TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers SinPo

Pertama Kali, Negara Kepulauan Seluruh Dunia Kumpul Di Bali

Jokowi Jadi Pusat Perhatian Dunia Lagi

Oleh: Farhan
Selasa, 10 Oktober 2023 | 11:32 WIB
Presiden Jokowi bersama Mantan Presiden SBY dan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto. Foto : Ist
Presiden Jokowi bersama Mantan Presiden SBY dan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto. Foto : Ist

BALI - Presiden Jokowi akan jadi pusat perhatian dunia lagi. Pertama kali dalam sejarah, negara-negara kepulauan di seluruh dunia berkumpul di Indonesia. Mereka mengikuti Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Archipelagic and Island States (AIS) di Nusa Dua, Bali. Presiden Jokowi akan membuka kegiatan tersebut secara resmi pada 11 Oktober 2023.

Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia menjadi inisiator pembentukan kelompok ini. Anggotanya sekarang ada 51 negara, yang mencakup sepertiga area dari seluruh luas lautan dunia.

Gagasan menyatukan negara-negara kepulauan ini adalah inisiatif asli pemerintahan Jokowi. Idenya muncul pada 2017, lalu berlanjut dengan sejumlah pertemuan di tingkat menteri yang dituangkan dalam Deklarasi Bersama Manado, oleh 47 negara pada 1 November 2018. Butuh waktu enam tahun, hingga akhirnya sampai ke pertemuan tingkat kepala negara, yang berlangsung mulai hari ini dan besok.

AIS Forum adalah kontribusi yang riil, sinergi global untuk menghadapi tantangan dan problematika isu-isu kelautan. Sekaligus menjadi pembuktian atas kapasitas leadership Indonesia yang mulai mengacu jadi negara maju. Merangkul negara-negara kepulauan untuk sama-sama mengatasi masalah-masalah di pesisir melalui sharing knowledge dan best practise.

Minggu (8/10/2023) malam, sejumlah pemimpin media massa hadir di Bali untuk melihat persiapan KTT AIS. Pemerintah menyiapkan KTT ini dengan luar biasa seriusnya. Seluruh kepala negara yang hadir akan mendapatkan pengalaman istimewa, karena disambut dengan layanan khas Indonesia. Hampir sama dengan penyambutan saat G20 dan KTT ASEAN. Yang membedakannya adalah ornamen, dekorasi dan atmosfir-nya. Kali ini bertema kelautan dan pulau-pulau. Sehingga hiasan dan bunga didominasi warna biru, hijau dan berbagai elemen tema pesisir seperti caping nelayan, kail, alat pancing dan bambu.

Di area penyambutan, ada screen raksasa. Mungkin terbesar yang pernah ada di Indonesia. Panjangnya 79 meter dan tingginya 6 meter, menampilkan animasi lautan dan ikan yang berenang. Melihat screen itu, kita seperti berada di dalam akuarium raksasa.

Penjelasan tentang KTT AIS dipaparkan bergantian oleh Dirjen Informasi dan Komunikasi Publik Kominfo Usman Kansong dan Tim dari Kemenko Marves yang hadir lengkap, yaitu Odo Manuhutu (Deputi Bidang Pariwisata dan Ekonomi Kreatif), Sora Lukita (Asisten Deputi Delimitasi Zona Maritim dan Kawasan Perbatasan) dan M Burhanudin Borut (Analis Kebijakan Ahli Madya).

Apa manfaat KTT AIS buat Indonesia? Pertama adalah untuk meletakkan fondasi agar forum ini berkembang menjadi kerjasama yang besar. 

Ada dua hal yang unik menyangkut AIS. Forum internasional biasanya diisi dengan ngobrol, meeting lalu ada komitmen bantuan, namun jarang ada hasil yang dirasa konkret. Kalau AIS, jarang pertemuan, tapi programnya lebih jelas. Misalnya, beberapa bulan sebelum KTT, dilakukan pelatihan pembuatan keramba ikan di Fiji. Bagi kita, orang Indonesia mungkin pelatihan itu rasanya biasa saja. Padahal, bagi masyarakat pesisir Fiji, itu hal baru dan memberikan efek luar biasa bagi masyarakatnya. 

Pelatihan dilaksanakan di Pulau Bau. Sebuah pulau yang tidak bisa sembarang orang masuk ke situ. Namun tim Indonesia bisa diterima dengan baik di sana. Bahkan akhirnya bisa membawa Deputy Prime Minister Fiji berfoto dengan pimpinan di pulau tersebut. Katanya, itu bagaikan sebuah blessing, dan menunjukkan Indonesia bisa melakukan level of comfortable dengan masyarakat pesisir di sana.

Di Madagaskar, tim Indonesia juga melakukan pelatihan membuat rumpon. Di sana, itu adalah hal baru yang sangat bermanfaat dan menggerakan sektor ekonomi.

Program konkret lainnya adalah riset dan pendidikan serta beasiswa. Bantuan ini gotong royong, berasal dari private sector, pemerintah dan pihak-pihak yang peduli dengan isu-isu penanganan kelautan, blue and green economy.

Sampai Senin (9/10/2023) ada 9 tamu VVIP setingkat kepala negara, presiden, perdana menteri dan deputi PM yang konfirmasi hadir dalam pertemuan KTT AIS. Serta 21 VIP setingkat menteri, deputi dan duta besar. Kepala Negara yang sudah hadir pada Minggu (8/10/2023) adalah Perdana Menteri dari negara Sao Tome, Patrice Emery Trovoada. Negara Sao Tome adalah kepulauan di Afrika Tengah.

Nama-nama negara yang hadir dalam KTT AIS, sebagian besar kurang dikenal. Bahkan mungkin kita juga baru mendengarnya. Seperti Antigua, Barbuda, Comoros, Carbo Verde, Niue, Seychelles dan seterusnya. Ada beberapa yang tergolong negara besar. Semisal Jepang, Singapura, United Kingdom dan Filipina.

Range perbedaan ekonomi diantara negara-negara AIS memang cukup lebar. Ada yang well develop, tapi banyak juga yang tergolong negara miskin. Bagaimana bisa mendudukkan mereka dalam satu meja, adalah tantangan tersendiri. Inilah keunikan forum ini. Bisa merangkul semua kekuatan. Dan Indonesia saat ini ada dalam kapasitas dan kemampuan untuk bisa mengajak, merangkul semua pihak maju bersama. Itulah kehebatan posisi Indonesia di mata dunia saat ini.

Terdapat empat fokus yang akan dikolaborasikan dalam KTT AIS. Yaitu, mitigasi dan adaptasi perubahan iklim seperti ekonomi biru dan ekowisata, penanganan sampah plastik laut, dan sinergi tata kelola laut yang berkelanjutan.

Penanganan sampah laut menjadi hal penting. Saat ini produksi sampah plastik mencapai 300-an juta ton setiap tahun dan separuhnya berasal dari barang-barang sekali pakai. Sekitar 8 juta diantaranya masuk ke lautan dan menjadi 80 persen sampah laut. Mulai dari permukaan hingga sedimen laut dalam.

Forum AIS juga melakukan sinergi tata kelola laut berkelanjutan, meliputi kebijakan dan aksi terpadu untuk melindungi lingkungan, penggunaan sumber daya berkelanjutan dan konservasi biodiversitasnya.

AIS telah menciptakan kemitraan internasional untuk mengembangkan solusi inovatif. Mengubah tantangan besar jadi peluang. Misalnya, ada dua aplikasi untuk diterapkan di padang lamun.

Padang lamun adalah ekosistem khas laut dangkal berupa rerumputan yang beradaptasi dengan air asin. Memiliki akar kuat dan tahan hempasan ombak. Menjadi tempat tinggal ikan, kepiting, rajungan dan biota lain yang bernilai ekonomis. Lamun adalah penyerap karbon terbaik dan menjadi pengendali perubahan iklim. Tiap satu hektare padang lamun, mampu menyerap karbon hingga 6,59 ton per tahun.

Aplikasi Konversi Karbon Padang Lamun (Seagrass Carbon Converter/SCC) berbasis web digunakan untuk menghitung cadangan dan penyerapan karbon di padang lamun. Dan satu lagi aplikasi Inventaris Karbon untuk Ekosistem Padang Lamun (Carbon Inventory For Seagrass Ecosystem/CISE), untuk mengetahui potensi karbon biru dari ekosistem padang lamun. Kedua aplikasi ini hasil kolaborasi dengan BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional) bisa digunakan untuk menghitung cadangan dan penyerapan karbon kawasan pesisir negara-negara anggota AIS.

Aplikasi lain ada lagi. Yaitu Indeks Kesehatan Mangrove (Mangrove Health Index/MHI) untuk mengukur kesehatan dari ekosistem mangrove.

Mangrove adalah ekosistem penting untuk menstabilkan garis pesisir pantai dan mengurangi dampak arus atau ombak besar bahkan tsunami dengan melambatkan aliran air dan menahan sedimen. Dengan aplikasi MHI negara-negara kepulauan dibantu meminimalkan dampak kenaikan permukaan laut.

Selain itu ada program Perencanaan Pencarian dan Penyelamatan Maritim dan Penerbangan (Maritime and Aviation Search and Rescue Planning), kolaborasi AIS Forum dan Badan SAR Nasional (Basarnas). Program ini memberikan pengetahuan teknis dan keterampilan untuk merencanakan operasi pencarian dan penyelamatan dalam kasus kecelakaan, bencana, dan kondisi yang membahayakan nyawa manusia.

Dalam pelatihan, dipelajari cara menentukan lokasi yang diduga sebagai tempat musibah, area pencarian, penempatan personel dan peralatan dari Basarnas. Atau, pencarian dan penyelamatan potensial yang diperlukan, serta fasilitas dan infrastruktur pendukung di darat, laut, dan udara, serta membangun koordinasi lintas sektor dengan potensi pencarian dan penyelamatan, hingga pelaporan akhir yang direncanakan dengan baik.

Solusi-solusi inovatif tersebut berguna untuk diterapkan pada negara-negara pulau dan kepulauan.

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
sinpo
sinpo
sinpo