Gaya PSI Pasca Dipimpin Kaesang Dibeberin Uki Di Podcast RM
Terapkan Politik Solo, Menyerang Dilarang
JAKARTA - Masuknya putra bungsu Presiden Jokowi, Kaesang Pangarep hingga menjadi ketua umum, membawa warna baru bagi Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Kader PSI yang selama ini dikenal “penyerang”, dipaksa Kaesang ikuti gaya politik Solo, lebih santun dan tidak nyerang sana-sani. Karena Kaesang juga, PSI jadi makin optimis bakal lolos ke DPR.
Pengakuan ini, disampaikan Ketua DPP PSI Dedek Prayudi atau akrab disapa Uki, saat menjadi bintang tamu “Podcast Ngegas” di Rakyat Merdeka (Tangsel Pos Group), Jumat (6/10/2023). Acara ini dipandu dua Redaktur Politik Rakyat Merdeka, Siswanto dan Ujang Sunda.
“Bahkan Bang Ade Armando saja yang selama ini sulit dibilangin, nurut dengan Kaesang. Pokoknya, kita harus lebih santuy dan tidak boleh nyerang,” ungkap Uki.
Uki lantas menceritakan proses masuknya Kaesang hingga akhirnya dipercaya menakhodai PSI. Menurut Uki, Kaesang tidak ujug-ujug dinobatkan sebagai Ketum PSI. Prosesnya panjang, dan sudah digodok berbulan-bulan. Lagipula, putra bungsu Presiden ini, sudah memiliki banyak teman di PSI.
“Mas Kaesang ini berteman akrab dengan bro Giring Ganesha, mantan ketum kita. Mereka itu teman main FIFA. Kemudian dengan Wiliam Sarana juga lumayan akrab, dan Kaesang juga pernah mengundanganya ke podcast-nya. Kemudian dengan Mongol Stress juga lumayan akrab,” ungkap Uki.
Dari persahabatan ini, Kaesang mengenal PSI. Bahkan, pendiri kuliner Sang Pisang ini, tak bisa menyembunyikan rasa keponya terhadap PSI. Sesekali Kaesang menanyakan soal PSI, dan sikap politiknya. “Sampai di satu titik Kaesang mengatakan’ PSI menarik juga yah, kenapa nggak diseriusin’,” kata Uki.
Di samping hal tersebut, Giring juga telah memberikan pernyataan saat usianya genap 40 tahun. Pada kesempatan tersebut, eks vokalis Band Nidji itu mengaku umurnya tak lagi muda untuk menakhodai partai yang notabene didominasi anak-anak muda.
“Caleg (calon legislatif) kita saja 55 persen diisi oleh anak-anak muda di bawah 40 tahun. Maka kemudian bro Giring sudah memikirkan, saatnya mengantarkan tongkat estafetnya kepada seseorang yang lebih muda,” ujar Uki.
Sejak saat itulah PSI mulai memikirkan siapa sosok yang tepat meneruskan Giring. Tak lama berselang, munculah nama Kaesang. Namun, saat itu masih sebatas wacana. Belum ada satupun kader PSI yang dapat memastikan Kaesang bisa menjadi ketua umum. Lagipula, suami Erina Gudono itu bukan kader PSI.
Singkat cerita, manuver pun terjadi. Saat itu, Grace Natalie, Raja Juli Antoni, dan Giring terbang ke Solo, Jawa Tengah. Mereka mengantarkan Kartu Tanda Anggota (KTA) PSI pada Kaesang yang sedang berada di rumah Jokowi.
“Kami kaget, saat mendengar Kaesang sudah menjadi anggota PSI. Timbul desakan dari bawah internal partai agar Kaesang melanjutkan Giring,” tutur politikus kelahiran Jakarta, 39 tahun silam itu.
Tak ingin berlama-lama, internal partai mempersiapkan dua acara. Yakni, Kopi Darat Khusus (Kopdarsus) dan Kopi Darat Nasional (Kopdarnas), semacam rapimnas dan munas di partai lain.
Kata Uki, Kopdarsus bersifat tertutup untuk media. Dalam kesempatan itu, jajaran Dewan Pengurus Wilayah (DPW) se-Indonesia dipanggil, untuk dimintai pendapatnya. Khususnya, untuk menentukan apakah benar menginginkan Kaesang menjadi suksesor Giring.
Setelah menjaring aspirasi mereka, sekitar 30-an DPW menginginkan Kaesang melanjutkan kerja Giring. Alasannya menarik, karena Kaesang itu Jokowi banget. “Tentu alasannya berbeda-beda. Salah satunya menggabungkan Jokowisme. Dan teknis, karena suka dengan gaya komunikasi Kaesang,” ungkap Uki.
Mayoritas berpendapat, jika Kaesang menjadi ketua umum, gaya komunikasinya sesuai dengan Generasi Z. Hal ini tentu menjadi suntikan kreativitas yang sangat berharga bagi PSI.
“Dan ada yang beralasan kerja elektoral. Karena masuknya Kaesang, apalagi jadi ketua umum, tentu memberi suntikan elektoral buat PSI. Jadi, semua ingin Kaesang menjadi ketua umum PSI,” terang Uki.
Kelar Kopdarsus, PSI langsung menggelar Kopdarnas di hari yang sama. Awalnya, Uki menyebut DPP agak ragu, sehingga menyiapkan dua skenario. Namun, ternyata aspirasi dari bawah tegak lurus ke atas.
Jadi langsung dikuatkan dengan Surat Keputusan oleh Dewan Pembina dan itu dibacakan saat Kopdarnas,” kata lulusan Universitas Victoria Wellington, Selandia Baru itu.
Proses yang singkat ini, lantas menimbulkan tanda tanya. Apakah penunjukan Kaesang dengan waktu yang singkat itu sebagai upaya mengantisipasi pihak yang ingin menggagalkan? Mengingat, Kaesang sangat erat hubungannya dengan PDIP.
Uki membantah anggapan tersebut. Menurutnya, pemilihan yang singkat itu karena semua kader satu suara menginginkan Kaesang. Ia juga memastikan, tidak ada gangguan dari partai lain, khususnya PDIP.
“PDIP itu adalah partai besar yang sudah matang, malang-melintang, dan diisi oleh tokoh-tokoh besar. Jadi tidak akan terpengaruh. Selain itu, Kaesang juga sudah dewasa, dan mampu membuat keputusan untuk dirinya sendiri,” sebut Uki.
Lantas, apakah penunjukan Kaesang merupakan permintaan Jokowi? Karena sebelumnya, sejumlah elite PSI menemui Jokowi di Istana Negara.
Kata Uki, kedatangan koleganya untuk meminta nasihat dari Jokowi sebagai negarawan. “Tidak ada pembahasan soal meminta izin pada Pak Jokowi untuk Kaesang,” tegasnya.
Kini, setelah Kaesang resmi memimpin PSI, UKI mengaku banyak perubahan di tubuh PSI. Perintah awal yang disampaikan Kaesang pada kader PSI, agar menjalankan politik dengan riang gembira.
“Pokoknya kami harus santun, tidak boleh nyerang. Bahkan berbicara pun harus diatur intonasinya. Benar-benar pakai gaya politik Solo,” bebernya.
Uki lantas menceritakan dirinya pernah ditegur Kaesang lewat pesan What’App (WA) usai tampil di sebuah acara televisi. “Padahal saat itu saya sudah lebih kalem dan banyak senyum. Tapi kata Mas Kaesang, terkadang masih tinggi intonasinya,” ungkap Caleg DPR dari Dapil DKI III ini.
Saking santainya, Kaesang sampai mengubah sanksi jadi seperti candaan. “Misalnya, Bang Ade yang kemarin ditegur Mas Kaesang. Sanksinya apa? Dia disuruh traktir makan seluruh pengurus DPP PDIP. Lucu, bisa seasyik itu,” tegasnya.
Tak hanya di internal, pengaruh Kaesang di masyarakat jauh lebih terasa. Setiap turun ke daerah, dia mengklaim, antusias masyarakat jauh besar setelah Kaesang gabung ke PSI.
“Saya sudah dari 2018 di PSI, tapi antusias masyarakat saat ini jauh lebih besar setelah ada Mas Kaesang. Ini jadi penyemangat bagi kami,” tegasnya.
Bagaimana dengan pencapresan? Uki mengaku, saat ini memang ada 3 opsi : Ganjar, Prabowo atau jomblo. Namun, apa yang akan diputuskan, Kaesang masih perlu penjajakan.
“Yang pasti, sekarang kami jadi lebih cair. Ke PDIP yang dulu sempat bersitegang, kini bisa cair. Kemarin kami bisa bertemu dan bercanda dengan Mbak Puan Maharani,” bebernya.
Benarkah ke Prabowo? Uki menegaskan, hingga saat ini, PSI belum membatalkan hasil rembuk rakyat nasional yang pernah mengusung pasangan Ganjar Pranowo dan Yenny Wahid. Namun, dalam Pilpres, PSI juga harus realistis bahwa tidak bisa mengusung Capres-Cawapres tanpa berkoalisi.
“Dalam waktu dekat, PSI akan deklarasi siapa Capres yang akan kami dukung. Tunggu saja,” pungkasnya.
Pos Banten | 1 hari yang lalu
Pos Tangerang | 2 hari yang lalu
Pos Tangerang | 1 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
Olahraga | 1 hari yang lalu
Nasional | 4 jam yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu