Dicari, Gubernur Jakarta Yang Bisa Turunkan Polusi!
JAKARTA - Pemilihan Gubernur (Pilgub) DKI Jakarta menjadi kesempatan warga untuk menemukan pemimpin yang mampu memperbaiki kualitas udara. Oleh karena itu, misi dan visi mereka kini tengah dipelototin publik.
Polusi udara di Jakarta menjadi masalah serius yang harus segera ditangani karena membahayakan kesehatan warga. Bahkan, berpotensi menyebabkan kematian. Dalam beberapa hari ini, situs pemantau kualitas udara, IQAir, menempatkan pusat perekonomian nasional ini di urutan teratas sebagai kota dengan kualitas udara terburuk di dunia.
Pada Senin (2/9/2024), pukul 08.00 WIB, saat jam sibuk, IQAir menempatkan Jakarta di urutan kedua terburuk di dunia, dengan Indeks Kualitas Udara atau Air Quality Index (AQI) di angka 160. Jakarta berada di zona merah, kualitas udara tidak sehat. Udara Jakarta hanya lebih baik dari Kinshasa, Kongo dengan AQI di angka 199.
Namun tiga jam kemudian, pukul 11.00 WIB, AQI Jakarta mulai membaik, yakni di angka 142. Peringkat Jakarta turun, menjadi kota kelima di dunia dengan kualitas udara terburuk. Jakarta berada di zona oranye, tidak sehat bagi kelompok sensitif.
Tidak sehatnya kualitas udara Jakarta sudah terjadi cukup lama. Bahkan di saat pandemi Covid-19. Data IQAir. AQI Jakarta selalu berada di atas 100. Rinciannya, Jumat (30/8/2024) AQI Jakarta berada di angka 121, Sabtu (31/8/2024) berada di angka 113 dan Minggu (1/9/2024) di angka 107.
Masih buruknya kualitas udara Jakarta ini menjadi sorotan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) DKI Jakarta Taufik Zoelkifli.
Dia menyebut, penanganan polusi udara ini harus dilakukan secara komprehensif, melibatkan tetangga Jakarta. Karena, Jakarta dikelilingi oleh provinsi lain, Banten dan Jawa Barat.
“Sehingga (sumber polusi) dari daerah lain harus diperhitungkan. Mudah-mudahan nanti ketika sudah resmi menjadi Daerah Khusus Jakarta (DKJ), polusi dari Bekasi, Tangerang bisa dikoordinasikan,” harap Taufik kepada Redaksi, Senin (2/9/2024).
Taufik bilang, butuh penanganan jangka panjang untuk mengatasi polusi udara ini. Dari analisis dan penelitian, polusi Jakarta didominasi oleh sumber bergerak, dari kendaraan bermotor.
“Polusi dari kendaraan bermotor yang harus diturunkan. Bagaimana mengurangi kemacetan, macet itu yang membuat polusi meningkat,” ujarnya.
Untuk mengurangi kemacetan itu, sambung dia, penggunaan kendaraan pribadi harus dikurangi.
“Bagaimana supaya warga mau naik transportasi publik? Layanannya harus diperbaiki. Jumlah dan jangkauannya juga harus diperbanyak serta diperluas. Seperti Transjakarta, MRT, LRT, Jaklingko,” ucapnya.
Selain itu, dia meminta Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta mengganti armada transportasi publik yang masih menggunakan Bahan Bakar Minyak (BBM) dengan armada berbahan bakar listrik.
“Memang sudah dilakukan, tapi kurang cepat dan tidak berkesinambungan antara Gubernur yang lalu dengan yang sekarang,” tegasnya.
Politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini berharap, Gubernur Jakarta yang akan datang bisa mengatasi permasalahan polusi udara.
Dia menekankan, visi-misi calon Gubernur (cagub) Jakarta harus memasukkan masalah penanganan polusi udara. Apalagi, di dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) sudah masuk masalah tentang kemacetan, banjir dan polusi udara.
Kan ada tiga calon (Gubernur DKI Jakarta), kita lihat saja dari tiga calon itu bagaimana mereka mempresentasikan program-program untuk memperbaiki kualitas udara di Jakarta,” ucapnya.
