TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers SinPo

RSCM Rawat 172 Pasien Kecanduan Judol

Laporan: AY
Sabtu, 16 November 2024 | 09:15 WIB
Menko PMK Muhaimin Iskandar saat konferensi pers di RSCM. Foto : Ist
Menko PMK Muhaimin Iskandar saat konferensi pers di RSCM. Foto : Ist

JAKARTA - Sepanjang 2024, RSCM telah merawat 172 pasien akibat kecan­duan judi online atau judol. Dari diagnosa dokter, judol dapat menyebabkan kerusakan fungsi otak.

Menteri Koordinator Pember­dayaan Masyarakat (Menko PMK), Muhaimin Iskandar atau yang akrab disapa Cak Imin, menemui para pe­candu judol, di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta, Jumat (15/11/2024).

Memakai kemeja putih dan ce­lana panjang berwarna krem, Cak Imin datang bersama sejumlah pe­jabat Kemenko PMK. Cak Imin Cs disambut Direktur Utama RSCM, dr. Supriyanto dan Kepala Departe­men Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) RSCM dr Kristiana Siste Kurniasanti.

Cak Imin sempat berbincang deng­an salah satu pasien yang menjalani perawatan di ruang psikiatri. Terma­suk berdiskusi dengan para dokter untuk mengetahui awal mula gang­guan yang dialami pasien hingga mengalami gangguan psikologis.

“Kedatangan saya, spesifik khu­sus ingin mengerti dan memahami serta melihat secara utuh dari segi kesehatan, baik mental maupun fisik para korban judi online termasuk cara menanganinya,” ujar Cak Imin, di RSCM, Jakarta, Jumat (15/11/2024).

Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini mengatakan, baru me­mahami bahwa gangguan mental mau­pun fisik tidak hanya menyerang para pemain, tapi juga dialami pengelola situs judol. Seluruh aspek kehidupan mereka disebut mengalami kehancuran ekonomi, sosial, psikologis, hingga keluarga.

Guna mengatasinya, Cak Imin me­ngajak seluruh pihak bahu-membahu mengatasi permasalahan judol yang dianggapnya telah menjadi bencana sosial nasional. Sebab, tidak kurang dari 8,8 juta masyarakat Indonesia menjadi korban, dan 80 persen di antaranya berasal dari masyarakat kalangan menengah ke bawah.

“Presiden menegaskan, semua sigap mengatasi judol. Karena Rp 900 triliun per tahun uang mengalir ke luar negeri dari rakyat kecil. Ini tak bisa dibiarkan,” sebutnya.

Cak Imin juga mengharapkan komitmen dari tokoh masyarakat, kampus, tokoh agama dan masyarakat, lembaga pendidikan, hingga peran keluarga un­tuk sama-sama memerangi judol agar dapat terselesaikan dengan baik dan cepat. “Jadi, bukan hanya tanggung jawab sebagai menteri,” tuturnya.

Cak Imin menyebut, dalam waktu dekat Pemerintah akan memberikan bantuan tunai untuk para korban, termasuk memberi pelatihan agar me­reka dapat keluar dari ketergantungan. “Tentu, selain BPJS. Kemudian kita juga ada berbagai bantuan-bantuan dari Kementerian Sosial,” tuturnya.

Dalam kesempatan yang sama, Kepala Departemen Psikiatri FKUI-RSCM dr Kristiana Siste Kurniasanti mengatakan, sepanjang 2024 ada 126 pasien sepanjang 2024 yang menjalani rawat jalan. Sementara pasien rawat inap ada sebanyak 46 pasien. Total ada 172 pasien. Jumlah tersebut meningkat hampir 3 kali lipat dibanding 2023.

Kristiana menyebutkan, mayoritas pasien yang datang adalah laki-laki dengan usia mulai 14 sampai 35 tahun. Mereka kebanyakan berasal dari Jabo­detabek. “Tapi, ada rujukan juga dari luar kota, misalnya dari Kalimantan, Sumatera, kemudian juga dari Jawa Tengah dan Sulawesi,” sebut Kristiana.

Soal latar belakang korban, ditegas­kan Kristiana, rata-rata bukan pengangguran. Sebaliknya, mereka justru para pekerja yang mengalami gang­guan psikologis seperti rasa cemas berlebihan. “Kalau sudah mengalami kecanduan, itu bisa sampai depresi berat, akibat tidak bisa berhenti dari siklus lingkaran setannya,” imbuh dia.

Proses terapi yang harus dijalani pasien, disebut Kristiana, bisa memakan waktu hingga satu tahun lamanya. Sebab, proses terapi pasien kecanduan judol harus dilakukan bertahap.

Kristiana menyebutkan, kecanduan judol mirip dengan kecanduan narkotika, hanya saja tidak ada zat kimia yang masuk ke dalam tubuh. Tetapi, telah terjadi kerusakan di dalam otaknya. “Ada kerusakan otak bagian depan sehingga tidak bisa mengendalikan perilaku,” ujarnya.

Salah satu metode pengobatan yang dilakukan saat ini, kata Kristiana, adalah terapi ‘transmagnetic stimulation’ dengan menggunakan aliran gelom­bang elektromagnetik yang bisa mengaktifkan ‘stop system’ di otak bagian depan. “Sehingga orang tersebut bisa mengendalikan perilakunya,” jelasnya.

Meski begitu, Kristiana mengakui, terapi tersebut tidak sepenuhnya bisa berhasil 100 persen. Sebab, pasien kecanduan judol rentan kambuh. Teru­tama dalam waktu tiga bulan pertama usai jalani terapi psikis. Sayangnya, be­lum ada data konkrit mengenai jumlah pasien yang mengalami kekambuhan.

“Sekitar 70 persen sudah tidak berjudi lagi, tapi namanya kecanduan itu kan ada masa relaps ya. Jadi kita mesti follow up tiga bulan setelah pasca perawatan. Itu yang belum kami lakukan,” pungkasnya.

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
sinpo
sinpo
sinpo