Pemilih Membanjiri TPS Di Kuala Lumpur
Ribuan WNI Antusias Ikut Mencoblos
MALAYSIA - Puluhan ribu Warga Negara Indonesia (WNI) memadati World Trade Centre (WTC), Kuala Lumpur, Malaysia, Minggu (11/2/2024), untuk memberikan suara dalam Pilpres 2024.
Para pemilih mulai membanjiri pusat pemungutan suara utama di Malaysia pada pukul 8 pagi. Duta Besar (Dubes) Indonesia untuk Malaysia Hermono juga menyoblos di WTC.
Saat diwawancarai kantor berita Malaysia, Bernama, baru-baru ini, Dubes Hermono ditanya mengenai kelanjutan hubungan Jakarta-Kuala Lumpur usai pemilu.
Dubes Hermono menegaskan, hubungan kedua negara akan tetap harmonis dan solid. Karena sejarah panjang hubungan antara masyarakat kedua negara.
“Hubungan persahabatan kita kuat bukan hanya adanya banyak kerja sama di berbagai bidang. Tapi juga karena kontak antarmasyarakat yang sudah terjalin sejak lama,” terangnya.
Selain itu, ketiga pasangan Capres, Anies Baswedan, Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo, sangat paham dengan hubungan Indonesia-Malaysia.
“Saya tahu betul ketiga calon, semuanya sudah mengenal sangat baik Malaysia dan saya yakin semuanya berkepentingan untuk terus membangun hubungan yang lebih kuat antara dua negara,” ujar Dubes yang pernah bertugas di Madrid, Spanyol dan Sekretaris Utama pada Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) ini.
Dubes Hermono berharap, presiden terpilih akan mempercepat penyelesaian masalah kedua negara yang belum selesai, seperti isu Pekerja Migran Indonesia (PMI) di Malaysia.
Sebagai informasi, Pemilu di Indonesia akan digelar 14 Februari 2024. Namun, WNI di berbagai negara sudah menggunakan hak pilih lebih dulu.
Dilansir media Malaysia, New Strait Times, Dubes Hermono mengatakan, sekitar 223.000 WNI telah terdaftar untuk memilih di Kuala Lumpur. Sedangkan 156.397 orang Indonesia memberikan suara lewat pos.
Lima lokasi pemungutan suara lainnya berada di Johor Bahru dengan 2.684 pemilih, Penang (5.375), Kota Kinabalu (2.811), Tawau (20.247) dan Kuching (2.988).
Ini pertama kalinya pemungutan suara dini dilakukan di WTC. Sebelumnya, pemilu digelar di kedutaan dan sekolah Indonesia di sini,” katanya kepada Berita Harian.
Meski pencoblosan berjalan lancar, media lokal Berita Harian yang memantau pencoblosan di WTC menangkap keluhan pemilih.
Salah seorang pemilih, Agus Priytno (44) tahun, mengatakan, ini kedua kalinya dia memberikan suara di Malaysia.
Dia mengatakan, situasi di pusat pemungutan suara WTC tidak terkendali, karena ini lokasi yang asing bagi sebagian besar pemilih.
“Sebelumnya, kami memilih di KBRI dan sebagian besar dari kami sudah tahu ke mana harus pergi, ke mana harus mendaftar dan memilih,” katanya dilansir New Straits Times.
Sementara itu, Dede Firman (27) mengatakan, ini pengalaman pertamanya mencoblos di Malaysia, dan dia agak terkejut melihat situasi di WTC.
“Apa yang terjadi di sini cukup luar biasa karena kita hanya fokus pada satu tempat pemungutan suara. Di Indonesia, ada lebih banyak lokasi pemungutan suara dan tidak terlalu terkonsentrasi,” kata pria asal Sumatera ini.
Sementara, pengecekan Berita Harian menemukan hanya satu jalur yang terbuka di pintu masuk utama WTC. Akibatnya, para pemilih terlihat saling dorong masuk ke tempat tersebut.
Mengomentari keributan tersebut, Chief Executive Officer (CEO) Grup WTC Datuk Seri Dr Irmohizam Ibrahim mengatakan, mereka hanya menyediakan tempat dan mengikuti instruksi yang dikeluarkan pihak kedutaan.
Mengenai hanya satu jalur yang dibuka bagi pemilih untuk masuk ke WTC, telah didiskusikan dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) beberapa hari lalu dan pihaknya hanya mengikuti apa yang diminta.
“Jika mereka mengantre dan tidak terburu-buru, mereka bisa masuk ke TPS secara bertahap. Namun, kami akan perbaiki agar proses pemungutan suara berjalan lancar,” katanya.
Lifestyle | 1 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
Pos Tangerang | 1 hari yang lalu
Nasional | 1 hari yang lalu
Pos Tangerang | 1 hari yang lalu
Olahraga | 2 hari yang lalu
Nasional | 1 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
TangselCity | 22 jam yang lalu
Olahraga | 2 hari yang lalu