Taufik menyebut, PKS Jakarta sudah memberi masukan kepada pasangan calon Gubernur/Wakil Gubernur DKI Jakarta yang diusungnya, Ridwan Kamil dan Suswono.
“Masalah polusi udara merupakan salah satu yang harus diperhatikan,” pungkasnya.
Dalam beberapa kesempatan, Ridwan Kamil menyatakan akan menjadikan penanganan polusi udara di Jakarta menjadi program prioritas jika terpilih sebagai Gubernur. Kang Emil, sapaan Ridwan Kamil mengaku sering mendengar rumah sakit di Jakarta dipenuhi pasien penderita Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA).
“Kami akan fokus untuk penyelesaian kesehatan udara, bagian dari prioritas kalau nanti terpilih,” kata Kang Emil di sela-sela pemeriksaan kesehatan di RSUD Tarakan, Jakarta Pusat, Sabtu (31/8/2024).
Salah satu cara mengatasi polusi udara, Kang Emil, bertekad memperbanyak pohon-pohon sehingga mampu menyerap polusi udara. “Tiga kali lipatkan hijaunya Jakarta dengan pohon-pohon,” ujarnya.
Kang Emil bilang, polusi udara di Jakarta salah satunya disebabkan dengan iklim yang memang panas. Karena itu, ia memastikan akan memperbanyak pohon di gedung-gedung pencakar langit maupun jalan-jalan.
Kenapa panas? Selain iklimnya, karena kebanyakan gedung kekurangan pohon, itu ilmiah sekali. Bahkan kami sudah keliling, banyak jalan yang gersang,” ucapnya.
Selain itu, Kang Emil bakal menerapkan konsep net zero lifestyle dengan hidup, kerja di satu lokasi. “Kalau tinggal di Kelapa Gading, kerjanya di Kelapa Gading, nongkrong juga di Kelapa Gading,” tuturnya.
Mantan Gubernur Jawa Barat ini menilai, kemacetan dan polusi udara di Jakarta terjadi karena tempat kerja jauh dari tempat tinggal. Sehingga terjadilah commuting atau ulang alik, yang mayoritas pakai mobil dan motor.
Untuk itu, pasangan Rido (Ridwan Kamil-Suswono) bakal menawarkan konsep perumahan di tengah kota. Konsep ini, lanjut Kang Emil, sejalan dengan perintah Prabowo Subianto, presiden terpilih 2024-2029.
“Misalnya di atas pasar, di atas stasiun. Manggarai, Dukuh Atas, dibangun apartemen untuk kepentingan publik dan menengah bawah, yang gaji UMR tinggal di Sudirman-Thamrin,” pungkasnya.
Sementara calon Gubernur DKI Jakarta dari PDI Perjuangan, Pramono Anung mengaku akan meneruskan program yang baik gubernur-gubernur sebelumnya.
“Hal yang belum baik tentang polusi udara, itu harus diselesaikan. Maka harus ada keberanian dengan membuat peraturan yang lebih ketat,” kata Pramono saat diwawancara stasiun televisi di Bundaran HI pada Sabtu (31/8/2024).
Sekretaris Kabinet (Seskab) ini mencontohkan Beijing. Ibu kota China pernah menjadi daerah dengan polusi udara terburuk di dunia. Namun kini Beijing sukses memperbaiki kualitas udaranya.
“Beijing bisa berhasil karena dua hal. Satu, bahan bakarnya diperbaiki. Kedua, yang memakai mobil listrik dan hybrid diberikan subsidi oleh negara,” ujarnya.
“Beijing yang dulu tinggi (polusi udara) menjadi sangat turun, mungkin itu menjadi contoh, sebagai role model saja. Persoalan-persoalan yang belum terselesaikan, itu menjadi konsen kami,” pungkasnya.
TangselCity | 1 hari yang lalu
Olahraga | 2 hari yang lalu
Olahraga | 2 hari yang lalu
Pos Tangerang | 2 hari yang lalu
Olahraga | 2 hari yang lalu
Nasional | 1 hari yang lalu
Pos Banten | 1 hari yang lalu
Pos Banten | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu