TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers SinPo

Pertamina Raih Laba Tertinggi Sepanjang Sejarah

Nicke: Ini Bukan Akhir, Tapi Awal Pencapaian

Oleh: Farhan
Kamis, 08 Juni 2023 | 11:01 WIB
Nicke Widyawati Dirut Pertamina. Foto : Ist
Nicke Widyawati Dirut Pertamina. Foto : Ist

JAKARTA - Kinerja Pertamina pada 2022 sangat membanggakan. Perusahaan pelat merah ini mengantongi laba tertinggi sepanjang sejarah. Capaian ini antara lain buah dari keberhasilan Pertamina mengerek pendapatan di luar lifting dan produksi minyak dan gas (migas).

Pertamina meraih laba bersih mencapai 3,81 miliar dolar Amerika Serikat (AS) atau setara Rp 56,6 triliun, naik 86 persen dibanding tahun 2021 sebesar 2,05 miliar dolar AS atau Rp 29,3 triliun.

Tak hanya laba, pendapatan Pertamina melejit di tahun 2022 mencapai 84,89 miliar dolar AS (Rp 1.262 triliun) atau naik hingga 48 persen dibanding tahun sebelumnya sebesar 57,5 miliar dolar AS (Rp 855,05 triliun).

“Laba Pertamina tahun 2022 menjadi yang tertinggi sepanjang sejarah. Tahun 2022 adalah tahun terbaik bagi Pertamina. Diharapkan apa yang telah dicapai ini terus berlanjut dan meningkat di tahun berikutnya,” ucap Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati dalam acara Media Briefing Capaian Kinerja Pertamina 2022 di Grha Pertamina, Jakarta, Selasa (6/6).

Diungkapkan Nicke, kinerja keuangan konsolidasian tahun 2022 ini telah sesuai dengan hasil Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang telah menyetujui Laporan Tahunan untuk tahun buku 2022, di Jakarta pada Selasa (6/6).

RUPS Tahunan juga telah mengesahkan laporan keuangan perseroan Konsolidasian yang berakhir 31 Desember 2022 (Audited), dengan tingkat kesehatan perusahaan sebesar 93,95 atau kategori sehat (AA).

Sejalan dengan kenaikan pendapatan, EBITDA (Earning Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization) Pertamina secara konsolidasi juga naik menjadi 13,59 miliar dolar (Rp 202,12 triliun), atau naik 47 persen dibanding tahun 2021 sebesar 9,26 miliar dolar AS (Rp 143,08 triliun).

“Tahun 2022 bisa kami tutup dengan kinerja tertinggi sepanjang sejarah Pertamina. Kami bisa membukukan nett profit 3,81 miliar dolar AS (Rp 47,29 triliun),” katanya.

Menurut Nicke, apa yang dicapai selama tahun 2022 merupakan buah dari pondasi perusahaan yang terus diperbaiki, sehingga semua sektor memberikan kontribusi bagi perseroan. “Tentu saja ini bukan akhir pencapaian, tapi merupakan awal pencapaian,” cetusnya.

Nicke melanjutkan, peningkatan pendapatan perseroan tidak hanya ditopang oleh kenaikan lifting dan produksi migas serta penjualan produk. Namun, Pertamina sukses melakukan terobosan dalam mengoptimalkan biaya. Cost optimization pada periode 2021-2022 telah berkontribusi pada penghematan hingga mencapai 3,27 miliar dolar AS (Rp 48,64 triliun).

“Kinerja keuangan sebanding lurus dengan kinerja keberlanjutan yang juga telah membuahkan pencapaian positif,” katanya.

Pertamina berhasil meraih posisi nomor 2 secara global dalam sub-industri Integrated Oil and Gas oleh Sustainalytics dengan skor Environmental, Social & Governance (ESG) sebesar 22,1 di bulan Oktober 2022, yang mengalami peningkatan dari sebelumnya dengan skor 28,1.

Ia menekankan, peningkatan sig nifikan kinerja keuangan dan operasional sepanjang 2022, Pertamina kembali mengukuhkan posisinya sebagai satu-satunya perusahaan Indonesia yang masuk dalam Fortune Global 500 dan menempati peringkat 223, naik dari sebelumnya peringkat 287.

