Tahun Depan, Ekonomi Indonesia Diprediksi Tumbuh 5 Persen
JAKARTA - Target pertumbuhan ekonomi sebesar 8 persen yang dicanangkan Presiden Prabowo Subianto, masih sulit diraih tahun depan. Kendati demikian, berbagai kebijakan sedang dilakukan pemerintah sudah on the track menuju ke arah yang lebih baik.
Sikap optimis itu, disampaikan Menko Perekonomian Airlangga Hartarto. Menurutnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa mencapai 8 persen seperti di tahun 1995. Berbagai negara, kata dia, juga mematok target ekonomi yang tinggi. Vietnam bahkan bisa mencatat pertumbuhannya hingga 7 persen.
Untuk mencapai target tersebut, Airlangga akan menjadikan konsumsi, investasi, dan ekspor sebagai fondasi utamanya. Sektor konsumsi ditargetkan tetap terjadi di level 5-6 persen, investasi tumbuh 10 persen, dan ekspor 9 persen.
Sejumlah sektor juga bakal dijadikan mesin penggerak ekonomi. Seperti manufaktur, hilirisasi industri, jasa dan pariwisata, ekonomi digital, ekonomi hijau, semikonduktor, dan konstruksi/ perumahan.
Hanya saja, Airlangga mengakui terdapat tantangan utama pada peningkatan produktivitas dan optimalisasi investasi. Dengan porsi investasi terhadap produk domestik bruto (PDB) saat ini sebesar 30,5 persen dan Incremental Capital Output Ratio (ICOR) di angka 6,5, pertumbuhan ekonomi masih berada di kisaran 5 persen.
“Tetapi kalau produktivitas kita bisa tingkatkan, kita akan terus mendorong faktor produktivitas yang lebih baik,” kata Airlangga.
Selain itu, pemerintah juga terus melakukan pembangunan infrastruktur yang terkoneksi. Dengan mensinergikan basis infrastruktur dan daerah produksi, Airlangga yakin bisa menekan ICOR lebih ke bawah.
Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Rosan Perkasa Roeslani mengatakan, investasi jadi faktor utama mendongkrak pertumbuhan ekonomi Indonesia. Menurut Rosan, untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 8 persen, Indonesia butuh investasi Rp 13.528 triliun selama 5 tahun ke depan.
Rosan memprediksi, rata-rata pertumbuhan investasi selama 5 tahun ke depan mencapai 16,75 persen. Berdasarkan hitungan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), butuh Rp 1.906 triliun tahun depan.
Sedangkan tahun 2026 butuh Rp 2.280 triliun. Pada 2027 sebesar Rp 2.680 triliun, pada 2028 sebesar Rp 3.116 triliun, dan pada 2029 butuh dana segar hingga Rp 3.544 triliun.
“Jadi ini adalah tugas tidak mudah. Perlu sinergi dan kolaborasi dari seluruh kementerian dan badan, dan juga sampai kabupaten/kota,” kata Rosan.
Kendati demikian, Menteri Keuangan Sri Mulyani menilai, saat ini ekonomi Indonesia masih stagnan. Untuk tahun ini, kata Sri Mul, pertumbuhan ekonomi hanya mencapai 5,1 persen.
Sebelumnya di tahun 2022, ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 5,31 persen. Sedangkan di tahun 2023, ekonomi turun menjadi 5,04 persen. Namun, Sri Mulyani menilai, capaian ini masih relatif baik.
“Karena tetap terjaga di tengah pelambatan ekonomi global,” jelasnya.
Guna menjaga pertumbuhan tersebut, Pemerintah akan terus mempertahankan inflasi di kisaran 1,5-3,5 persen. Adapun inflasi pada November 2024 sebesar 1,55 persen year-on-year dan termasuk yang terendah di dunia.
Selain inflasi yang masih rendah, konsumsi masyarakat juga tetap terjaga dan ekspor menunjukkan tren yang meningkat. Tercatat, neraca perdagangan Indonesia mencapai surplus 54 bulan berturut-turut pada Oktober 2024.
Kemudian, Pemerintah juga telah menyusun APBN 2025 dengan baik. “APBN 2025 disusun dengan asumsi perkembangan dan proyeksi ekonomi tahun 2025 yang dinamis dan penuh ketidakpastian geopolitik,” ujar Sri Mulyani.
Adapun dalam APBN 2025, pendapatan negara ditargetkan mencapai Rp 3.005,1 triliun. Pemerintah akan mengandalkan perpajakan, bea cukai, dan pendapatan negara bukan pajak (PNBP) untuk mencapai target tersebut.
Sementara itu, Pemerintah menganggarkan belanja negara di 2025 sebesar Rp 3.621,3 triliun. Rinciannya, untuk belanja pemerintah pusat sebesar Rp 2.701,4 triliun dan transfer ke daerah Rp 919,9 triliun.
Direktur Utama PT Bank Mandiri Darmawan Junaidi mengungkap ada 7 sektor ‘new money’ atau menghasilkan uang baru yang berpotensi mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia 8 persen di tahun 2029. Ketujuh sektor tersebut adalah hilirisasi tambang, energi, industri manufaktur, perdagangan, kesehatan, pertanian, dan pariwisata.
“Dengan proyeksi total investasi 2025-2029 sebesar lebih dari Rp 7,500 triliun,” urai Darmawan.
Prediksinya, pertumbuhan ekonomi Indonesia akan menyentuh 8 persen di tahun 2029 dengan nilai Pendapatan Domestik Bruto (PDB) riil mencapai Rp 17,996 triliun.
“Berdasarkan sumber Office of Chief Economist Bank Mandiri, pertumbuhan ekonomi 8 persen akan terjadi di tahun 2029 dengan nilai PDB riil Rp 17,996 triliun,” ungkap Darmawan.
Ekonom Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Yusuf Rendy Manilet mengatakan, sebenarnya target pertumbuhan di atas 6 persen sudah dilakukan di era Joko Widodo. Namun, pertumbuhan ekonomi kita masih di level 5 persen.“Tentu ini menjadi tantangan tersendiri, terutama jika Pemerintah ingin mencapai target pertemuan ekonomi 8 persen dalam beberapa tahun ke depan,” ulas Yusuf saat dihubungi, tadi malam.
Jika dilihat dari komponen lapangan usaha saat ini, kata dia, pemerintah bisa mengetahui industri manufaktur merupakan komponen penyumbang terbesar dalam pembentukan PDB. Kalau bicara dari sisi lapangan usaha, Pemerintah harus mendorong revitalisasi industri dalam negeri. Tak kalah pentingnya, Pemerintah harus menggenjot investasi.
Olahraga | 2 hari yang lalu
Pos Tangerang | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Olahraga | 1 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
Olahraga | 21 jam yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Ekonomi Bisnis | 1 hari yang lalu
Pos Tangerang | 1 hari yang lalu