Harga BBM Subsidi Bakal Naik
Yang Miskin Bertambah Miskin Yang Belum Miskin Bisa Miskin
JAKARTA - Rencana Pemerintah menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi kudu dipikirkan lagi. Pasalnya, dampak kenaikan cukup besar, khususnya terkait kemiskinan.
Peneliti Institute For Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda mengatakan, BBM Pertalite dan Solar paling banyak dikonsumsi masyarakat. Jika harganya dinaikkan, yang miskin bisa tambah miskin dan yang belum miskin bisa jadi miskin.
“Jika harga dilepas ke pasar, ketika harga tinggi banyak masyarakat yang tadinya belum miskin, akan menjadi miskin. Maka menjaga daya beli dan menahan inflasi jadi salah satu tugas Pemerintah,” kata Nailul, kemarin.
Menurutnya, Malaysia juga menerapkan kebijakan subsidi sama. Namun, memang di negara tersebut terdapat kebijakan yang tidak diterapkan di Indonesia, seperti relaksasi Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
“Indonesia malah menaikkan PPN-nya dari 10 persen menjadi 11 persen. Jadi sangat tergantung political will Pemerintah,” jelas dia.
Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan, kenaikan harga BBM berpotensi mengganggu kondisi masyarakat miskin. Apalagi, saat ini sedang terjadi inflasi bahan pangan yang hampir menyentuh 11 persen secara tahunan per Juli 2022.
“Masyarakat kelas menengah rentan juga terdampak. Sekarang mereka migrasi ke Pertalite, dan kalau harga Pertalite ikut naik, kelas menengah akan korbankan belanja lain,” jelasnya.
Bhima mengatakan, industri lain akan ikut terdampak jika harga BBM tinggi. Karena, daya beli masyarakat menurun. Imbasnya, permintaan industri manufaktur bisa terpukul, serapan tenaga kerja bisa terganggu. “Dan target pemulihan ekonomi Pemerintah bisa buyar,” jelasnya.
Dia menyarankan, Pemerintah memangkas anggaran yang tidak mendesak untuk menyelamatkan keuangan negara.
Netizen mendorong Pemerintah mengevaluasi kembali rencana kenaikan harga BBM dan mencari solusi lain untuk menyelamatkan APBN. Contohnya, mengerek pajak orang kaya.
Akun @TaufikM18445939 meyakini, angka kemiskinan akan semakin bertambah jika harga BBM naik. Ditambah lagi, harga sembako terus naik. “Korupsi nggak ada hentinya, kasus-kasus besar selalu muncul,” katanya.Akun @rusli_amarrul mengatakan, kenaikan harga BBM sudah pasti memicu kenaikan harga-harga kebutuhan pokok lain. Padahal, lapangan kerja minim, upah kerja tidak naik-naik, dan angka kemiskinan terus naik. “Kriminalitas sudah pasti akan bertambah,” ujarnya.
Akun @KuarjunW meminta Pemerintah mengevaluasi kembali rencana kenaikan harga BBM. Kenaikan akan mempengaruhi ekonomi Indonesia. “Hingga masyarakat bisa mati akibat kemiskinan yang tinggi. Aampuun,” katanya.
Akun @Dorraemon_ heran, Pemerintah hanya memikirkan APBN Jebol, tapi tidak memikirkan masyarakat yang akan terkena imbasnya. Kemiskinan akan semakin naik dan semua harga pangan akan ikut naik. “Sebab, BBM sumber utama akomodasi bahan pangan ke suatu daerah,” ujarnya.
Akun @ferrykoto mengatakan, idealnya BBM tidak disubsidi. Namun, saat subsidi BBM dihapus, batas garis kemiskinan akan melonjak, mengikuti kenaikan harga barang.
“Jumlah orang miskin/pendapatan rendah akan melambung. Bansos membengkak. Instabilitas meninggi,” ungkapnya.
Seharusnya, kata @CMBing, Pemerintah mencari solusi lain untuk menutupi defisit anggaran karena subsidi BBM. Misalnya, pengenaan pajak lebih dari 50 persen untuk orang kaya. Soalnya, gap kaya dan miskin di Indonesia sangat lebar. “Orang kaya semakin kaya, sementara orang miskin semakin miskin,” katanya.
Sementara, @HadiAgustinus mendukung Pemerintah segera menaikkan harga BBM. Kata dia, Indonesia terlalu banyak subsidi dan akan jadi bom waktu juga.
“Setuju, naikkan saja,” timpal @Tatang. “Naikkan saja. Masa Pertalite di bawah Rp 10 ribu sih,” kata @Obiem. “Jangan cuma dibandingin sama Malaysia. Vietnam, Kamboja harga BBM di atas Rp 14 ribu,” tambah @Hendro.
Akun @EmpuGondrong mengatakan, kenaikan harga BBM sangat diperlukan untuk menjaga stabilitas keuangan negara. Kalau BBM tidak dinaikkan, keuangan negara akan goyang.
“Karena subsidi kebanyakan dipakai oleh orang kaya dengan mobil-mobil menterengnya,” ungkapnya.
Akun @Gunawan menilai, Pemerintah tidak jelas dengan rencana pembatasan BBM subsidi. Pembatasan mobil yang konsumsi BBM jangan dilihat dari kapasitas mesinnya, tapi dari rasio kompresinya. (rm.id)
Nasional | 2 hari yang lalu
Pos Tangerang | 2 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
Olahraga | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Pos Tangerang | 2 hari yang lalu
Nasional | 1 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Pos Banten | 1 hari yang lalu