Capai TKDN 60 Persen

Operasional Pertamina di berbagai lini bisnis turut tumbuh. Bahkan peningkatan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) perusahaan mencapai 60 persen, lebih tinggi dari target perusahaan, dengan nilai TKDN mencapai 1,5 miliar dolar AS (Rp 22,31 triliun). Penerapan TKDN memberikan dampak besar terhadap perekonomian. Karena, TKDN melibatkan lebih dari 5.600 manufaktur lokal/nasional dan sekitar 82 ribu tenaga kerja lokal dan nasional.

“Kami sangat mengapresiasi TKDN dalam proses bisnis Pertamina. TKDN ini bertujuan meningkatkan industri dalam negeri, jadi dampak multiplier effect-nya sangat besar,” ujar Nicke.

Di bidang hulu, lifting migas meningkat 15 persen menjadi 837 ribu barel setara minyak bumi per hari (Milion Barrel Oil of Equivalent Per Day/MBOEPD) dibanding lifting tahun lalu 728 MBOEPD.

Tumbuhnya kinerja up-stream ini ditopang oleh kegiatan investasi dan pemanfa atan teknologi, yang dapat mencapai success ratio dalam kegiatan pengeboran hulu dan memicu optimalisasi produksi. Produksi migas tahun ini naik 8 persen menjadi 967 MBOEPD.

Operational excellence juga terlihat pada usaha hilir. Ketersediaan (availability) dan akses (accessibility) terhadap produk BBM (Bahan Bakar Minyak) kepada masyarakat meningkat, dengan coverage nasional 98 persen melalui berbagai program. Seperti BBM Satu Harga, Pertashop dan One Village One Outlet (OVOO).

“Distribusi energi melalui program BBM Satu Harga dengan membangun lembaga penyalur BBM di wilayah, tertinggal, terdepan dan terluar (3T),” jelas Nicke.

Hingga akhir 2022, program yang telah dimulai pada 2017 dan bertujuan mendukung Pemerintah dalam mewujudkan energi berkeadilan ini, telah mencapai 413 titik lembaga penyalur. Khusus di tahun 2022, terjadi penambahan dari 92 titik BBM Satu Harga di daerah 3T.

Penyaluran BBM yang mengedepankan prinsip ketersediaan dan keterjangkauan juga dikembangkan Pertamina melalui OVOO.

Pengembangan outlet BBM ramah lingkungan yang dikenal dengan Pertamina Shop (Pertashop) ini terus berlanjut untuk menjangkau wilayah pedesaan yang jauh dari SPBU (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum), dan di akhir tahun 2022 telah mencapai 6.152 Titik Pertashop.

Selain BBM ramah lingkungan, melalui program OVOO Pertamina membangun agen LPG (Liquefied Petroleum Gas) untuk menyalurkan energi gas tabung. Hingga akhir 2022, jumlah outlet yang beroperasi sebanyak 64.277 titik. Program ini diharapkan dapat memudahkan masyarakat untuk mendapatkan tabung gas, khususnya LPG ber subsidi.

Selanjutnya, untuk meningkatkan penggunaan gas alam di sektor rumah tangga, Pertamina juga memperluas sambungan gas rumah tangga. Pada 2022 telah dibangun 384 ribu Sambungan Rumah Tangga (SRT) baru.

Sebagai perusahaan pemimpin di bidang transisi energi, Pertamina berkomitmen dalam mendukung target NZE 2060 dengan terus mendorong program-program yang berdampak langsung pada capaian Sustainable Development Goals (SDGs).

“Seluruh upaya tersebut sejalan dengan penerapan ESG di seluruh lini bisnis dan operasi Pertamina,” tutup Nicke.

Terpisah, Pengamat Energi sekaligus Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro mengapresiasi capaian kinerja Pertamina Group. Di tengah berbagai faktor ketidakpastian global, serta permasalahan harga minyak dunia, BUMN (Badan Usaha Milik Negara) penghasil BBM ini tetap membukukan kinerja yang baik.

“Keberhasilan Pertamina juga didorong berkat pemangkasan jajaran direksi sebagai upaya efisiensi dan efektivitas di tubuh Pertamina. Tentunya, dengan rampingnya organisasi akan lebih simple bagi perusahaan dalam merespons dinamika internal maupun eksternal,” kata Komaidi kepada Rakyat Merdeka (Tangsel Pos Grup), kemarin.

Diakui Komaidi, pada awal-awal pergantian direksi, Pertamina sempat mengalami penurunan. Bahkan pada saat pandemi Covid-19 tahun 2022, sempat mengalami kerugian. Namun hal itu dibuktikan lagi dengan capaian Pertamina di sepanjang tahun 2022.

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
sinpo
sinpo
sinpo