Sudah Ada Investor Yang Berminat Sritex, Korban PHK Bisa Kerja Lagi

JAKARTA - Tim Kurator PT Sri Rezeki Isman (Sritex) mengumumkan, pihaknya telah membuka opsi penyewaan alat berat untuk meningkatkan harta pailit dan menjaga aset Sritex, agar tidak turun nilainya.
Dalam keterangan pers bersama Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi, Menteri Ketenagakerjaan Yassierli, dan Menteri BUMN Erick Thohir di Kantor Presiden Jakarta pada Senin (3/3/2025), Nurma Sadikin yang mewakili Tim Kurator Sritex mengatakan, saat ini sudah ada investor yang menyatakan minat untuk mengambil opsi penyewaan alat berat. Proses komunikasi sudah berjalan.
"Nantinya, bisa menyerap tenaga kerja. Karyawan yang terkena PHK dapat di-hire (dipekerjakan) kembali oleh penyewa yang baru," kata Nurma.
Kurator akan berkomitmen membayar hak-hak buruh, yang saat ini sedang dalam proses pendaftaran tagihan," imbuhnya.
Sritex yang merupakan salah satu pabrik tekstil terbesar di Asia Tenggara dan tiga entitasnya: PT Sinar Pantja Djaja, PT Bitratex Industries, dan PT Primayudha Mandijaya dinyatakan pailit oleh Pengadilan Negeri Niaga Semarang berdasarkan putusan atas perkara nomor 2/Pdt.Sus- Homologasi/2024/PN Niaga Smg pada tanggal 21 Oktober 2024.
Rapat kreditur dalam kepailitan Sritex pada 28 Februari 2025 menyepakati tidak dilaksanakannya keberlanjutan usaha (going concern). Selanjutnya, dilakukan pemberesan utang.
Denny Ardiansyah yang merupakan salah satu kurator dalam kepailitan Sritex mengungkap, keputusan tidak adanya keberlanjutan usaha itu didasarkan atas waktu 21 hari yang diberikan untuk berembug dengan debitur pailit.
"Hasil pertemuan dengan debitur menyebutkan tidak ada going concern," tutur Denny, seperti dikutip ANTARA, Jumat (28/2/2025).
Dia pun mengungkap sejumlah pertimbangan untuk tidak melanjutkan usaha Sritex. Seperti ketiadaan modal kerja, kebutuhan tenaga kerja, tingginya biaya produksi, hingga kekhawatiran terjadinya kerugian harta pailit.
Kurator akan melakukan eksekusi terhadap harta pailit, untuk dilakukan penaksiran harga oleh akuntan independen.
"Harta pailit yang sudah ditaksir harganya, akan dilelang untuk melunasi pembayaran utang," terang Denny.
Sritex yang resmi tutup pada 1 Maret 2025 dan mem-PHK lebih dari 10 ribu orang, tercatat memiliki utang fantastis senilai 1,597 miliar dolar AS atau setara Rp 26,32 triliun. Sementara asetnya hanya 617,33 juta dolar AS atau Rp 11,06 triliun.
Nasional | 1 hari yang lalu
Pos Tangerang | 2 hari yang lalu
Olahraga | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Pos Tangerang | 2 hari yang lalu
Pos Tangerang | 15 jam yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Pos Tangerang | 8 jam yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu