TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers SinPo

Mencegah Pembusukan Kepala

Oleh: Prof. Dr. Muhadam Labolo
Senin, 06 Mei 2024 | 22:08 WIB
Prof. Dr. Muhadam Labolo.(Dok. Pribadi)
Prof. Dr. Muhadam Labolo.(Dok. Pribadi)

KATA Marcus Tullius Cicero (106 SM), rotten fish from its head. Ikan busuk dari kepala. Pesan pokoknya, upaya mencegah kerusakan sistemik dalam pemerintahan sebaiknya dimulai dari kepala. Kelalaian kita memperbaiki bagian vital itu pada akhirnya meresap ke bagian landai secara terstruktur, masif dan terencana.

Kepemimpinan pemerintahan setidaknya membutuhkan nilai kognitif, psiko dan afeksi sebagai prasyarat utama. Ketiganya meliputi kejujuran (shiddiq), akuntabel (amanah), komunikatif (tabligh), serta kecerdasan (fathonah). Keempat hal itu tentu dapat diturunkan ke dalam dimensi dan indikator praksis.

Setelahnya, kita baru butuh syarat pelengkap internal seperti pendidikan, rekam jejak, jejaring, dan visi (Said, 2024). Pendidikan untuk meyakinkan syarat formal kecerdasan. Rekam jejak meyakinkan pengalaman tentang profesionalitas. Jejaring meyakinkan relasi pada basis. Sedangkan visi meyakinkan kita soal kepemilikan mimpi yang kelak diraih dengan realistis.

Sisanya, syarat eksternal semacam popularitas, elektabilitas, akseptabilitas, dan isi tas. Bagian ini penting, tapi bukan hal paling penting. Sebab berapa banyak pemimpin terpilih karena faktor-faktor dimaksud namun berakhir dengan kegagalan telak. Kegagalan itu membuat publik kecewa. Berharap telaga rupanya fatamorgana.

Popularitas menipu lewat citra. Basis terhipnotis melahirkan demagog. Elektabilitas bisa diperoleh lewat metodologi kecurangan. Proses dan hasil dapat dikendalikan lewat survei, aplikasi dan admin. Akseptabilitas pun mudah di desain. Lewat simple mayority seseorang bisa menang tanpa dukungan signifikan. Apalagi isi tas. Ia lazim jadi penentu instan dan relatif efektif.

Untuk mencegah kebusukan yang merambah cepat ke level bawah, kita butuh perhatian serius pada bagian kepala. Banyak cara memutus jaringan neuron agar kebusukan tak merasuk ke raga. Mulai cara evolutif hingga revolutif. Pertama, lewat bedah dan injeksi doktrinasi, instalasi, cuci otak (brain wash), atau pendidikan jangka pendek dan panjang.

Kedua, cara revolutif dengan memisahkan kepala atas ragawi. Dengan memotong kepala, kebusukan diharap tak menjalar cepat ibarat kanker otak yang merembes ke jaringan lain. Tentu ini bukan cara mudah, kecuali raga benar-benar siap dipisahkan dari kepala busuk agar tak memengaruhi gerak bagian lain. Bagian tersulitnya raga dapat kehilangan arah dan collaps.

Menemukan kepala baru bukan pula perkara gampang. Sirkulasi kuasa butuh kesesuaian dengan raga. Raga tersiksa bila kepala tak kunjung sehat dan terus membusuk. Sebaliknya, jaringan ke bawah akan segar (fresh) bila kepala memperlihatkan cahaya kepemimpinan. Karenanya kita memilih ikan dari kepala.

Untuk tetap bercahaya Ia butuh ekosistem pada suhu tertentu. Sebagai pemilih, kita bertanggungjawab menjadi freezer guna mencegah pembusukan yang terlalu cepat. Terkadang, kepala dingin terhadap suap, namun ragalah yang memantik agar menerima. Sering pula kepala boleh jadi anti korup, namun raga pulalah yang merangsang proses pembusukan di kepala.(*)

*) Penulis merupakan Guru Besar pada Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN)

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
sinpo
sinpo
sinpo