas) berpotensi terwujud.

Sekretaris Jenderal PAN, Eddy Soeparno mengatakan, usulan pembentukan poros keempat, akan menjadi pembicaraan dua ketua umum parpol ini.

Berikut wawancara dengan Nurul Arifin mengenai topik tersebut.

Rektor Paramadina, Didik J Rachbini mengusulkan pembentu­kan poros baru untuk Pilpres 2024. Yakni, koalisi Partai Golkar dan PAN. Tanggapan Anda?

Pak Airlangga Hartarto (AH)-Pak Zulkifli Hasan (Zulhas), Golkar-PAN kombinasi yang saling melengkapi. Pasangan nasionalis-religius dengan pengalaman segudang kerja di parle­men dan eksekutif, pastinya lebih pandai dalam menjawab tantangan pembangunan.

Apakah Golkar sudah memper­timbangkan duet bersama PAN pada Pilpres 2024?

Kami melihat, lebih baik kontestasi demokrasi ini, bisa semaksimal mung­kin menghadirkan Capres.

Jika memang tiga atau empat pasang dianggap lebih baik untuk menghadirkan pilihan, maka akan lebih banyak opsi bagi publik untuk menentukan pilihan sesuai suara hatinya.

Apakah sudah ada pembicaraan serius dengan PAN?

Ini baru simulasi ya, karena semua masih cair. Bagi Golkar, wacana seperti ini untuk memberikan gambaran ke publik bahwa spectrum yang dicip­takan bisa beragam.

Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno meni­lai, jika AH-Zulhas jadi Capres dan Cawapres, itu berarti ketum partai tidak latah mengusung kader partai lain. Tanggapan Anda?

Sepakat. Bargaining sebagai ketum partai adalah membawa gerbong besar yang harus diperhitungkan. Sudah seharusnya ketum partai tidak hanya bicara tentang kepentingannya. Namun, institusi yang dipimpinnya harus diperjuangkan dalam memu­tuskan koalisi.

Golkar dinilai akan mendapat­kan efek positif dari pemilih, jika mengusung ketumnya sebagai Capres. Bagaimana menurut Anda?

Kami paham itu. Karenanya, kami terus solid mengusung Pak AH sebagai Capres Golkar. Itulah yang akan memberi efek ekor jas.

Apakah Anda yakin AH-Zulhas akan terwujud?

Pasangan ini memungkinkan untuk diusung sebagai Capres dan Cawapres. Tidak ada hambatan, hanya masalah waktu. Tidak usah terburu-buru. Semua bisa terjadi dan berubah, di tengah dinamika politik yang sangat tinggi.

Rektor Paramadina, Didik J Rachbini juga menilai, masuknya Ridwan Kamil ke Golkar akan me­nambah daya gedor di Jawa Barat (Jabar) Pendapat Anda?

Bukan satu-satunya faktor. Semua kader di Jabar bekerja optimal. Termasuk Ketua DPD Golkar Jawa Barat Kang Ace Hasan Syadzili. Kader kami di Jabar bagus-bagus.(RM.id)

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
sinpo
sinpo
sinpo