Mobil Listrik Karya Anak Bangsa
3 Tahun Lagi Meluncur
JAKARTA - Pemerintah punya target ambisius pada industri mobil listrik. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menargetkan, pada 2026 Indonesia sudah bisa memproduksi mobil listrik atau electric vehicle (EV) sendiri, karya anak bangsa.
Menurut Luhut, ada berbagai cara yang akan ditempuh untuk mewujudkan hal tersebut. Pertama, mendorong riset mendalam khususnya terkait pabrik kendaraan listrik. Kedua, menggandeng perusahaan asing.
“Saya minta abang, guru besar dari Institut Teknologi Bandung (ITB), nanti dia gabungkan Universitas Indonesia (UI), ahli-ahli kita untuk kerja sama sehingga 2025 atau 2026 paling lambat kita sudah punya mobil listrik yang dibuat anak bangsa sendiri,” kata Luhut.
Hal itu disampaikannya dalam seminar nasional bertajuk ‘Kendaraan Listrik, Potensi dan Tantangannya di Indonesia’ yang digelar Ikatan Alumni SMA Xaverius 1 Palembang (IKAXA), di Jakarta, kemarin.
Eks Menko Polhukam ini pede, banyak perusahaan asing yang mau bekerja sama dengan Indonesia soal pengembangan mobil listrik.
Salah satu produsen EV internasional yang tertarik untuk pengembangan EV di Indonesia adalah Geely.
Geely merupakan salah satu produsen EV besar internasional asal China. Geely perusahaan mobil listrik terbesar ketiga di China setelah BYD dan Wuling.
“Kita sudah berbicara dengan pihak Geely sejak beberapa bulan lalu, dan puncaknya pada dua hari lalu di mana kita menawarkan untuk riset bersama (joint research) untuk membuat mobil EV di Indonesia,” jelasnya.
Geely, kata Luhut, menyambut baik tawaran untuk melakukan riset EV bersama Indonesia.
Baca juga : Eks PM Thailand Girang, Hukuman Penjaranya Dikorting, Dari 8 Tahun Jadi 1 Tahun
Luhut juga mengaku sudah melaporkan kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang menyambut baik dan menyetujui hal tersebut.
Saat ini kita sedang membicarakan hal teknis dan Presiden juga setuju,” tuturnya.
Luhut menilai, saat ini merupakan momentum terbaik bagi Indonesia untuk bisa memiliki dan memproduksi EV yang merupakan buah hasil karya anak bangsa.
Secara global, lanjut Luhut, transisi kendaraan konvensional ke EV bergerak semakin cepat, dengan pangsa penjualan EV yang makin masif.
Adopsi EV menjadi lebih cepat karena adanya multiplier effect dari individu atau kelompok yang menggunakan inovasi, produk atau teknologi baru sebelum digunakan oleh populasi yang lebih luas, atau dikenal juga sebagai early adopters.
Kapan lagi kita punya mobil EV karya Indonesia. Jadi risetnya kita bersama-sama dan kita lakukan lompatan jauh atau leapfrog,” jelasnya.
Sayangnya, Luhut tak menjelaskan lebih jauh tentang status mobil listrik karya anak bangsa yang dimaksud, apakah dibuat oleh merek asli Indonesia dari perusahaan lokal atau merek asing tapi dirakit di pabrik di dalam negeri.
Saat ini Indonesia sudah bisa membuat mobil listrik, hal itu dilakukan dengan merek asing Hyundai, Wuling dan DFSK.
Ketiganya juga menjual mobil listrik itu di dalam negeri yang dibuat tangan para pekerja lokal di pabrik, masing-masing berada di Pulau Jawa.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita juga menargetkan mobil listrik yang diproduksi lokal memiliki tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) sebesar 80 persen. Target ini diharapkan bisa tercapai di tahun 2030.
“Kemenperin telah membuat peta jalan untuk pengembangan baterai di bidang ini, termasuk baterai kendaraan listrik lainnya. Salah satu hal yang ingin dicapai pada 2030 adalah kendaraan listrik yang memiliki efisiensi tinggi dan local content sekitar 80 persen,” kata Agus.
Untuk mencapai target tersebut, lanjut Agus, Pemerintah telah menetapkan kebijakan progresif, termasuk dalam memberi stimulus fiskal dan insentif.
Pemerintah juga akan mendorong penggunaan kendaraan listrik sebagai kendaraan operasional sehari-hari untuk entitas Pemerintah Pusat dan daerah.
Selain itu, Pemerintah telah mengeluarkan bantuan pembelian kendaraan listrik roda dua dengan syarat kendaraan tersebut sudah memenuhi persyaratan TKDN minimal 40 persen.
Kemudian, ada potongan PPN DTP sebesar 5 hingga 10 persen untuk mobil listrik dan bus listrik, tergantung pada kandungan lokal yang dimiliki.
Tidak hanya itu, strategi lainnya Kementerian Perindustrian (Kemenperin) sudah bekerja sama dengan perusahaan yang bertanggung jawab memproduksi baterai kendaraan listrik.
Mulai dari Indonesia Battery Corporation, sebuah perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dalam ekosistem Battery Electric Vehicle (BEV) dan EV di Indonesia.
Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan, investor akan cenderung memilih negara dengan kemampuan tinggi dalam berinovasi untuk dijadikan sebagai basis produksi mobil listrik. Selain itu, memiliki kedekatan dengan pasar.
“Sekarang pasar mobil listrik masih di China, Skandinavia, Eropa, Amerika. Jadi, mungkin mereka lebih tertarik membangun produksinya di India, China, atau Vietnam,” tandasnya.
Pos Tangerang | 4 jam yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
Olahraga | 1 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Pendidikan | 1 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu