TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers SinPo

Peran Pendidikan Dalam Perubahan

Oleh: Wahyu Khairani
Minggu, 25 Juni 2023 | 07:00 WIB
Ilustrasi
Ilustrasi

DI era globalisasi ini, bangsa Indonesia mengalami perbagai problem, baik yang berbentuk fifik maupun non fisik. Mulai dari gempa bumi dimana-mana, meletus gunung berapi daln lain sebagainya. Kita tidak meyadari bahwa segala yang terjadi di alam ini tidak terlapas dari perbuatan manusia itu sendiri. Pernyataan itu sejalan dengan pendapat Arisyo Santos dalam bukunya Atlantas.  Arisyo Santos mengatakan bahwa “…mereka mengirim bencana dan gempa bumi ini, sehingga menghancurkan kekaisar terkemuka itu menjadi pelajaran moral menakutkan bagi siapa saja yang bertindak melampaui batas”.

Pendidikan merupakan kunci atas segala perubahan tanpa pendidikan, maka tidak mungkin perubahan itu akan tercapai, baik itu perubahan moral generasi selanjutnya maupun perubahan sosial (politik, ekonomi dan lain sebagainya), karena memang apapun yang kita lakukan hari ini akan berimbas pada 10 tahun kedepan. Jika kita melakukan kebaikan maka kebaikan untuk 10 tahun kedepan akan menanti kita, begitu juga sebaliknya.

Pendidikan sangatlah penting untuk merubah kondisi sosial kemasyarakatan. Tanpa ada pendidikan tidaklah mungkin perubahan-perubahan itu akan terjadi. Pendidikan tidak hanya melakukan perubahan di bidang sosial semata akan tetapi pendidikan harus mampu merubah ke  semua aspek. Baik itu perubahan sosial kemasyarakat. politik, ekonomi dan lain sebagainya.  Dalam kondisi masyarakat. Pendidikan harus mampu merubah cara pandang masyarakat bahwa masyarakat mempunyai kewajiban untuk memperbaiki kondisi bangsa yang sedang terpuruk ini. Begitu juga dalam hal politik, pendidikan harus mampu memberikan penyadaran kepada elit–elit politik. Pendidikan jangan di maknai hanya duduk di bangku sekolah saja akan tetapi kita harus mamaknainya secara luas.

Tugas pendidikan adalah “memanusiakan” kembali manusia yang mengalami “dehumanisasi” karena sistem dan struktur yang tidak adil. Pendidikan harus mampu melahirkan generasi muda yang peka terhadap kondidisi sosial disekitarsnya. Sehingga masyarakat  sadar dengan kondisi yang sedang dihadapinya. Misalkan saja kemiskinan, masyarakat harus sadar bahwa kenapa bansa ini harus miskin padahal bangsa ini mempunyai kekayaan alam yang melimpah.

Indonesia memiliki banyak kekayaan alam akan tetapi kekayaan alam itu tidak dikelokah oleh Indonesia itu sendiri. Seperti nowmont, freepot dan lain sebagainya. Di bidang politik misalnya; semua lembaga dijadikan sebagai alat poltik. Seperti yang terjadi pada masa rezim orde baru. Masyarakat harus bangun dari yang panjang dan harus membuka mata lebar bahwa hal-hal itu terjadi karena kita tidak kritis terhadap kondisi sosial.  Kita telah dininabobokan oleh orang-orang luar yang ingin menguasai kekayaan alam kita.

Tugas lembaga pendidikan untuk merubah tatanan social sangatlah besar sebab lembaga pendidikan akan bersentuhan langsung dengan perubahan social itu. Salah satu ahli pendidikan mengatakan bahwa hubungan pendidikan dan perubahan social sangatlah berkaitan. Seperti yang di ungkapkan oleh H.A.R. Tilar dalam buku pendidikan dan perubahan sosial bahwa perubahan sosial tidak bisa ddipisahkan dari pendidikan. “Pendidikan adalah kegiatan sosial dan lembaga pendidikan merupakan lembaga sosial, perubahan sosial tidak dapat dipisahkan dari pendidikan dan selalu bersamaan sebab dari perubahan. Perubahan merupakan akibat atau hasil perubahan pengaruh dari perubahan lingkungan fisik, lingkungan sosial, lingkungan politik maupun perkembangan dalam kehidupan ekonomi dalam suatu masyarakat.”

Menurut william F. Dalam bukunya ideologi-ideologi pendidikan bahwa kesadaran manusia membagi tiga golongan;

1) kesadaran magis (magical consciousnees)

2) kesadaran kritik (critical conscioesness)

3) kesadaran naif (naival  conscioesnees). Yang dimaksud dengan megical consciosness yakni tingkat kesadaran yang tidak mampu mengetahui kaitannya antara satu faktor dangan faktor lain. Kesadaran ini, sama halnya dengan sistem sebab-akibat (kausalitas). Masyarakat tidak mampu menganalisa tantang kejadian yang satu dengan kejadian yang lain. Misalnya saja kenapa negara indonesia selalu dijajjah dibidang ekonomi pada hal indonesia mempunyai kekayaan alam yang harus dikoloh olehnya sehingga mampu meloloskan diri dari kemiskinan.

Murid tidak  diberi kesempatan untuk menganalisa sesuatu, hanya saja guru yang selalu aktif di dalam ruangan. Guru memasukan ilmu pengetahuan kepada murid. Sistim ini seperti sistim ”bank”  seperti yang di kembangkan oleh paure ”banking concept of  education” dimana para guru akan memasukan ilmu pengetahuan kepada pelajar sehingga kelak akan mendapat hasil yang bagus. Bepikir sepereti ini akan membentuk lingkaran setan; artinya akan menghambat lahirnya peserta didik yang kritis terhadap kendisi sosial yang ada, peserta didik dipaksa  untuk  mengikuti arus. Yang dimaksud degnan Naival conscioesness yakni lebih melihat ”human aspect” yang menjadi akar penyebab masalah. Dalam kesadaran ini menyangkut ”masalah etika, kreativita masyarakat” sebaga penentu dalam perubahan sosial. Kesadaran ini lebh pada kesadaran manusia itu sendiri dalam merubah kondisi sosial. Misalnya saja, Kenapa masyarakat mengalami kemiskinan, itu disebabkan oleh kemalasan mereka sendiri dalam  bekerja dan mereka tidak  mempunyai jiwa kewirausahaan dan sebagainya. Tugas lembaga pendidikan dalam pendekatan ini adalah bagaimana men-design atau mengarahkan murid untuk menciptakan lapangan kerja sendiri.

Agar kemiskinan di dalam keluarga mereka tidak berkelanjutan (kemiskinan yang berkelanjutan). Yang dimasud dengan critical conscioesness yakin kesadaan ini lebih melihat aspek sistem dan structural sebagai sumber masalah. Kesadaran ini melihat bahwa para penguasa (power)  sebagai sumber masalah. Kemiskinan, ketidakadilan itu terjadi karena para panguasa lebih mementingkan kepentingan pribadi dari pada kepentingan public. Misalnya saja; rakya miskin itu disebabkan para penguasa yang merampok alis korupsi hak massyarakat demi kepentingan pridadi. Tugas pendidikan dalam kesadaran ini adalah mengarahkan  para murid untuk ikut terlibat dalam menganalisa kejadian yang ada sehingga terciptalah kondisi masyarakat yang adil dan makmur.

Jika semua itu mampu dilakukan oleh lembaga pendidikan maka saya yakin bahwa perubahan sosial akan bisa tercapai. Dan juga lembaga pendidikan akan menarik (interst) pada masyarakat dan mengarahkan bagi masyarakat, karena lembaga  pendidikan terlibat dalam proses perubahan sosial di berbagai bidang. Jika tidak maka lembaga pendidkan akan kehilangan oriantasi atau kehilangan makna.(*)

Komentar:
Berita Lainnya
Prof. Dr. Muhadam Labolo
Menyerah pada Korupsi?
Jumat, 27 September 2024
Dahlan Iskan
Ambeien Bukan
Jumat, 27 September 2024
Dahlan Iskan
Agama GPT
Kamis, 26 September 2024
Dahlan Iskan
Berani Mati
Rabu, 25 September 2024
Dahlan Iskan
Rumah Sehat
Selasa, 24 September 2024
Dahlan Iskan
Derita Alumni
Senin, 23 September 2024
GROUP RAKYAT MERDEKA
sinpo
sinpo
sinpo