Soal Pembentukan Cyber Army Di TNI
DPR: Lawannya, Musuh Asing
JAKARTA - Senayan ikut merespons usulan pembentukan Angkatan Siber atau Cyber Army untuk melengkapi tiga matra Tentara Nasional Indonesia yang sudah ada, yakni Angkatan Darat, Udara, dan Laut. Cyber Army ini nantinya bertugas menghadapi perang di dunia digital.
Anggota Komisi I DPR Al Muzzammil Yusuf mengatakan, di beberapa negara memang sudah mengenal istilah Cyber Army. Mereka membentuk pasukan siber ini sebagai konsekuensi dari perkembangan dunia digital yang telah merasuk hampir ke seluruh bidang kehidupan. “Dampak serangan siber ini tidak lebih ringan dari serangan militer,” kata dia, kemarin.
Karena itu, politisi Fraksi PKS ini menilai wajar kalau Indonesia pun mempersiapkan pasukan siber yang andal dalam menghadapi serangan di dunia digital ini. Jika benar-benar terbentuk, pasukan siber ini dipergunakan untuk memerangi musuh asing di dunia siber. “Bukan untuk berhadapan dengan rakyatnya sendiri,” wantinya.
Dia usul agar dibuat kajian mendalam mengatur pembentukan Cyber Army ini. “Agar, Angkatan Siber menjadi alat negara, memperkokoh kedaulatan negara dan demokrasi,” pungkasnya.
Sebagaimana diketahui, ide penambahan matra ini diusulkan Gubernur Lembaga Pertahanan Nasional (Lemhanas) Andi Widjajanto. Usulan ini mengacu kepada Singapura yang telah memiliki Digital and Intelligence Service sebagai angkatan keempat kemiliteran.
“Apakah Indonesia nanti seperti Singapura punya Angkatan Siber melengkapi Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara, saya harus menawarkan roadmap-nya,” kata Andi pada acara Seminar Nasional Ketahanan Nasional Transformasi Digital Indonesia 2045 di Jakarta, pekan lalu.
Dia bilang, Singapura melakukan itu karena ada kebutuhan di sektor pertahanan seiring berkembangnya teknologi. Indonesia kudu mempelajarinya apakah perlu membentuk Angkatan Siber atau tidak.
Singapura diketahui telah mempersiapkan pembentukan Angkatan Siber selama tujuh tahun. Angkatan ini diresmikan pada Oktober 2022. Jumlah pasukannya mencapai 3.000 orang. Angka itu akan terus bertambah menjadi 12.000 orang dalam kurun waktu delapan tahun mendatang.
Mereka punya seragam hijau untuk AD, seragam putih untuk AL, seragam biru AU dan abu-abu untuk Angkatan Digital dan Intelijen,” jelas Andi.
Sementara itu, anggota Komisi I DPR Christina Aryani menilai, pembentukan Angkatan Siber di TNI merupakan ide menarik yang tentu membutuhkan kajian matang dan komprehensif. Kajian tersebut juga mempertimbangkan struktur organisasi TNI yang sudah ada, rekrutmen, sumber daya manusia (SDM), dukungan anggaran dan melihat praktiknya di negara lain.
“Banyak yang harus dipertimbangkan, mengingat saat ini kita juga sudah punya Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN). TNI sendiri juga memiliki unit siber di masing-masing angkatan. Intinya dikaji dulu secara ilmiah dan komprehensif,” kata politisi Fraks Golkar ini.
Dia menegaskan, pembentukan Angkatan Siber memiliki dampak dan konsekuensi bagi TNI sendiri. Karenanya, perlu kajian dari struktur organisasi dan kelembagaan di TNI, pola rekrutmen, SDM, jenjang karier dan daya dukung anggarannya.
“BSSN saja daya dukung anggarannya masih sangat minim. Nah kalau ada angkatan baru di TNI untuk pasukan siber, bagaimana dukungan anggarannya nanti. Intinya sebagai ide oke dan menarik, dan bisa jadi relevan. Tinggal dikaji saja secara ilmiah,” tambahnya.
Pos Banten | 2 hari yang lalu
Olahraga | 20 jam yang lalu
Pos Tangerang | 2 hari yang lalu
Pos Banten | 18 jam yang lalu
TangselCity | 17 jam yang lalu
Olahraga | 19 jam yang lalu
Olahraga | 1 hari yang lalu
Olahraga | 2 hari yang lalu
Nasional | 1 hari yang lalu
Pos Tangerang | 2 hari yang lalu