Cak Imin Melempem Di Jatim
Paslon 01 & Palon 03 Raih 4 Juta, Paslon 02 Raih 16 Juta
JAKARTA - Kehadiran Muhaimin Iskandar alias Cak Imin sebagai Cawapres Anies Baswedan tidak bisa mendongkrak perolehan suara paslon 01 itu di Jawa Timur (Jatim). Anies-Imin cuma meraih 4 juta. Imin ternyata melempen di daerah yang menjadi basis sendiri.
Fakta ini terlihat dari hasil rekapitulasi perolehan suara Pilpres 2024 di Jatim, sebagaimana ditayangkan kanal YouTube KPU Jawa Timur, Senin (11/3/2024). Berdasarkan hasil rekapitulasi suara itu, Capres-Cawapres 02, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka mendapatkan perolehan tertinggi, yakni 16.716.603 suara. Anies-Imin berada di posisi kedua dengan perolehan 4.492.652 suara, unggul tipis atas Capres-Cawapres 03, Ganjar Pranowo-Mahfud MD yang hanya meraih 4.434.805 suara.
Tercatat, ada 26.539.721 warga Jatim yang menggunakan suaranya. Dari jumlah itu, suara sah sebanyak 25.644.060 dan suara tidak sah sebesar 895.661.
Hasil Pilpres di Jatim ini sangat jauh dari target Imin. Saat kampanye lalu, Ketua Umum PKB itu sesumbar bahwa Jatim merupakan kandangnya, dan suara di sana tidak akan berkurang sedikitpun.
"Yang penting dalam sejarah perjuangan Pilpres PKB, Jawa Timur selalu menjadi kandang kekuatan utama PKB," ucapnya.
Dari sisi partai, suara PKB di Jatim memang bagus. PKB sukses menempati urutan kelima. Berdasarlan hari Sirekap, suara PKB menyentuh 11,53 persen. Tapi, hal tersebut tidak membuat suara Anies-Imin di Jatim terdongkrak.
Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah tidak heran dengan melempemnya Imin di Jatim. Kata Dedi, di Pilpres 2024, Jatim menjadi milik Prabowo-Gibran. Hal ini tidak lepas dari banyaknya tokoh di Jatim yang berada di kubu Prabowo, mulai dari Sekjen PBNU Saifullah Yusuf alias Gus Ipul hingga mantan Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa.
Di sisi lain, kata Dedi, terjadi konflik antara PBNU dengan PWNU. "Ini bisa memicu pergeseran suara di Jatim," ulas Desi, saat dihubungi, Senin (11/3034) malam.
Direktur Eksekutif Trias Politika Strategis Agung Baskoro memandang, ada banyak faktor yang menyebabkan kubu 02 jauh mengungguli kubu 01, bahkan 03. Pertama, narasi keberlanjutan lebih dekat dengan warga Nahdliyin ketimbang narasi perubahan. Apalagi dalam beberapa kesempatan, kritik yang dilontarkan kubu 01 begitu masif sehingga tak jarang dianggap "offside".
"Padahal selama masa pemerintahan Presiden Jokowi, banyak kebijakan negara yang berpihak kepada kaum Nahdliyin," terang Baskoro.
Kedua, Prabowo banyak duduk sosok berpengaruh seperti SBY, Khofifah, Soekarwo, dan lainnya. Sementara, di sisi 01 tak ada tokoh Jatim yang sepadan mengimbangi magnet figur sosok-sosok berpengaruh di kubu 02. Di titik inilah split ticket voting terjadi, yaitu para pemilih Nahdliyin memilih PKB partainya, tapi capres-cawapresnya 02.
Ketiga, strategi kampanye yang menarik dan atraktif dari kubu 02 lebih efektif dipahami karena bisa dikonkretkan dalam wujud ekspresi, gerak, sikap, dan tindakan-tindakan sederhana "Berbanding terbalik dengan kubu 01 yang terkesan formal dan lebih serius," pungkasnya.
Nasional | 17 jam yang lalu
Pos Tangerang | 1 hari yang lalu
Olahraga | 2 hari yang lalu
Olahraga | 17 jam yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Galeri | 1 hari yang lalu
Nasional | 16 jam yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu