TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers SinPo

Angkut Barang Pake Kereta Atasi Pungli Serta Bebas Macet

Oleh: Farhan
Sabtu, 23 November 2024 | 10:50 WIB
Foto : Ist
Foto : Ist

JAKARTA - Pemerintah didorong fokus memanfaatkan jalur kereta api (KA) untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi angkutan barang. Sebab, angkutan barang KA memiliki banyak keunggulan jika berhasil dikelola optimal, dibandingkan moda jalan raya.

Wakil Ketua Pemberdayaan dan Penguatan Wilayah Masyarakat Transparansi Indonesia (MTI) Djoko Setijowarno memaparkan, selama ini peran moda jalan raya terlalu dominan. Hal itu terlihat dari komposisi setiap moda dalam angkutan barang.

Menurut dia, secara nasional pada 2019, angkutan barang melalui moda jalan raya mencapai 16,07 miliar ton per tahun atau 87,57 persen, angkutan udara 0,52 juta ton per tahun atau 0,003 persen.

Lalu, angkutan laut 2,23 miliar ton per tahun atau 12,16 persen, angkutan SDP (Sungai Danau dan Penyeberangan) 0,56 juta ton per tahun atau 0,003 persen. Dan angkutan kereta api 47,6 juta ton per tahun atau 0,26 persen.

“Seharusnya, jangan fokus di jalan raya. Namun, dapat mengoptimalisasi angkutan kereta. Kita lihat jalan pantura dalam setahun, sekitar satu bulannya mengalami perbaikan dan alami kemacetan panjang,” beber Djoko kepada Redaksi, kemarin.

Menurut Djoko, kondisi tersebut sangat mengganggu kelancaran mobilitas orang dan barang.

Karenanya, kereta api barang atau kargo sangat sesuai untuk mengangkut barang curah dan berat dalam jarak jauh.

Sayangnya, ada sejumlah kendala dalam menggunakan angkutan KA. Seperti double handling sehingga tarif lebih mahal ketimbang menggunakan jalan raya.

Terlebih, di angkutan KA dibebani PPN (Pajak Pertambahan Nilai) dan TAC (Track Access Charge).

“Agar tarif membawa barang dengan kereta dapat bersaing dengan moda jalan raya, Pemerintah bisa mengeluarkan kebijakan untuk menghilangkan PPN dan TAC,” usulnya.

Selain itu, lanjut Djoko, tarif angkutan barang KA lebih mahal karena wajib menggunakan BBM (Bahan Bakar Minyak) non Subsidi.

Padahal, sebanyak 93 persen BBM subsidi dinikmati warga yang mampu alias pemilik kendaraan pribadi.

“Mestinya, semua angkutan umum, baik orang dan barang, tidak kecuali moda KA juga dibolehkan menggunakan BBM subsidi sebagai angkutan umum membawa barang,” usul Djoko.

Ia meyakini, dengan perubahan tersebut, angkutan barang dengan KA, tidak hanya akan mengatasi permasalahan truk dengan dimensi dan muatan berlebih (Over Load Over Dimension/ODOL), yang kerap berujung pada kecelakaan lalu lintas. Tetapi juga menghilangkan praktik pungutan liar (pungli) di jalan raya.

Termasuk turut berkontribusi dalam pengurangan polusi. Pasalnya, emisi gas buangan diperkirakan mencapai 1/8 sampai 1/10 dari angkutan truk.

“Moda kereta juga dapat menghemat konsumsi BBM, diperkirakan mencapai 1 juta liter atau setara 3.000 ton CO2 (Karbondioksida) per tahun,” katanya.

Djoko juga berharap, semua akses jalan rel ke pelabuhan diaktifkan kembali seperti sedia kala.

Sebab, akibat banyak akses jalan rel ke pelabuhan dimatikan, akhirnya ketika barang sampai ke pelabuhan melalui jalan rel, menjadi tidak efektif. Karena barang masih dipindahkan ke truk yang selanjutkan dinaikkan ke kapal.

“Bisnis angkutan truk di pelabuhan seperti ini, juga turut memahalkan tarif angkutan barang dan harus segera dihilangkan,” tegas Djoko yang juga Akademisi Program Studi Teknik Sipil Universitas Katholik Soegijapranata, Semarang.

Dihubungi terpisah, Vice President (VP) Public Relations PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI Anne Purba menyampaikan, pihaknya akan terus memperkuat layanan angkutan barang dengan kereta api.

Sebab, selain dapat menjadi solusi untuk mendukung kelancaran distribusi barang, juga mampu mengurangi dampak pada lingkungan. Serta membantu mengatasi masalah kemacetan yang sering terjadi akibat angkutan truk melebihi kapasitas yang mogok.

“Kereta api tidak hanya menawarkan solusi yang lebih aman. Tetapi juga berperan penting dalam mengurangi polusi udara dan kerusakan jalan akibat kendaraan berat,” kata Anne kepada Redaksi, kemarin.

Sejauh ini ia melihat, perusahaan-perusahaan industri di Jakarta Utara, Bekasi, Karawang, Cilegon, Gresik, Sei Mangkei, Kuala Tanjung, Belawan dan Semarang, masih mengandalkan kereta api untuk pengangkutan peti kemas.

“Ini karena keunggulannya dalam kapasitas angkut yang besar dan biaya yang lebih efisien,” katanya.

Karenanya, perseroan mencatat peningkatan angkutan KA barang berupa peti kemas sebanyak 4.849.223 ton sepanjang Januari-Oktober tahun 2024.

Angka ini, kata Anne, naik 27,65 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2023 dengan total jumlah angkutan mencapai 3.798.764 ton.

Tren angkutan peti kemas dengan kereta api cukup positif, karena per Oktober, KAI mengangkut 4.849.223 ton.

“Atau sudah melampaui total angkutan pada komoditi yang sama selama satu tahun penuh di 2023 sebesar 4.661.449 ton,” bebernya.

Sebagai informasi, angkutan peti kemas dengan kereta api tersebar di berbagai wilayah, termasuk Daerah Operasional (Daop) 1 Jakarta, Daop 4 Semarang, Daop 8 Surabaya dan Divre I Medan.

Ia menambahkan, perseroan telah melayani berbagai komoditas angkutan barang, seperti batubara, semen, BBM, CPO (Crude Palm Oil), pupuk, retail dan lainnya.

“Dengan ketepatan waktu pengiriman yang dimiliki kereta api, ini menjadi salah satu kontribusi kami dalam meningkatkan daya saing perekonomian global ke depannya,” katanya.

Secara keseluruhan, atau sepanjang Januari-Oktober 2024, angkutan barang berbagai komoditas KAI mencapai 57.144.338 ton barang. Alias naik 9,14 persen dibandingkan periode yang sama pada 2023 sebesar 52.354.669 ton barang.

Menurutnya, dari jumlah tersebut, angkutan batubara mendominasi dengan total 45.764.456 ton, atau 80,12 persen dari keseluruhan angkutan barang KAI.

Anne menegaskan, peningkatan kinerja ini tentunya juga berkat dukungan seluruh stakeholders terkait.

Ia mencontohkan, dukungan Pemerintah juga terlihat pada pemberian kuota BBM subsidi bagi transportasi kereta api.

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
sinpo
sinpo
sinpo