Tak Ada Listrik, Tak Ada Makanan, Tak Ada Air, Tak Ada Gas, Semua Ditutup...
GAZA, Kondisi warga Gaza kini sangat menyedihkan. Gara-gara perang antara Hamas dan Israel, rumah-rumah mereka hancur, keluarga mereka meninggal. Lebih mengkhawatirkannya lagi, mereka kini harus bertahan hidup tanpa listrik, tanpa makanan, dan tanpa air.
Serangan Hamas akhir pekan lalu membuat Israel murka. Presiden Israel Isaac Herzog memerintahkan angkatan militernya mengepung Gaza. Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant memastikan, selama pengepungan, semua kebutuhan logistik untuk Gaza ditutup.
Gallant telah memerintahkan pasukannya mengepung total di Gaza. Ia ingin menjadikan Gaza sebagai "neraka" bagi pejuang Hamas. "Kami melakukan pengepungan total terhadap Gaza. Tidak ada listrik, tidak ada makanan, tidak ada air, tidak ada gas. Semuanya ditutup," ucapnya, seperti dikutip Al Arabiya, Senin (9/10/2023).
Menteri Infrastruktur Israel Katz telah memerintahkan agar pasokan air ke Gaza diputus. "Saya memerintahkan untuk segera memutus pasokan air dari Israel ke Gaza. Listrik dan bahan bakar telah diputus kemarin," ujar Katz.
Sebelumnya, pada Sabtu pagi (7/10/2023), Hamas meluncurkan ribuan roket ke wilayah Israel. Berdasarkan laporan ABC News, otoritas kesehatan Israel menyebut, lebih dari 700 orang warganya tewas dan 2 ribu lebih mengalami luka-luka akibat serangan Hamas.
Israel pun langsung membalas. Mereka menggempur di Gaza roket dan bom. Akibatnya, rumah-rumah dan berbagai fasilitas umum di Gaza hancur. Bahkan, Rumah Sakit Indonesia ikut terkena roket. Data sementara menunjukkan, sebanyak 436 warga Palestina, termasuk 81 anak-anak, meninggal akibat serangan itu. Sebanyak 2.271 orang lainnya mengalami luka-luka.
Di tengah kondisi ini, Amerika ngerecokin. Menteri Pertahanan Amerika Serikat Lloyd Austin memerintahkan kapal-kapal militer AS, termasuk kapal induk USS Gerald R Ford. AS juga menambah skuadron pesawat tempur Angkatan Udara di wilayah tersebut. Pesawat USAF dikirim ke pangkalan di Timur Tengah.
Warga yang saat ini terperangkap di Gaza bukan hanya penduduk lokal. WNI juga ada. Direktur Perlindungan WNI Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Judha Nugraha mengatakan, ada 45 WNI di Palestina, dan 10 orang di antaranya berada di Gaza.
"Berdasarkan data terakhir, jumlah warga negara kita yang ada di Palestina tercatat ada 45 orang. Sebarannya, 10 orang ada di Gaza dan 35 ada di Tepi Barat," ucap Judha, di Jakarta, Senin (9/10).
Judha mengatakan, tidak ada WNI yang menjadi korban perang Israel dengan Hamas di Gaza. Kemlu terus berkoordinasi dengan tiga KBRI di dekat Palestina untuk perlindungan WNI. "Hingga saat ini, tidak ada WNI kita yang menjadi korban," ujarnya.
Menteri Pertahanan Prabowo Subianto memastikan Pemerintah akan mengusahakan evakuasi terhadap seluruh WNI di yang ada di Palestina. "Kita sedang usahakan evakuasinya," ujar Prabowo, di Kantor Kementerian Pertahanan, Jakarta Pusat, Senin (9/10/2023).
Saat ditanya soal sikap pemerintah mengenai perang Hamas vs Israel, Prabowo menyatakan, masih mengikuti perkembangan yang terjadi. "Ya nanti kita ikuti perkembangan, ya," katanya.
Sementara, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf menyatakan sangat prihatin atas dampak perang antara Israel dan Hamas di Gaza. Dia pun menyerukan agar perang ini segera dihentikan.
“PBNU menyerukan masyarakat internasional, agar bertindak dengan lebih tegas (decisive) dalam mengupayakan penyelesaian yang adil atas konflik Israel-Palestina, sesuai hukum dan kesepakatan internasional,” tegas pria yang akrab disapa Gus Yahya ini, dalam surat pernyataan sikapnya, Senin (9/10/2023).
Selain itu, PBNU juga menyerukan Anggota Tetap Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk tidak menggunakan hak veto dalam membela satu pihak pada tragedi kemanusiaan yang berkepanjangan ini.
“Kami minta, identitas dan seruan-seruan keagamaan tidak digunakan untuk memupuk dan menyuburkan permusuhan dan kebencian, termasuk yang terkait konflik dan kekerasan Israel- Palestina,” papar Gus Yahya.
Inspirasi agama tentang rahmah, persaudaraan, dan keadilan universal harus dikedepankan demi mengupayakan resolusi konflik di semua tingkatan, baik di struktur politik maupun di tingkat komunitas.
“PBNU mengimbau umat Islam dan warga Nahdlatul Ulama, untuk melakukan shalat ghaib dan doa bersama. Mendoakan arwah yang meninggal akibat eskalasi kekerasan, serta mendoakan agar jalan perdamaian dan keadilan dapat segera diwujudkan,” pungkas Gus Yahya.
Olahraga | 1 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Nasional | 1 hari yang lalu
Nasional | 1 hari yang lalu
Pos Banten | 2 hari yang lalu
Pos Tangerang | 2 hari yang lalu
Galeri | 8 jam yang lalu