Masuklah Melalui Pintu Yang Berbeda-beda

CIPUTAT - Buah tidak akan jatuh jauh 2 dari pohonnya. Pepatah ini berlaku bagi Nabi Yusuf. Ia merupakan ahli waris spiritual dan intelektual bapaknya, Nabi Ya’qub. Kearifan sang ayah menurun pada anaknya. Perhatikan kearifan seorang ayah yang memberi kemerdekaan terhadap anaknya:
“Dan Yakub berkata: "Hai anak-anakku janganlah kamu (bersama-sama) masuk dari satu pintu gerbang, dan masuklah dari pintu-pintu gerbang yang berlain-lain; namun demikian aku tiada dapat melepaskan kamu barang sedikit pun daripada (takdir) Allah.
Keputusan menetapkan (sesuatu) hanyalah hak Allah; kepada-Nya-lah aku bertawakal dan hendaklah kepada-Nya saja orang-orang yang bertawakal berserah diri". (Q.S. Yusuf/12:67)
Nasehat sang ayah jauh dari kesan panatisme. Ia memberikan kemerdekaan penuh kepada anak-anaknya. Namun, ia tetap menekankan arti sebuah tanggung jawab dan tawakkal kepada Tuhan. Kemerdekaan tanpa tanggung kawab akan melahirkan kebablasan dan tanggung jawab tanpa tawakkal kepada Tuhan akan melahirkan keangkuhan dan kesombongan.
Nasehat ini memberi warna terhadap kebijakan sang anak ketika Yusuf menjadi pemimpin negeri Mesir. Ketika negara-negara asing menyatakan ketergantungan pangannya kepada negeri Mesir akibat kemarau berkepanjangan, maka Nabi Yusuf tidak membawa negerinya sebagai negeri angkuh yang mendiktekan berbagai kepentingannya kepada negara sekutu. Ia malah memberikan kelonggaran untuk membangun perekonomian negeri mereka yang sedang morat marit.
Yang paling menakjubkan dari Nabi Yusuf ialah kemampuan untuk memaafkan orang-orang yang pernah bermaksud jahat terhadapnya, meskipun itu ialah saudara kandungnya sendiri.
Ketika ia memanggil dan menerima saudara-saudaranya dalam suasana dramatis, Nabi Yusuf tidak tergambar sedikitpun rasa dendam di wajahnya. Padahal merekalah yang pernah dengan keji melemarkannya masuk ke dasar sumur.
Untung saja Yusuf dipungut oleh saudagar lalu dijual ke pembesar Mesir. Nabi Yusuf bahkan memberikan pernyataan yang sangat indah: ‘Dia (Yusuf) berkata: "Pada hari ini tak ada cercaan terhadap kamu, mudah-mudahan Allah mengampuni (kamu), dan Dia adalah Maha Penyayang di antara para penyayang." (12:92).
Kepribadian Nabi Yusuf sangat dibutuhkan di dalam sebuah masyarakat yang mengalami krisis multi dimensi. Tidak perlu mencurahkan segenap waktu dan pikiran datang jauh-jauh belajar menyelesaikan krisis dari negara-negara lain. Konsep problem solving berbagai krisis sebenarnya sangat kaya di dalam Al-Qur’an. Hanya saja kita tidak mau serius mendalaminya.
Peristiwa berbeda pernah juga ditunjukkan Nabi Muhammad SAW di dalam kasus Perjanjian Hudaibiyah. Nabi menafikan saran para sahabatnya untuk tidak meyetujui butir-butir Perjanjian tersebut yang dinilai tidak adil.
Orang-orang Islam yang ditangkap di Mekkah ditahan, sementara orang-orang kafir yang ditahan di Madinah dilepas. Nabi juga memilih hijrah ke Madinah, bukannya mengikuti ajakan sahabatnya untuk bertahan di Mekkah sampai tetes darah terakhir. Nabi juga pernah menunjuk Usamah ibn Zaid sebagai Panglima Angkatan Perang yang baru berusia 19 tahun, menolak saran para sahabatnya untuk memilih seorang panglima yang lebih senior.
Akan tetapi pada akhirnya fakta sejarah membuktikan semua pilihan Nabi adalah yang paling tepat dan membuat para sahabatnya semakin takjub kepada Nabi. Inilah Nabi Muhammad SAW yang mendapatkan gelar ‘The Best Managers dan The Best Leaders” sekaligus, sebagaimana dipopulerkan oleh sejumlah orientalis. (rm.id)
TangselCity | 21 jam yang lalu
Pos Banten | 1 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
TangselCity | 8 jam yang lalu
Pos Banten | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Olahraga | 2 hari yang lalu
TangselCity | 21 jam yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu